All Chapters of Setan-Setan yang Merasuki Tubuh Suamiku: Chapter 71 - Chapter 80
133 Chapters
71. Teror
Andira terperanjat, tubuhnya luruh dan tergeletak di lantai. Apa yang ia lihat membuat kedua kakinya terasa tak bertulang hingga tak mampu untuk menahan beban tubuhnya."Ada apa?" Bagas segera mendekati istrinya. Kepalanya pun menjulur masuk ke dalam kamar mandi untuk melihat apa yang istrinya lihat. Bagas pun tersentak saat tahu apa yang ia lihat. Bak mandi yang biasanya terisi dengan air bersih, kini berubah menjadi merah pekat. Seekor kucing juga nampak mengambang di atasnya, perutnya terkoyak, ususnya pun terurai keluar dari tubuhnya. Melihat hal itu Bagas segera membawa istri serta ibunya keluar, begitu juga dengan Deni yang langsung memapah istrinya keluar kamar. Kemudian mereka segera membersihkan kekacauan itu, keduanya juga memeriksa seluruh pintu dan jendela rumah."Apa kamu yakin ini perbuatan seseorang?" tanya Deni mengerutkan keningnya."Entahlah Kak, Kakak lihat sendiri kan semua pintu dan jendela masih tertutup rapat. Jika ada oran
Read more
72. Teror malam
Kaca jendela tiba-tiba pecah, angin mendadak berhebus menyapu seluruh kamar. Tubuh Leni seketika terpaku di tempat, ketika hembusan berat mendadak menerpa tengkuk belakangnya. Leni langsung menoleh, tapi ia tidak menemukan apa pun di sana."Mati! Mati! Mati!" suara seseorang tiba-tiba menggema di seluruh kamar. Tubuh Leni seketika gemetar, jantungnya juga berdebar semakin kencang ketika lampu di kamar mendadak mati. "S-siapa kamu?" teriak Leni dengan suara gemetarnya. Tubuhnya semakin meringsut menjauh dari jendela ketika bayangan seseorang tiba-tiba muncul bersamaan dengan tiupan angin yang semakin kencang. Leni pun langsung bergegas menuju pintu ketika bayangan itu semakin mendekat ke arahnya. Namun kakinya tiba-tiba tersandung hingga ia jatuh tersungkur ke lantai."Hahaha... Kalian akan mati! Kalian harus mati!" serunya lagi.Leni semakin ketakutan, ia bahkan menyeret tubuhnya menjauh dari bayangan itu. Namun panik seketika melanda d
Read more
73. Seekor ular
"Di antar Dion lagi?" tanya Bagas yang sudah menunggu kepulangan istrinya di depan pintu. "Bukannya tadi sudah minta ijin?" jawab Andira sembari mencium punggung tangan suaminya. Ya, Andira tidak pernah melupakan statusnya sebagai seorang istri. Jadi saat Dion menawarkan tumpangan untuknya, Dira menghubungi suaminya terlebih dahulu untuk meminta ijin dan Bagas pun juga menyetujuinya. "Kenapa dia jadi sering kebetulan lewat di kantormu?"  "Maksudnya?" Andira mengernyit menatap suaminya."Lupakan saja!" ketusnya lalu bergegas meninggalkan istrinya."Dia kenapa?" Andira kembali menautkan kedua alisnya, menatap kepergian sang suami. "Dira, kamu sudah pulang?""Eh, iya Bu. Baru saja sampai." ucapnya pada sang ibu mertua. "Ya sudah, sana bersih-bersih dulu, sholat lalu makan malam bersama. Setelah itu kita pergi menemui Pak Soleh." titah Leni yang kemudian di angguki oleh Andira. Andira
Read more
74. Janggal
