Semua Bab Raja Terakhir Dinasti Wang: Bab 81 - Bab 90
175 Bab
Bab 40-1 Melangkah Dalam Bimbang
Zening sama sekali tidak menduga kalau Han Xiu serius menanggapi keputusasaannya. Ketika tubuhnya mendarat di punggung Ru Feng, mengertilah dia bahwa Han Xiu tidak sedang main-main. Pria itu serius ingin membawanya pergi, paniklah Zening.Ucapannya tentang pergi jauh bersam Han Xiu memang bukan sebuah lelucon. Jauh di dalam hatinya, Zening ingin sekali melakukannya. Meninggalkan semua kerumitan istana, pergi bersama pujaan hatinya. Namun, ada sebagian diri Zening yang melarangnya bertindak gegabah. Ia teringat pesan terakhir mendiang ayahnya dan janjinya untuk melakukan semua yang ayahnya minta.Ketika bimbang dan panik melanda, hangatnya napas Han Xiu yang berembus ke dalam dirinya membuat Zening hilang kesadaran. Sesaat, Zening menjadi egois, ingin terus merasakan indahnya menjalani hidup berdua bersama Han Xiu, tapi kejadian di gua bersama Wang Yang menyadarkannya.Ciuman ini nyatanya tidak seperti yang Zening bayangkan. Bisikan Han Xiu di telinganya membuat
Baca selengkapnya
Bab 40-2
Penjara Bawah TanahHuazhi bersyukur dalam hati manakala matanya melihat bayangan hitam berkelebat dengan lincah melompati tembok istana. Sekali lagi, ia mengedarkan pandangan, memastikan bahwa tidak ada orang lain yang melihat, lalu bergegas menghampiri bayangan hitam yang baru menjejak tanah.“Jenderal!” sapa Huazhi semangat.“Bagaimana kondisinya?” Deyun menurunkan kain penutup wajahnya.“Aman, Jenderal. Semua penjaga sudah tertidur pulas,” lapor Huazhi sembari mengulum senyum.“Bagus, rupanya tabib muda itu sudah menentukan sikap. Ayo, kita bawa dia pergi dari sini.”Deyun masuk ke dalam penjara dan melihat sendiri Lao Ru Lan sedang membakar dupa yang menyebabkan penjaga penjara tertidur pulas. Huazhi membuka pintu penjara dan menarik Ru Lan keluar.“Jenderal, saya mohon, lepaskan ayah saya juga. Saya janji akan menghabiskan sisa usia saya untuk mengabdi pada Baginda Raja.&rdqu
Baca selengkapnya
Bab 40-3
Aula HuanyangWang Yang masuk bersama pendukungnya. Berbaris di belakangnya, Li Deyun, Han Xiu, Huazhi, Ji Mong dan Zhaolin. Mereka berjalan cepat memasuki aula tempat para pejabat istana melakukan audiensi bersama raja.“Siapa yang mengizinkan para pemberontak ini masuk?!” teriak Suying dari atas singgasana.“Kami bukan pemberontak!” Wang Yang berhenti di depan Guru Besar Negara dan menyerahkan surat wasiat yang Wang Su tulis di akhir hidupnya. “Guru, silakan Anda periksa dan sahkan surat wasiat ini.”Pria tua berjenggot putih itu menerima kertas dari tangan Wang Yang dan hati-hati membukanya. Membaca dan mencermatinya, lalu berkata, “Surat ini asli dan sah! Juru Tulis, silakan mencatat apa yang akan aku sampaikan.”Juru Tulis yang duduk di samping singgasana raja mengangguk hormat.“Hari ini, tanggal 15 tahun naga, Pangeran Wang Yang telah resmi diangkat menjadi raja baru dari keturunan
