All Chapters of TETANGGA SOK KAYA: Chapter 31 - Chapter 40
76 Chapters
Bab 31
Dia menatap sinis ke arahku dan melempar senyum penuh kemenangan.“La, mamah sudah membawa Indra dan Resti! Kami mau minta maaf-,” “Bukan, Mah!” Aku memotong ucapan Ibu Mertuaku. Wanita itu mendelik ke arahku yang memotong ucapannya. “Aku datang bukan untuk minta maaf, tetapi menyelesaikan urusan masa lalu!” ucapku. Tatapan mataku tak sedikitpun gentar pada wanita yang kini seolah bak di atas angin itu---Lela. “Ck, masih saja besar mulut kamu, Res!” ucapnya sambil menatapku kesal. Aku tidak bergeming.“Kalian berhutang budi pada keluargaku, kalau bukan karena pertolongan Papaku mungkin dulu Mas Indra hanya tinggal nama,” ucapnya dengan gaya sombongnya. Aku hendak melangkah tetapi Mas Indra merengkuh pinggangku. “Ssst, Sayang sabar! Kita ke sini untuk menyelesaikan masalah!”
Read more
Bab 32
POV AUTHORSetelah dua jam perjalanan akhirnya wanita bertubuh kurus itu tiba di tempat tujuan. Kota kelahiran di salah satu kota di jawa barat.Angin pantai yang sejuk menyambutnya, berbeda dengan tempat yang selama ini dia tinggali yang sudah panas dengan polusi. Di kampung halamannya pun memang panas tapi karena jaraknya dekat dengan pantai maka selalu ada hawa sejuk menemani hari-hari mereka. Sebut saja kampung halaman wanita itu bernama kota kenangan.Wanita itu turun dan memberikan beberapa lembar uang yang masih dimilikinya. Dia turun dan memasuki halaman rumah yang cukup besar dengan model teras yang lebar.Di kampung, rata-rata tipe rumah memiliki area depan atau teras yang cukup lebar. Bisanya mereka bertetangga dan rumpi ria sambil makan bersama, atau sekedar memipili sayur bareng-bareng sebelum masak.“Assalamu’alaikum!” Wanita itu mengucap salam setelah meletakkan dua kopernya. 
Read more
Bab 33
POV AUTHORKedua wanita yang tengah bersitegang itu menoleh. Terlihat Pak Izan sudah terkulai dan terngah-engah memegang dadanya. Tubuhnya ambruk, meringkuk di lantai. Kedua mata wanita itu membulat dan memburu lelaki yang tergeletak itu. “Bapak!” pekik mereka bersamaan. Bu Haminah dan Riana segera berlari menghampiri lelaki sepuh itu. Bu Haminah membangunkannya sementara Riana meneruskan langkahnya, berlari mencari Sabar---suaminya.“Kang, Bapak Kang! Ayo kita bawa ke rumah sakit!” teriaknya sambil berlari mencari keberadaan Sabar. Lelaki itu muncul dari belakang rumah sambil memegang pakan ikan.“Ada apaan sih, Na!" tanya Sabar"Bapak kena serangan jantung!” ucap Riana dengan mata membulat, tangan gemetar dan napas tersengal-sengal. “Astaghfirulloh!” Sabar menjatuhkan pakan ikan yang di pegangnya. Dia segera
Read more
Bab 34
POV AUTHOR "Maksud Teteh apa bicara seperti itu?” Tiba-tiba suara seseorang muncul dari belakangnya. Bu Minah menoleh, terlihat adik iparnya sedang berdiri dan menatapnya kesal. “Eh Kamu ... Na? Ada apa?” tanya Bu Minah berusaha bersikap tenang. “Kang Sabar barusan telepon, katanya ada orang yang minat beli tanah ngajak ketemuan sekarang! Dia minta tolong, Teh Minah mau nungguin Bapak di sana? Atau nemuin yang mau beli tanah?” ucap Riana dengan nada kesal. Bu Minah terlihat berpikir. “Kita kan punya utang ke temen Teh Minah yang di Kota itu ... tiga puluh juta ... malu kalau kelamaan gak dibayar!" ucapnya penuh penekanan. Bu Minah menelan ludah seketika, sudut matanya melirik ke arah Bu Romlah yang terlihat bersikap biasa. "Lagian Teteh itu borosnya kebangetan, ya! Dulu punya suami penghasilan besar saja sampe gak punya simpenan sedikit
Read more
Bab 35
POV AUTHORSekilas sudut matanya menangkap kebahagiaan mereka, membuat hatinya tiba-tiba merindukan seseorang. Namun kerinduan itu serta merta ditumpangi sebuah ide cemerlang. Dia mengambil ponselnya dan memijit nomor seseorang sambil berjalan menuju parkiran. Tidak lama panggilannya diangkat.“Halloo ... Mas Dermawan!” sapanya.“Halloo!” Suara bariton mantan suaminya masih sama seperti dulu. Bu Minah menghela nafas sejenak. “Halloo!” Pak Dermawan mengulanginya karena tidak ada jawaban dari Bu Minah.“Ehmmm ... iya, Mas! Ehmmm ... gimana kabarnya, Mas?” tanya Bu Minah sedikit tergagap. “Baik, Min! Kamu?” jawab seseorang dari seberang telepon.“Aku baik, Mas! Tapi kakeknya Reni sekarang sedang ada di rumah sakit, Mas! Dia harus di operasi.” Bu Minah dengan suara sedih dan memelas bercerita.“A
Read more
Bab 36
