All Chapters of Jerat Cinta Duda Bucin: Chapter 101 - Chapter 110
135 Chapters
Berbagi Cinta : Menjadi Istri Kedua Akbar
Sussana menarik selimut untuk menutupi tubuh polosnya yang berbaring miring. Sedangkan Akbar merebah di belakang punggung Sussana dengan nafas memburu. Hari ini sudah dua kali Akbar menyentuh Sussana. Tadi siang ketika mereka masih berada di kediaman orangtua Akbar dan baru saja Akbar kembali mengulangi sesuai dengan ucapannya tadi siang.Meskipun Akbar selalu memperlakukannya dengan lembut saat penyatuan diri, entah kenapa Sussana sedikit khawatir karena kondisi perutnya yang sudah membuncit. Tangan Akbar kini melewati pinggang dan mengelus pelan perut Sussana.“Kesayangan Daddy, baik-baik saja ‘kan?” tanya Akbar.“Mas, geseran. Tubuh kamu lengket,” ujar Sussana.“Ini bukan lengket, tapi peluh penuh cinta. Istirahat sayang, terima kasih sudah membuat aku mengerang nikmat,” ucap Akbar di telinga Sussana. Sussana tidak menampik jika dia pun menikmati kegiatannya barusan. Entah mengapa semenjak berpisah dengan Akbar dan bertemu kembali di Jogja dan memutuskan untuk bersama dengan Akbar
Read more
Berbagi Kenikmatan
"Bagaimana Akbar? Aku tau kamu akan bersikap adil pada kami," ujar Nola. Kini semua tatapan beralih pada Akbar, menunggu jawaban yang dipilih oleh Akbar. Akbar berusaha menelan makanan yang sedang meluncur di tenggorokannya. Berada di situasi paling membahayakan. Dia tidak tau respon apa yang akan ditunjukan oleh orang-orang yang ada di sekitarnya saat ini. Menganggap Syamsul, Ayah Nola agak tidak waras karena merelakan putrinya menjadi istri kedua. Entah apa maksud dan rencana dari Nola dan Ayahnya. Tanpa menoleh pada Sussana yang ada di sampingnya, dimana saat ini Sussana menunduk dengan kedua tangan saling meremas di atas pangkuannya. Sangat memahami perasaan Sussana saat ini, tapi Akbar tidak ingin gegabah dalam bersikap agar tidak menyakiti hati Sussana, Nola juga Mamihnya. Entah neraka macam apa yang akan dia ciptakan jika dia harus hidup dengan dua istri. Akbar hanya bisa bergidik membayangkannya. “Akbar, kami menunggu,” ujar Ayah Nola. Akbar menghela nafas sebelum memulai
Read more
Perdebatan Karena Aldi
Hari-hari berlalu. Sejak pertemuan di restoran dengan keluarga Nola dan penolakan dari pihak Akbar terhadap ide gila Syamsul, Nola dan Akbar tidak pernah bertemu lagi. Kalaupun masih ada kerja sama diantara mereka, Akbar selalu meminta Bowo untuk mengatur semuanya. Perut Sussana semakin besar karena kehamilan yang sudah memasuki trimester ketiga. Bahkan keluhan sering keluar dari mulut mungil Sussana yang semakin manja pada Akbar. Mereka masih tinggal di kediaman Gerry, demi keamanan dan kenyamanan Sussana. Akbar sedang mengusap punggung Sussana, yang sejak dia pulang dari kantor mengeluh sakit juga pegal. Sebenarnya hal yang dikeluhkan Sussana wajar mengingat umur kehamilannya. Tapi Akbar merasa keluhan Sussana menyusahkan Sussana. Apalagi semakin kesini, Sussana semakin sering berkemih bahkan sulit tidur karena posisi yang serba kurang nyaman. “Masih sakit?” tanya Akbar karena dia pun sudah ingin beristirahat. “Bukan sakit, tapi pegal,” jawab Sussana. “Hmm.” “Sebelah sini Mas,”
Read more
'Kok Diam?