Baca selengkapnya
Bab 41-1 Menjemput Tumpukan Masalah
Kediaman Selir Chu, Paviliun Muyan Wang Yang duduk gelisah di salah satu kursi kayu sambil sesekali menggosok dagunya yang mulai ditumbuhi rambut kasar. Begitu melihat Huazhi berjalan masuk, Wang Yang berdiri menyambutnya. “Apa kau sudah mendapat kabar dari Jenderal Li?” tanya Wang Yang tak sabar. Huazhi mengangkat kedua tangannya memberi hormat. “Izin menjawab, Yang Mulia. Jenderal Li baru tiba di Klinik Pengobatan. Han ....” “Siapa yang terluka?! Zening?!” potong Wang Yang cepat. “Bukan, Yang Mulia. Tuan Han tertusuk pedang beracun di tepi jurang.” Wang Yang mengernyit heran. “Han Xiu, tertusuk pedang beracun katamu?” tanya Wang Yang tak percaya dengan apa yang didengarnya. Han Xiu adalah salah satu jenderal yang memiliki ilmu bela diri yang tinggi, bahkan jauh di atasnya. Kalau Han Xiu sampai tertusuk pedang beracun, ada dua kemungkinan, ia beertemu dengan lawan yang kemampuannya lebih tinggi darinya atau ia sengaja mengalah
Baca selengkapnya
Bab 41-2
Paviliun MuyanHuazhi sudah berdiri menunggu di depan pintu kediamannya ketika Wang Yang kembali dari Klinik Pengobatan. Sayangnya, Wang Yang sibuk dengan pikirannya sendiri, hingga tidak memperhatikan wajah kesal orang kepercayaannya tersebut.“Pangeran!” sapa Huazhi seraya mengangguk hormat.“Hmm.” Wang Yang melirik sekilas, lalu mendahului masuk. “Kau sudah memeriksa kondisi Zening? Apa dia terluka?” tanya Wang Yang dengan ekspresi linglung sambil mendudukkan diri di belakang meja kerjanya.“Yang Mulia, ada hal penting yang harus saya sampaikan.” Huazhi berlutut. Apa yang akan dia sampaikan, mungkin bisa membuat Wang Yang marah dan memenggal kepalanya. Maka, Huazhi memposisikan diri siap menerima hukuman.“Katakan saja,” sahut Wang Yang malas.“Ini tentang Li Zening.” Huazhi mengumpulkan keberaniannya untuk menyebut nama calon istri pangerannya tanpa sebutan kehormata
Baca selengkapnya
Bab 41-3
Kediaman Raja, Istana Barat“Bagaimana kondisi Han Xiu?” tanya Wang Yang pada Huazhi sambil tetap membaca buku.“Dia sudah sadar, Yang Mulia. Berkat ramuan rahasia yang Anda berikan pada tabib istana, nyawa pria itu dapat tertolong.” Huazhi melangkah mendekati rajanya.“Ada apa? Katakan saja. Di sini hanya ada aku dan kamu, tidak perlu berbisik atau mendekat.”“Ampun, Yang Mulia. Ini adalah malam pertama Nona Li tinggal di istana, apa tidak sebaiknya Anda mengunjunginya?”Wang Yang melempar gulungan buku yang terbuat dari potongan bambu, ke atas meja dan berpaling menatap Huazhi. “Aku tidak ingin ditebas pedang saat sedang berduaan dengannya. Aku rasa, kita perlu menghilangkan kungfu Zening agar tidak membahayakan.”Ngiing...Telinga Wang Yang kembali berdenging. Bersamaan dengan itu, muncul penglihatan yang membuat Wang Yang memegangi kepalanya dengan kedua tangan.&l
Baca selengkapnya
Bab 42-1 Apa Maksudnya Ini?