POV AUTHOR  "Terus nanti aku tunjukkin sama Bu Romlah dan tetangga-tetangga lainnya, meski cerai dari Mas Dermawan aku bukan orang kere seperti pikiran mereka, duh gak sabar nunggu besok,” batinnya sambil tersenyum-senyum sendiri.  “Beli perhiasan apa ya bagusnya?”   Wanita itu membayangkan sesuatu yang menurutnya indah, bergengsi dan bisa menaikkan harga dirinya akan segera datang---uang. Malam itu ditutup dengan indah dan penuh senyuman.   Pagi menjelang, Bu Minah bergegas mandi dan mengenakan pakaian terbaiknya. Rencananya sore itu sepulang dari rumah sakit dia akan langsung berangkat ke toko perhiasan. Semoga uang tiga puluh juta itu akan segera ditransfer ke rekeningnya.  Dia pergi ke dapur, tidak peduli dengan sekat yang dibuatkan oleh Sabar. Dia melihat meja makan dapur Riana. Namu
Read more
Bab 37
"Bom, kita apain nih?” Lelaki bertubuh gempal itu mendekat sambil menatap lekat pada wajah pias Bu Minah.“Sepertinya cantik juga, jangan di sia-siakan Har,” ucap lelaki yang bertubuh lebih tinggi sambil menarik tubuh Bu Minah ke dalam rumpun yang tidak jauh dari sana. Lelaki bertubuh gempal segera mengikutinya setelah mengamankan sepeda motor agar tidak terlihat oleh orang yang lewat. “Gantian kita Bom, siapa dulu?” ujar lelaki bertubuh gempal sambil menyeringai. “Gue dulu lah, kan udah di tangan gue,” ucap lelaki itu sambil menatap wanita di depannya penuh nafsu. “Gak bisa gitu dong, kita gambreng kalau gitu, yang menang dia duluan,” ucap lelaki bertubuh gempal itu. Akhirnya satu tangannya dilepas untuk gambreng dengan temannya. Kesempatan itu tidak disia-siakan oleh
Read more
Bab 38
“Teh, nanti langsung susul Sabar ke rumah sakit, ya!” Tanpa menunggu jawaban Bu Haminah, Sabar langsung melajukan sepeda motornya dengan kecepatan maksimal.Sementara itu, Pak Wawan pun turut menyalakan sepeda motornya. Bu Minah duduk diboncengnya. Mereka segera melaju menuju kediaman Pak Hamizan. Sepanjang perjalanan tidak ada yang berkata-kata. Baik Bu Minah maupun Pak Wawan masih terlalu terkejut dengan takdir yang tiba-tiba menyatukan mereka. Ketika mereka tiba, jam sudah menunjukkan pukul sepuluh lewat tiga puluh menit. Bu Minah bergegas masuk ke dalam rumah dan meningglkan begitu saja orang yang sudah mengantarnya. Pak Wawan duduk di depan merenung sendirian. Ada rasa berasalah pada Esih---istrinya dan Enih---putri mereka satu-satunya yang kini sedang mondok di pesantren sholehah.Sementara itu, Bu Minah segera membersihkan diri dan mengganti pakaian. Perlakuan para perampok tadi masih terekam jelas dan membu
Read more
Bab 39
"Kak Ira kan tinggal di pondok ... dia pulangnya ke rumah Pak Ustadz ... nanti kalau Reni sudah besar bisa tinggal di pondok juga,” ucap Pak Dermawan lembut.“Reni gak mau ... Reni benci ayah sama Kak Ira!” Teriaknya sambil berlari ke dalam dan membanting pintu keras-keras. Semua orang menatap punggung gadis kecil itu. Bu Minah melirik benci pada Bu Nani---istri baru mantan suaminya.“Bu Nani, Reni kan anak saya. Bu Nani gak boleh racunin pikiran anak saya, ya! Apalagi untuk membenci ibunya, dosa!” ucap Bu Minah penuh penekanan.“Ya Allah ... saya gak pernah ngehasut apapun pada Reni! Dia mungkin senang karena ada temennya. Dia sangat akrab dengan Tiara makanya betah tinggal bareng kami,” bela Bu Nani dengan wajah terkejut. Dia tidak menyangka mantan tetangganya itu berpikiran demikian.“Elah ... bisanya cuma ngeles ... bukti udah bicara masih me
Read more
Bab 40
Follow dan subscribe dulu ya ceritanya... Btw Mak... Yang masih berkenan lanjut session tiga ya yuck lanjut! Yang udah gak berkenan baca boleh skip aja 🥰🥰🥰Happy reading! Ini hari pertamaku tinggal di rumah Kang Wawan. Ternyata rumahnya tidak seburuk penampilannya. Sepertinya istrinya Kang Wawan memiliki gaji cukup besar sehingga bisa membuat rumah yang lumayan. Rumah ini cukup besar untuk seukuran rumah di perkampungan. Aku bebas sekarang, setidaknya sampai istrinya Kang Wawan pulang dan aku mendapatkan suami kaya yang baru. Daripada aku harus tinggal di rumah bersama Sabar dan Istrinya yang menyebalkan. Di sini sepertinya lebih baik buatku. Reni pun bisa leluasa bermain. “Teh, ayo!” Kang Wawan membukakan pintu untuk kami. Aku menggendong Reni masuk. Sementara Kang Wawan membawakan pakaian kami.“Yang depan ini kamar saya sama Esih! Teteh tidur di kamar yang tengah saja ya!&rd
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status