“Kami bertemu di Mall, ditengah keramaian dan aku bersikap biasa saja. Enggak mungkin aku teriak-teriak menuduh Kak Aldi macam-macam dan di sana tempat umum kita tidak bisa melarang orang untuk datang ke sana. Kalau tidak percaya, periksa CCTV area tempat kami bertemu. Bagian mana yang tidak masuk akal dan logika Mas Akbar?” tanya Sussana.Akbar hanya bisa terpaku mendengar deretan kalimat yang diucapkan Sussana. ‘Ternyata kita akan kalah jika berdebat dengan wanita,’ batin Akbar.“Loh, ini mau kemana? Aku mau pulang,” ujar Sussana.Akbar hanya diam, karena jika dia bersuara Sussana hanya akan kembali mengajaknya berdebat. Merasa pertanyaannya diabaikan, Sussana mendaratkan cubitan pada pinggang Akbar.“Aduhhh, sakit sayang,” ucap Akbar.“Sakit juga aku, diabaikan oleh Mas Akbar,” sahut Sussana. Akbar hanya menggelengkan kepalanya. “Kamu ikut Mas ke kantor,” jawab Akbar.Sussana merubah posisi duduknya menyerong menghadap Akbar, “Mau ngapain ke kantor?”“Kamu maunya ngapain?” tanya ba
Read more
Kecemburuan Akbar
Akbar dan Sussana masih berada di kamar, sedang bersiap untuk menghadiri perayaan perusahaan rekan Akbar. Ketika mematut penampilannya di cermin, Akbar menoleh pada Sussana yang berjalan perlahan setelah mengenakan dress pesta khusus untuk ibu hamil. Mengikuti langkah Sussana yang ternyata menuju meja rias. Entah apa yang disapukan pada wajah itu. Dengan berbagai jenis tube, pensil, lipstik juga bedak bergantian di poles oleh Sussana pada wajahnya. “Kapan jadwal kontrol ke Rumah Sakit lagi?” tanya Akbar. “Minggu depan. Karena sudah lebih dari 36 minggu, setelah itu kontrol per satu minggu sampai aku melahirkan,” jawab Sussana. Akbar mengusap wajahnya melihat Sussana belum selesai dengan aktifitasnya. Karena saat ini, Sussana terlihat sedang mengatur bentuk rambutnya. “Sayang, kamu sudah cantik. Ini mau dibuat bagaimana lagi sih?” Sussana tetap dengan aktifitasnya. “Mas Akbar mending diem deh, aku cantik juga untuk Mas Akbar. Iya kali istri Akbar Putra Mahesa tampilannya biasa aja.
Read more
Mempercepat Persalinan
“Jadi, senyam-senyum dan merespon pria lain itu tidak salah?” tanya Akbar.“Haahh. Siapa yang merespon pria lain?”“Jangan menjawab pertanyaan dengan pertanyaan lain.”Sussana menghela nafas kesal, “Aku enggak ngerti maksud Mas Akbar.” Akbar melangkah, karena Sussana tidak bergeser dari posisinya. Bahu mereka beradu membuat Sussana oleng dan menghantam dinding.“Auwww,” jerit Sussana.Akbar menoleh dan panik melihat Sussana yang bersandar pada dinding sambil memegang pinggangnya.“Sussana, mana yang sakit?” tanya Akbar. Sepintas dia menyesal karena terlalu emosi dan sedikit kasar pada Sussana. Sussana menghempaskan tangan Akbar yang menyentuh perut dan pinggang Sussana.“Nggak usah pegang-pegang. Cemburu aja dibesarkan,” ucap Sussana lalu berjalan tertatih menuju ranjang. Akbar mengikuti Sussana tapi tidak berani menyentuhnya. “Sayang, masih sakit? Kita ke rumah sakit. Aku takut kamu kenapa-kenapa,” sahut Akbar.“Kalaupun ada apa-apa dengan anak aku, jelas itu karena Mas Akbar,” ujar
Read more
Become A Mother
Hari sudah hampir tengah hari, Sussana masih harus menikmati kontraksi yang muncul dan hilang. Menggenggam salah satu tangan Sussana yang terkadang mencengkram ketika rasa nyeri muncul. Perawat mengatakan Sussana sudah sampai pada pembukaan enam. Meski tidak terlalu paham dengan jenis pembukaan dan seperti apa bentuknya, Akbar hanya mengangguk dan memastikan jika yang dialami Sussana adalah hal yang wajar ketika seorang wanita akan melahirkan.“Shhh,” Sussana mendesis menahan nyeri sambil terus mengatur deru nafasnya. Zudith dan Halimah sedang berada di kantin Rumah Sakit untuk makan siang. Gerry masih setia di depan ruangan tindakan khawatir jika Akbar membutuhkan sesuatu.Teringat proses Sussana melahirkan anak pertamanya, dimana dia yang setia menemani persalinan bersama Halimah.“Sayang,” ucap Akbar sambil menyeka keringat yang membasahi kening juga leher Sussana. Sussana menoleh pada Akbar yang terlihat sangat khawatir. Meski hanya mengenakan kaos putih dan celana chinos pendek b
