All Chapters of BERCINTA DENGAN HANTU: Chapter 71 - Chapter 80
183 Chapters
BAB 71
“Gung, aku tinggal dulu,” seru Darto sudah di atas sadel motornya dan Istri sudah ada di boncengannya, “Ok Bos, beres, yang penting bonusnya ditambahin Bos!” teriak Agung, “Aku juga bos” mereka kompak bersuara, dasar anak Buah luknut “beres, untuk bulan ini aku tambahin, itung-itung selamatan” HOREEEEE UHUY mereka buru-buru bersorak sorai, “oh ya... ntar juga antarkan sepeda Istriku ke rumah Gung” “Ok Bos” Agung membuat tanda OK dengan jarinya Darto segera melajukan motornya “Humai, kita makan apa nih” seru Darto sambil mengendarai motor tentu harus bersuara kencang agar lawan bicara mendengar, “Terserah Habi aja, akau sih pemakan segala” teriak Ninik tak kalah kenceng “wah aku jadi ingin kamu makan Humai” teriak Darto sambil memiringkan wajahnya agar Ninik bisa mendengar dengan jelas Ninik yang mendengar itu jadi gemes, “Habi jadi mesum ah”di jitak Helm Darto sampai berbunyi pletak Darto tertawa tergela
Read more
BAB 72
“Eh kemana kamu Nik, cemburuan amat,” teriak irmaDarto dan Ninik tidak menggubris teriakan Irma, mereka terus saja melangkah keluar, dia menggandenga tangan Ninik posesif, dia masih kesal,“Kita mau kemana Bi?” tanya Ninik setengah berlari kelaur dari depot, “kamu mau apa Humai? Pingin makan Padang lagi atau yang lain” tawar Darto sambil memakai helm,“Habi memang pingin makan apa?” tanya Ninik balik, tangannya sibuk mengaitkan tali Helm, nampak kesuliatan, Darto membantunya, sedang Nur melihatnya dari jauh dari dalam Depot, dia masih sibuk melayani pelanggan, saat melihat Ninik dan Darto dia mengamati sebentar, dia tersenyum, melihat moment romantis sahabatnya itu dengan suaminy, ‘semoga kamu selalu bahagia Nik, kamu gadis baik’ Doanya dan senyum Nurlaela mengembang“Jangan tanya Habi, karena aku pinginnya makan Humai” terkekeh“Ish, siang-siang Mesum&rdquo
Read more
BAB 73
“Eh, maaf pak, kami punya buktinya, saya akan telpon orang untuk mengambilnya,” Darto meyakinkan dengan gugup, “Ah kelamaan, ayo kalian ikut ke kantor, nanti kalau sudah ada bukti, kalian bisa bebas” seru salah seorang, Ninik kelihatan semakin panik dan tertekan, melihat Ninik seperti itu hatinya sakit, Darto ingat cincinnya “Eh...tunggu pak, pak Cincin ini bisa jadi bukti pak” kata Darto tingkat kegelisahan meningkat, betapa malunya kalau sampai dangkut Satpol, kemudian salah seorang memeriksa cincin Darto yang ada namanya dan nama Ninik, salah seorang lagi juga memeriksa cincin Ninik, “bener pak, juga sesuai nama di KTP, kata seorang yang memeriksa cincin Ninik” seru petugas wanita itu “Nah bener kan pak, kami nggak bohong” ada sedikit kelegaan di ekspresi Darto “Tidak bisa, Ini negera Hukum, Dokumen Sah itu adalah Akta Nikah, atau KTP harus sesuai keduanya harus dengan alamat yang sama” bapak gendut itu ngeyel, Darto jengah dan kesal dengan kengeye
Read more
BAB 74
