Semua Bab Raja Terakhir Dinasti Wang: Bab 91 - Bab 100
175 Bab
Bab 43-3
Kediaman Kanselir, Paviliun JianshanZhao Ming Lan mengerutkan dahinya melihat kereta kuda yang sangat ia kenal terparkir di halaman kediamannya. Perlahan, ia turun dari kereta kudanya dengan bantuan pelayan setianya, Xiao You.“Untuk apa dia datang?” gumam Ming Lan pada dirinya sendiri. Kakinya melangkah melewati pintu utama kediamannya, tapi matanya terus terpaku pada kereta kuda yang Ming Lan tahu milik keluarga Hakim Agung.Ketika melewati ruang baca, Ming Lan sengaja mempercepat langkahnya, menghindari pertemuan dengan siapapun yang sedang bertamu ke rumahnya.“Ming’er!”Suara panggilan Ziliang membuang Ming Lan melipat bibirnya ke dalam menahan kejengkelannya.“Zhao Ming Lan!” ulang Ziliang, membuat Ming Lan terpaksa berbalik dan menghampiri ayahnya yang sudah berdiri di ambang pintu.“Ya, Ayah!” Ming Lan merendahkan tubuhnya memberi hormat. “Ayah memanggil Ming Lan?&rd
Baca selengkapnya
Bab 44 Menanggalkan Harga Diri
Kediaman Raja Gao Ping, Kota WuZhao Ming Lan meremas erat saputangan sutra merah muda yang sejak tadi tak pernah lepas dari genggamannya. Hatinya bimbang, tak yakin apa yang dilakukannya saat ini adalah hal yang benar.“Xiao You, katakan pada kusir untuk putar balik.”Setelah perjalanan panjang yang melelahkan, keputusan Ming Lan untuk kembali tanpa menemui empunya rumah, membuat Xiao You heran. Namun, tetap disibaknya tirai pembatas yang berfungsi sebagai pintu dan menyampaikan pesan Ming Lan pada juru kemudi.Bersamaan dengan itu, seorang pengawal keluar bersama pria yang tidak bisa dikatakan muda mengenakan hanfu sutra putih kombinasi biru muda yang terlihat mahal. Rambut panjangnya diikat sedikit dan sisanya dibiarkan tergerai di belakang punggungnya.“Apa Nona Zhao sangat tidak sabaran hingga ingin buru-buru kembali sebelum bertemu denganku?” tegur Gao Ping sambil melipat tangannya ke belakang dengan wajah angkuh.Mendengar teguran dingin Gao Ping, Ming Lan merasa tidak enak hat
Baca selengkapnya
Bab 45-1 Merenda Rasa
Yunxi masuk ke dalam kamar yang selama ini ia tinggali bersama Ji Mong. Dilihatnya, pria muda itu sedang menulis sebuah surat.‘Apalagi yang akan dilaporkannya sekarang?’ batin Yunxi seraya mendekat. “Apa yang sedang kau tulis?”Yunxi duduk merapat pada Ji Mong yang segera meremas kertas di atas meja, membuat Yunxi mengerutkan dahi karena tersinggung.“Kau masih tidak percaya padaku?” tanya Yunxi, jelas menunjukkan kekecewaannya.Ji Mong menyeringai. “Aku akan mempercayaimu kalau kau adalah wanita.” Ji Mong bangkit dari kursi sambil menepuk bahu Yunxi.“Hahaha ... surat cinta rupanya.”Ji Mong mengabaikan sindiran Yunxi dan terus melangkah keluar menuju kandang merpati yang letaknya tak jauh dari kamarnya. Ji Mong melipat kertas kusut di tangannya, membentuknya menjadi gulungan kecil yang akan muat diselipkan ke gelang kaki merpati.Diambilnya seekor merpati putih dari dalam
Baca selengkapnya
Bab 45-2