Read more
Dendam Seorang Maya
Sudah dua tahun berlalu sejak Sussana melahirkan. Yuna putri dari Akbar dan Sussana sedang aktif-aktifnya. Sussana yang sedang mengandung anak ketiganya kewalahan mengasuh putri tercintanya. Saat ini Akbar dan keluarga kecilnya tinggal di kediaman Yudha. Merenovasi paviliun belakang menjadi bangunan baru untuk tempat tinggal Akbar dan Sussana juga buah hatinya. Akbar semakin posesif pada Sussana, apalagi saat ini Sussana kembali mengandung keturunannya. Jika di keluarga pada umumnya, sang istri yang akan terus menghubungi suami untuk mengetahui aktifitas dan keberadaannya. Keluarga ini kebalikannya, Akbar yang sering menghubungi Sussana menanyakan apa yang sedang dia lakukan. Meskipun jawabannya akan selalu sama, yaitu menjaga Yuna putri mereka. “Baru satu jam yang lalu Mas Akbar kirim pesan menanyakan aku sedang apa, nggak bosan apa bentar-bentar pegang ponsel kayak ABG sedang jatuh cinta,” ujar Sussana melalui panggilan telepon. “Aku memang sedang jatuh cinta. Cinta pada istriku,
Read more
Rencana Jahat Maya
“Hai sayang,” sapa Maya pada Aldi yang baru saja tiba. Aldi mendengus kesal, sebenarnya dia tidak ingin menyanggupi pertemuan ini tapi Maya selalu memiliki cara untuk memaksanya. Maya yang mengenakan celana jeans dan atasan berjenis ruffled top terlihat berbeda karena tubuhnya yang lebih ramping. “Sejak kapan kamu bebas?” “Hei, kenapa pertanyaan kamu seakan tidak suka jika aku sudah bisa menikmati kebebasan ini.” Aldi menghela nafasnya, “Maya, aku sebenarnya enggan untuk menyanggupi pertemuan ini. Kenapa? Karena semua yang terjadi karena kamu, ulah kamu. Kalau saja aku tidak terpedaya oleh mulut manis kamu, mungkin aku tidak akan menghabiskan hampir dua tahun di hotel prodeo,” keluh Aldi. Maya terbahak, “Kenapa kamu malah menyalahkan aku, bukankah saat itu kamu sangat bersemangat ketika aku menyampaikan ide untuk mengerjai Sussana. Kamu sangat antusias untuk balas dendam.” “Tapi yang kita rencanakan tidak seekstrim yang terjadi. Kamu benar-benar psycho.” Maya hanya tersenyum, “
Read more
Semua Karena Sussana
Sussana sudah berada di rumah. Bahkan sudah kembali bermain dengan Yuna. Barang dan perlengkapan yang dibeli sedang dirapikan oleh Mer di kamar bayi sebelah kamar tidur Akbar dan Sussana yang terhubungkan dengan connection door.“Mommy,” teriak Yuna sambil melompat-lompat saat melihat kucing yang berjalan mendekat.Sussana hanya tersenyum gemas melihat tingkah lucu putrinya. Tiba-tiba teringat Saka, lalu meraba liontin kalung atas nama putranya.“Sussana,” panggil Akbar menyadarkan dari lamunannya .“Loh, Mas Akbar sudah pulang?”“Hmm. Di mana Mer?”Sussana menoleh ke arah kamar, “Sepertinya masih membereskan perlengkapan.”“Mer,” panggil Akbar. Tidak lama kemudian, perempuan berumur hampir empat puluh tahunan itu pun muncul. “Iya, Pak.”“Jaga, Yuna. Ada yang harus saya bicarakan dengan Sussana,” titah Akbar.“Baik, Pak.”Akbar membantu Sussana bangun dari duduknya. “Ada apa sih Mas?” tanya Sussana bingung saat berjalan menuju kamarnya dalam rangkulan Akbar.“Duduklah,” pinta Akbar
Read more
PREV
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status