Sore itu Darto dan Ninik asik membersihkan taman kecil di teras, yang memang selama ini terbengkalai, padahal kalau di rawat sedikit, taman ini cukup indah, di dinding sebelah kiri ada tebing-tebingan, juga ada air mancur yang mesinnya sudah mati, dibawahnya ada kolam kecil, di depannya ada taman kecil dengan aksen jalan kecil  dari batu bulat-bulat seperti irisan pohon, Ninik ingin menhidupkan suasana taman itu lagi, Darto membantu dengan senang, memang selama ini dia mengabaikan peraawatan rumah, jadi nampak suram dan seperti rumah nggak terawat“Bi... besok belikan mesin untuk air mancur, biar rumah terasa adem” seru Ninik sambil mencabuti rumput“Terserah kamu Humai,” jawab Darto singkat tangannya terus mencabuti rumput“Bi, tukang renovasinya sudah dihubungi...?” tanya Ninik lagi“Sudah Humai, mungkin besok mereka kesini survei lokasi, dan mendiskusikan desain” sahut Darto“Desainnya y
Read more
BAB 75
Pagi itu Ninik sibuk di Dapur, dia menyiapkan menu sarapan,“Masak apa Humai?” Darto menyergap dari belakang, dagunya di sandarkan di pundak istrinya itu,“Masak Bubur Bi... Habi mau?” tanya Ninik pada suaminya“Apapun masakanmu aku suka” sahut Darto kalem sambil menegakkan tubuhnya, di cium rambut puncak kepala Ninik, harum bau shampo menguar, subuh tadi habis keramas yang kedua, mengingat itu Darto terkekeh dalam hati“Bi kesana gih nanti Sarung dan Baju Habi kotor” seru Ninik “ nggak mau,”  dia terus saja menenpel sambil menciumi puncak kepala NinikPRAKK“Astaghfirullah” mbak Susi secepatnya berbalik, dan mengambil sapu dan seroknya yang terjatuh tadi sambil setengah berlariDarto dan Ninik yang taadi juga ikutan kaget, mereka sampai lupa bahwa dirumah ini sekarang ada orang lain, Darto dan Ninik saling berpandangan, kemudian terkekeh geli“H
Read more
BAB 76
“Aduh” Susi memegangi kakinya, Ninik yang di kamar sedang meneruskan tidurnya, karena hampir semalam suaminya minta terus, jadi sekarang dia ingin istriraha, berbanding terbalik terbalik suaminya itu saat bangun malah terlihat segar Mendengar suar grubyak Ninik segera terbangun dan berlari kearah suara, dilihatnya Susi sedang memegangi kakinya, sambil meringis, di dekatnya ada kursi dan ember gelimpang, “Aduh mbak, kog bisa jatuh” seru Ninik khawatir, dia papah Susi menuju ke Sofa, biar dia bisa duduk dengan baik, dilihatnya pergelangan kaki Susi bengkak, Ninik mengambil gawainya, dia hendak menghubungi suaminya, mungkin tahu tukan pijat urut, DRRRT DRRRT Darto yang sedang berbicara dengan Agung merogoh saku celananya karena dirasa ada getaran dan nada panggilan, dari istrinya, dia yang memasang nada dering khusus istrinya itu, dia segera masuk ke kantornya agar terhindar dari suara-suaraa khas Bengkel, “Assalamualaikum Humai, sudah Rindu deng
Read more
BAB 77
POV NINIKAku terjengit mendengar penuturan Suami, lha terus Nenek yang tadi itu siapa?Hatiku jadi berdebar-debar, merasa ada sesuatu yang aneh, tingkah Nenek itu juga rada aneh, “Humairah...humairah...!”seru suamiku dari seberang sana“Kog diam ada apa...?” tanya suamiku panik“Eh nggak kog Bi, kalau Habi bisa pulang cepat, pulang ya... ada yang mau aku omongin”“Siap Humairahku sayang, apalagi kalau ngomong malam-malam,” jawab suamiku cengegesan, ih dasar semakin lama semakin mesum suami aku tuh“Ya udah Bi, Wassalamualaikum” putusku, kalau diladeni bisa nggak putus-putus jadinyaAku segera menemui Nenek itu kembali, aku amati, beliau, kira-kira umurnya 50 tahun, masih cekatan kelihatannya,“Usiaku 75 tahun” cetus Nenek itu setelah melihatku bengong dan sedang mengamatiya,75 tahun? Tidak salah? Batinku, dia masih ceperti usia 50 tahun,&ld