Dengan ekor matanya dia dapat melihat sebuah tangan bertengger di atas bahunya. Dengan perlahan ia pun menoleh untuk melihat siapa yang berada di belakangnya. "Ngapain di sini? Ayo masuk." ajak Bagas. Andira akhirnya bisa bernafas lega saat tahu itu adalah suaminya. Dia juga tidak menyadari, ternyata seseorang sudah membukakan pintu untuknya. Dia pun segera mengikuti langkah suaminya memasuki rumah itu. Sesampainya di dalam rumah, ia langsung melihat sekeliling. Rumah yang berdinding kayu itu namapak tak biasa di matanya. Seluruh tubuhnya pun semakin meremang kala deretan patung hewan buas yang terpajang rapi di dinding, nampak menyambutnya. Dadanya juga mendadak terasa sesak, ketika salah satu ukiran ular yang menjadi pegagan anak tangga juga terbuat dari kayu, tiba-tiba memancarkan cahaya merah dari kedua matanya. "Hei. Ada apa?" Andira kembali tersentak saat Bagas menyentuh bahunya, lalu dengan cepat ia pun menggele
Read more
75. Aneh
Sejak kepulangan Andira dari rumah Pak Soleh semalam, hati Andira terus saja dilanda gelisah. Keanehan-keanehan yang ia rasakan di rumah itu membuat hatinya tak tenang. Mulai dari sikap aneh Pak Soleh, kejadian aneh saat Andira menatap patung-patung yang Pak soleh koleksi serta larangan bagi siapa saja untuk melihat metode pengobatannya.  Namun ketika Andira menceritakan semua rasa kegelisahannya pada sang ibu mertua, mertuanya malah mengatakan kalau itu hanya perasaannya saja. Akhirnya semalaman Andira tidak bisa tidur dengan nyenyak dan terus saja memikirkan keadaan suaminya. Hingga hari ini pun, dia bahkan tidak bisa melakukan atifitasnya dengan benar. Matahari pun kini mulai terbenam, namun Andira sama sekali belum mendapatkan kabar dari sang ibu mertua tentang kepulangan sang suami. Semua pekerjaan kantor yang ia kerjakan kacau, dia bahkan tidak bisa berkonsentrasi saat rapat tengah berlangsung, pikirannya kalut, hatinya pun berkabut.
Read more
76. Berubah
"Sayang, kamu kenapa?" Andira bergegas masuk, menyusul suaminya. "Kamu yang kenapa?" Bagas langsung berbalik dan menatap wajah istrinya. "Aku? Memangnya aku kenapa?" tanya Andira mengerutkan keningnya. "Kamu pulang dengan siapa? Kenapa gak kasi kabar?" tanyanya dengan suara yang agak meninggi. "Apa maksudmu? Aku pulang bareng Sisi. Lagi pula bagaimana aku bisa kasi kabar, aku saja tidak tahu kalau kamu sudah pulang." jelas Andira kembali meraih tangan suaminya. "Alasan!" bentak Bagas sembari menepis kasar tagan istrinya. Andira tertegun seketika saat mendengar ucapan suaminya. Ini kali pertama kalinya Bagas memperlakukannya dengan kasar. Air matanya pun luruh seketika sembari menatap kepergian suaminya. "Dira kenapa?"  Andira segera mengusap air mata yang membasahi kedua pipinya. Ia tidak ingin mertuanya tahu dan malah akan menambah beban pada ibu mertuanya. "Kelilipan Bu." kilahnya kemudian. "Oh, ya sudah
Read more
77. Gelisah
Rasa bersalah mendadak muncul dalam hati Bagas ketika ia menyadari sikap kasarnya terhadap sang istri. Bukan tanpa alasan Bagas melakukan hal itu. Dia tidak ingin istrinya itu tahu keadaan dirinya ketika ia sedang menunaikan ibadah sholat. Maka dari itu dia menolak ajakan Andira untuk sholat berjamaah dengannya. Semenjak Bagas berada di rumah pak Sholeh, dia menjadi sangat sulit untuk menunaikan ibadah sholat. Jangankan untuk sholat, berjalan untuk megambil wudhu pun dia seolah tak mampu. Kadua kakinya terasa amat berat untuk melangkah, bahunya pun terasa sangat sakit seakan tengah memikul sesuatu yang sangat berat. Seperti halnya malam ini, Bagas membutuhkan waktu hampir setengah jam untuk menyelesaikan ibadah sholat isya'nya. Rasa sakit di bahunya pun semakin menjalar ke bagian dada kiri, ketika ia tengah menjalankan ibadah sholat. Bahkan Bagas sampai membungkuk karena menahan rasa sakit. Meski begitu, Bagas merasa senang karena sejak kemarin ia tidak kambuh. 