Kediaman Raja, Istana BaratZening terbaring lemah di atas ranjang sejak dua hari lalu. Tenaga dalam dan ilmu bela dirinya dihilangkan secara paksa oleh Wang Yang, raja sekaligus calon suaminya. Pria yang dengan telaten merawatnya selama dua hari ini. Membantunya makan dan menghiburnya dengan membacakan banyak buku hingga Zening jatuh tertidur, seperti yang biasa Daehan lakukan.“Sebenarnya apa tujuanmu menghilangkan semua milikku? Apa kau begitu takut aku benar-benar akan membunuhmu?”Wang Yang mengusapkan kain basah untuk membersihkan lengan Zening. “Aku tidak takut mati di tanganmu. Yang aku takutkan, kau menebas leher penghuni istana untuk meluapkan dendammu.”“Hentikan! Aku tidak butuh bantuanmu. Aku bisa melakukannya sendiri.” Zening menumpukan berat tubuh bagian atasnya pada kedua siku dan lengan bawahnya. Berusaha keras untuk duduk.“Tidak perlu sungkan, aku akan membantumu sampai tenagamu pulih.&rd
Baca selengkapnya
Bab 46-1 Tidak Terduga
Wang Yang melihat bayangan hitam yang berkelebat pergi saat kakinya melangkah masuk. ‘Siapa itu? Apa mungkin penyusup? Kenapa Zening tidak berteriak memanggil pengawal?’Rasa khawatirnya membuat Wang Yang bergegas masuk, bahkan sebelum penjaga selesai meneriakkan kalimat protokolernya. Sekilas, sempat dilihatnya Zening berbalik dari jendela dengan tergesa.“Apa yang kau lakukan di sana?” tanya Wang Yang mengejutkan Zening. ‘Dia kenal siapa bayangan tadi.’ Wang Yang menerka dalam hati, melihat dari reaksi Zening yang bingung menutup jendela dengan tubuhnya.“Eh, a-ku hanya ingin, ehm, merasakan udara malam,” sahut Zening bingung.“Tutup jendelanya, aku tidak ingin ada yang melihatku bercumbu denganmu.” Wang Yang terus memperhatikan sikap gelisah Zening, kepalanya berulang kali menengok ke kanan dan kiri sebelum menutup jendela.Wang Yang bergerak cepat ke hadapan Zening, memeluk tubuh rampi
Baca selengkapnya
Bab 46-2
Dua pengawal itu menempatkan Zening di antara mereka dan mulai berjalan beriringan menuju timur istana. Cukup jauh mereka berjalan, melewati beberapa bangunan besar termasuk Aula Huanyang hingga akhirnya berhenti di depan sebuah pintu kayu yang nampak rapuh.“Pelayan wanita itu ada di dalam, Nona.”Zening berpaling pada pengawal yang sedang berbicara padanya dan pintu tua di depannya bergantian. “Di dalam sana maksudmu?” tanya Zening meyakinkan dirinya seraya menunjuk pintu kayu yang nyaris roboh.“Ya, di dalam sana. Tapi kami hanya bisa mengantar sampai sini, Nona,” ujar salah satu pengawal seraya mendorong Zening masuk melintasi pintu kayu dan menutupnya dengan cepat sebelum Zening sempat bereaksi.Dug. Dug. Dug.“Hei ... buka!” teriak Zening panik sambil memukul daun pintu dengan kepalan tangannya. “Kurang ajar kalian! Buka pintunya!” ulang Zening marah.“Kak, bagaimana kal
Baca selengkapnya
Bab 46-3
Amarah Ziliang tersulut menyadari bahwa putri semata wayangnya sudah berubah dan berani menatapnya dengan sorot mata menantang. Dilemparnya gulungan peta di tangannya dan bergegas menghampiri putrinya. Tangan kanan Ziliang sudah terangkat ke udara, bersiap melayangkan tamparan ke arah pipi mulus Zhao Ming Lan.Plak!Mata Ziliang membeliak kaget manakala pergelangan tangannya dicekal dengan kuat oleh jemari lentik Ming Lan, menangkis tamparannya.“K-kau ...!” bentak Ziliang terkejut.“Hentikan bertindak kasar padaku, Ayah!” balas Ming Lan tak kalah tegas. “Sudah saatnya kau mulai mendengar perkataanku.” Ming Lan melempar tangan Ziliang kasar dan berjalan ke samping Gao Ping, bergelayut manja di lengan pria itu.“Aku sudah putuskan akan menikahi Gao Ping dan membuatmu menjadi seperti apa yang kau impikan selama ini, penguasa Yongjin.” Ming Lan menoleh mesra ke arah pria berumur di sampingnya dan terseny