Read more
BAB 77
POV NINIKAku terjengit mendengar penuturan Suami, lha terus Nenek yang tadi itu siapa?Hatiku jadi berdebar-debar, merasa ada sesuatu yang aneh, tingkah Nenek itu juga rada aneh, “Humairah...humairah...!”seru suamiku dari seberang sana“Kog diam ada apa...?” tanya suamiku panik“Eh nggak kog Bi, kalau Habi bisa pulang cepat, pulang ya... ada yang mau aku omongin”“Siap Humairahku sayang, apalagi kalau ngomong malam-malam,” jawab suamiku cengegesan, ih dasar semakin lama semakin mesum suami aku tuh“Ya udah Bi, Wassalamualaikum” putusku, kalau diladeni bisa nggak putus-putus jadinyaAku segera menemui Nenek itu kembali, aku amati, beliau, kira-kira umurnya 50 tahun, masih cekatan kelihatannya,“Usiaku 75 tahun” cetus Nenek itu setelah melihatku bengong dan sedang mengamatiya,75 tahun? Tidak salah? Batinku, dia masih ceperti usia 50 tahun,&ld
Read more
BAB 78
POV AUTHOR“Baiklah Mbok suami saya menyetujui, tapi sementara, nanti apabila kami punya waktu, kami bersedia mengantar mbok Rah pulang, siapa tahu anak Mbok Rah pulang tidak menemukan Mbok rah dirumah, anak Mbok Rah malah ngilang lagi” terang Ninik panjang kali lebar, memberi pengertian pada mbok Rah, agar mau pulang, dia mencoba merayu mbok Rah,“Baiklah kalau begitu, tapi sementara boleh kan mmbok Ikut disini?”“Boleh Mbok, Mbok bukan pekerja disini, tapi tamu kami, jadi jangan merasa sungkan ya...”Kebaikan yang mencelakakan, Ninik tidak sadar membawa Api dalam Rumah Rangganya.Haripun berlalu, Pagi itu diiringi kicauan burung-burung yang bersahut-sahutan, rasanya pagi hari begitu terasa penuh semangat, maklum tetangga sebelah hobi piara burung, bermacam-macam pula, kalau di kota seperti ini jangan harap suara burung liar, palingan burung gereja yang berseliweran di atas genting,Seperti biasa Ninik me
Read more
BAB 79
Darto dan Ninik sudah keluar dari Pasar, kini di kedua tangan Darto ada dua tas besar, badannya yang tinggi besar dan kekar  tidak membuat Darto repot, yang membuat repot itu dia harus berhimpit-himpitan dengan Ibu-ibu, “Humai mau belanja apa lagi...?” ini sudah penuh, Ninik menoleh ke arah suaminya, kedua tangannya sudah menenteng tas kresep besar penuh isi, dia jadi terkekeh geli melihatnya “Bi...anggota keluarga kita bertambah dua sekaligus, jadi aku harus belanja banyak untuk 3 hari,” terang Ninik, Darto tak berkutik, alasan Ninik benr juga Setelah keluar dari pasar, Ninik tidak membawa apapun, hanya membawa dompetnya saja, sedang Darto menenteng dua tas besar, dia menghembuskan nafas, lega rasanya keluar dari pasar yang uyel-uyelan itu, Darto seperti kembali bernafas, melihat itu, Ninik tertawa geli Sesampainya di rumah, Ninik menggelar belanjaannya di meja, dia pilah-pilah sesuai jenisnya, Susi dan mbok Rah mendekati, “Sudah
Read more
PREV
1
...
678910
...
19
DMCA.com Protection Status