Paviliun Lingyin“Kalian!” seru Zening girang demi melihat Han Xiu datang berkunjung ditemani Ru Lan, pelayan pibadinya.“Yang Mulia, tolong jaga perilaku Anda!” tegur seorang dayang paruh baya yang sedang memberi pelajaran tata krama pada Zening.“Dayang Kepala Sun, aku sudah belajar tentang tata krama sejak siang tadi. Bisakah kita sudahi malam ini?” pinta Zening dengan kesopanan yang dibuat-buat.“Maaf, Dayang Kepala. Saya Han Xiu, pengawal pribadi yang ditugaskan khusus oleh raja untuk menjaga Nona Li. Bisa tinggalkan kami bertiga? Ada hal penting yang harus saya sampaikan secara pribadi.”“Baik, Tuan Han.” Dayang Sun dan dua dayang muda lainnya undur diri.“Bagaimana lukamu? Apa tabib sudah memperbolehkanmu keluar?” Zening bergegas menghampiri Han Xiu dengan sikap manja.“Yang Mulia, ada hal yang perlu saya sampaikan pada Anda.” Han Xiu berjalan k
Baca selengkapnya
Bab 42-2
Kediaman Putri Mu Lan, Paviliun Mouer Dayang Cheng Xi dan saudarinya sedang berdiri sambil mengangkat bagian belakang roknya. Di samping mereka, Mu Lan sedang melecut sebilah rotan pada betis dua wanita itu bergantian. Dua kakak beradik itu sungguh tidak tahu kesalahan apa yang sudah mereka perbuat hingga pantas mendapat hukuman dari putri raja yang manja dan pemarah. Plaarr ...! Plaarr ...! Suara rotan mengiris daging membuat miris siapa saja yang mendengar. Dua pelayan Mu Lan hanya bisa tertunduk seraya meremas sisi pakaian mereka dan menggigit bibir, melihat darah mulai mengalir keluar dari kulit yang mengelupas. “Heh! Kalian berdua!” bentak Mu Lan pada dua pelayannya. “Kalian camkan baik-baik. Siapa saja yang tidak becus melaksanakan tugas dariku, aku tidak akan segan menghukum mereka. Mengerti?!” teriak Mu Lan yang segera direspon dengan anggukan kepala cepat dan berulang. Brakk! Pintu kediaman didorong kasar dari luar. Wang Yoo b
Baca selengkapnya
Bab 43-1 Kubu Lawan (Baru)
Kediaman Raja, Istana BaratRu Lan mulai panik. Sudah hampir tengah hari, tapi Zening belum juga sadar. Jangankan sadarkan diri, membuka mata saja tidak. Hanya suara rintih kesakitan yang keluar dari bibirnya yang mulai kering karena suhu tubuhnya terus naik.“Apa yang harus aku lakukan?” gumamnya sambil terus menyeka tubuh Zening. “Aku harus pergi mencari bantuan,” putusnya cemas.Ketika Ru Lan merapikan selimut di atas tubuh Zening, Zhaolin masuk dengan tergesa dan menarik lengan kurus gadis itu dengan kasar.“Apa namamu Ru Lan?” tanya Zhaolin panik.Ru Lan terbeliak kaget karena Zhaolin menariknya kasar. “S-saya, Kasim Kepala. Saya Ru Lan.”“Kau yang tadi pagi datang membawa sup pereda pengar untuk Paduka Raja Wang Yang, benar?” desak Zhaolin seraya menggenggam erat pergelangan kurus Ru Lan.“Benar, Kasim Kepala. Saya yang membawa sup tadi pagi. A-ada apa?” Ru
Baca selengkapnya
Bab 43-2
Mata Wang Yang berbinar melihat Zening membuka mata sayunya. Lengan kirinya menyusup ke bawah tengkuk Zening dan membantu gadis itu bersandar ke ranjang. Matanya tak lepas dari wajah cemberut Zening. Bibirnya menyungging senyum samar yang tak luput dari pengamatan Zening. “Cih, aku ragu kalau kau benar bersyukur karena aku siuman.” Zening berusaha keras terlihat garang, tapi yang nampak di mata Wang Yang adalah seringai kesakitan. “Minum dulu.” Wang Yang menyodorkan segelas air ke bibir Zening yang makin rapat mengatup. “Ini hanya air minum. Tidak ada racun di dalamnya.” Mendengar perkataan Wang Yang, alih-alih meminum air yang menggoda kerongkongan keringnya, Zening memalingkan wajahnya menjauh dari bibir gelas. “Mendengar ucapanmu, aku semakin yakin kalau kau menaruh racun di dalamnya!” ketus Zening. Wang Yang hanya mengendikkan bahu dengan cuek. “Terserah kau saja.” Melihat sikap Wang Yang kembali dingin, muncul rasa kesal di hati Z
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
18
DMCA.com Protection Status