Baca selengkapnya
Bab 47-1 Hilang Tanpa Jejak
Kediaman Mempelai, Paviliun LingyinWang Yang mencari obor terdekat yang bisa dipakainya sebagai penerangan. Ia mengambil satu obor yang menempel di dinding istana, bergegas masuk ke dalam paviliun dan mulai menyalakan lentera dan lilin hingga seluruh ruangan menjadi terang benderang.Ia tersentak manakala melihat tubuh seorang wanita diikat tali tambang di salah satu tiang penyangga bangunan dengan mulut disumpal sehelai kain.“Ning’er!”Wang Yang segera menghampiri dan berlutut di samping wanita itu. Tangan kirinya meraih dagu wanita itu, sementara tangan kanannya mendekatkan obor ke wajah wanita itu. Mata Wang Yang menajam, dahinya mengernyit berusaha mengenali wajah perempuan yang penuh luka.“Ning’er!” panggil Wang Yang lagi, lebih keras dari sebelumnya.Tidak ada jawaban. Wang Yang berlari keluar melempar obor di tangannya, lalu kembali ke sisi wanita itu. Meraih kepalanya, mengambil kain di mulutnya
Baca selengkapnya
Bab 47-2
Wang Yang berbalik dan berjalan cepat menuju pintu. “Zening! Kau di dalam?!”“Yang Mulia, apakah itu Anda?!” balas Zening dengan girang. “Tolong buka pintunya, Yang Mulia!”Wang Yang melihat pintu itu dipasangi gembok besar yang mustahil dihancurkan dengan pedang. Ia meletakkan kedua tangannya pada daun pintu dan mencoba mendorong sekuat tenaga, gagal. “Buka pintunya!” titahnya pada tiga pengawal yang sudah berdiri dekat di belakangnya.Tiga pengawal itu segera maju begitu Wang Yang mengambil langkah mundur.“Nona, sebaiknya Anda menjauh dari pintu. Kami akan mendobrak pintunya. Mundurlah sejauh mungkin!” Pengawal senior memberikan instruksi dengan lantang.“Ya, aku sudah menjauh dari, aaa ...!”Terdengar teriakan Zening sekilas, lalu hening.“Ning’er! Apa yang terjadi?!” Wang Yang kembali maju dan memukul daun pintu dengan panik. Mendengar teria
Baca selengkapnya
Bab 47-3
Lutut tua Zhaolin lemas seperti kehilangan sendi. Pria tambun itu jatuh berlutut. “Ampun, Yang Mulia. Hamba ....” Kalimat Zhaolin menggantung di ujung lidahnya. Brak! Wang Yang menggebrak meja dengan keras hingga tubuh Zhaolin tersentak. “Cheng Zhaolin! Aku punya saksi yang bisa membuatmu kehilangan kepala, kau tahu?!” hardiknya geram. “Ampuni hamba, Yang Mulia ...!” ratap Zhaolin sembari bersujud, meletakkan dahinya di lantai dingin. “Hamba akan katakan semua yang hamba tahu. Ampuni pria tua ini, Yang Mulia!” “Katakan! Aku akan pertimbangkan setelah mendengarmu bicara.” Zhaolin berdiri di atas kedua lututnya dan mulai berjalan menghampiri Wang Yang. “Hamba hanya budak yang menjalankan perintah, Yang Mulia! Sungguh ...!” Wang Yang menggeleng pelan. “Bukan ini yang mau aku dengar. Huazhi ...!” “Tidak, tidak, jangan. Gudang pangan itu sudah direnovasi atas perintah ratu dan kanselir. Di dalamnya ada banyak ruang rahasia untuk mengurung pelayan dan pengawal yang berbuat salah,” tu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
18
DMCA.com Protection Status