Read more
78. Berat
Di saat matahari belum menampakkan sinarnya di permukaan bumi, Bagas sudah lebih dulu terbangun dari tidurnya. Ia merasa amat senang karena semalam penuh dia tidak terjaga dan bisa tidur dengan nyenyak sembari memeluk istrinya. Dipandanginya wajah wanita yang sudah setia menemaninya dalam keadaan susah maupun senang itu dan dia pun kembali teringat dengan pertanyaan yang sempat dilontarkan oleh istrinya semalam. Saat itu Bagas menatap lekat wajah istrinya yang nampak murung, raut wajahnya pun juga terlihat sedih seakan tengah memikirkan sesuatu. "Kamu kenapa?" tanyanya pada sang istri. "A-aku takut! Aku takut saat kita berhubungan, mereka yang merasuki tubuhmu masih ada di sana dan itu sama saja dengan mereka juga menikmati tubuhku." ucap Andira menutup rapat kedua matanya. Bagas tertegun seketika, ia pun langsung bangkit dan duduk bersila menghadap istrinya. "Sayang, dengarkan aku." Bagas membimbing Andira agar duduk berhadapan dengannya.
Read more
79. Kesal
Bagas terbelalak, tubuhnya juga membeku seketika. Perlahan dia mulai mengatur nafasnya. Lalu ia berbalik dan tersenyum pada istrinya. "Sudah bangun Sayang?" serunya."Kamu kenapa gak bangunin aku?" keluh Andira pada suaminya. Bagas beranjak dari duduknya lalu perlahan mendekati istrinya yang masih terduduk di atas kasur. Terlihat jelas wajah kesal istrinya yang tengah merajuk. "Aku kasian lihat kamu tidur nyenyak tadi, aku pasti sudah membuatmu capek semalam." ucapnya sembari mengusap lembut pucuk kepala istrinya."Biasanya juga begitu, tapi kamu tetep bangunin aku!" Andira melirik sekilas ke arah Bagas, lalu membuang pandangannya dan kembali memasang wajah yang kesal. Cup! Satu kecupan berhasil mendarat di pipi kanan Andira. "Kamu mau, aku ajak mandi bareng lagi?" Bagas menatap istrinya dan tersenyum penuh arti padanya.Andira langsung menoleh, ditatapnya sang suami yang tengah tersenyum penuh arti padanya. "Tidak mau
Read more
80. Kotak coklat
Bagas bergantian menatap tajam ke arah kotak dan pria yang bertugas sebagai kurir itu. "Untuk apa kau mencari istriku?" tanyanya tanpa mengaihkan pandangannya."Anu, i-itu. A-ada paket untuk Ibu Andira." Jawab kurir itu dengan gemetar.Tanpa mengatakan sepatah kata pun Bagas langsung menyambar kotak merah itu, lalu pergi begitu saja meninggalkan sang kurir.Brak!"Astaghfirullah!" sang kurir langsung tersentak saat Bagas menutup pintu rumahnya dengan keras. Dia menggelengkan kepala dan langsung pergi dari rumah Bagas. Bagas memasuki rumah dengan tergesa, wajah pun terlihat tak bersahabat. Ia menatap sang istri serta ibunya tengah menunggunya di meja makan.Pyar!Dengan kasar Bagas melempar kotak merah itu ke hadapan istinya, hingga menyenggol gelas yang berada di atas meja.Andira dan Leni pun terperanjat, terlebih saat gelas itu terjatuh dari atas meda hingga pecah dan berhampuran di lantai."Bagas! Apa-apaan ini?
Read more
PREV
1
...
678910
...
14
DMCA.com Protection Status