All Chapters of Kupinang Mantan Istriku : Chapter 41 - Chapter 50
74 Chapters
41. Adam Abdurrahman
Minggu pagi ...Redup dengan sayup-sayup alunan daun, membelai sejuk wajah pria hitam manis. Dari petang, ia sudah berkemas. Siapkan seluruh perbekalan untuk sambang ke kampung nan jauh di ujung barat. Ada beberapa lempeng obat-obatan, ada gula khusus yang rendah akan kandungan kalori. Juga dua lembar batik berlukis gajah terselip di box belakang jok ... motor.Adam Abdurrahman, pria matang berusia dua puluh tujuh tahun itu nampak bungah dengan simpati Umi. Layaknya ibu sendiri, Umi Aida siapkan segala sesuatu untuk teman jalan. Sarapan nasi goreng sudah ada di meja, saat yang lain belum siap, Umi telah meneriaki Adam dan Muha yang hendak pergi.Adam anggap perjalanan kali ini adalah napak tilas. Momen-momen yang melibatkan pribadi dengan perempuan bernama Ayudia sangat menyengat hati. Tak lepas barang secuil pun. Adam jatuh cinta dari kali pertama dua titik fokusnya menatap gambar di sebuah ponsel.Memang hanya karya manusia iseng, potretan tak berarti apa-apa. Namun, entah kenapa ha
Read more
42. Bahagia tanpa ekspresi
Ayudia tak hapus senyum dari datang tadi sampai sudah menjelang pulang. Gurat sedih lenyap, wajah mulus itu terlihat amat manis, lain dengan kala tinggal di pesantren. Entah sudah bangkit, atau ia memang perempuan pandai menelan kepahitan tanpa mau makhluk lain mendengar kecuali diri sendiri. Tentu dengan topeng gembira.Betapa sederhana hidup sesungguhnya, yang pelik cuma liku dan tafsirannya. Kalau tidak pandai-pandai mengolah hati, pasti tumpas juga termakan sesal tak berkesudahan.Adam gagal mencerna kalimat Ayudia, pria itu tiba-tiba menggeragap kala Muha kagetkan di bahu. Saking seru ia susuri detail wajah cantik di hadapannya. Kerudung instan warna krim membentuk lingkar wajah sempurna. Pipi tirus hidung mancung dan bibir atas agak tebal. Cantik luar biasa. Sudah wajar ketika insan jatuh cinta, semua dianggap sempurna tanpa cacat.Saat begini, Adam sulit menjadi manusia normal. Kecerdasan seolah terbang dan ia jadi orang bebal. Isinya cuma Ayudia, Ayudia dan Ayudia.Pada waktu
Read more
43. Muncul tanpa janji
Sepuluh hari berlalu sejak kunjungan Adam, komunikasi terjalin baik. Jarang ada kelonggaran dalam tujuh hari, Minggu juga sudah terjadwal di kebun. Ayudia nikmati semua, tujuan majukan pendidikan generasi Kipyuh akhirnya terbayar. Proposal yang ribuan kali dikirim, kini sudah dibalas pembesar dengan bahan mentah. Ayudia lega, rapuh kayu sengon akan segera pensiun berganti permanen.Dicelah sibuk, ia sempatkan meng-iklan laptop seken kreasi Adam. Alhamdulillah, laku keras, juga pengguna jasa perbaikan. Cukup untuk beli obat gula darah.Lalu bagaimana ungkapan yang sempat digadang Adam?Tak bermasalah. Ayudia sudah tanya maksud Adam. Dijawablah oleh Adam, "ndak usah dipikirkan, sekarang kamu fokus dulu sama kerja dan rawat Atuk. Tapi ingat, hati-hati dengan lelaki yang baik sama kamu, karena mereka pasti punya tujuan deketin kamu. Yang artinya suka sama kamu.""Berarti Kak Adam juga suka sama Dia?""Iya. tapi kan kita sudah kenal baik, dan aku ndak permasalahkan itu. Ndak perlu Dia piki
Read more
44. Aneh, Bukan Aneh
Sang Surya terik dengan ganas, menyengat kulit hingga menusuk pori-pori. Sangat panas. Kemarin tujuh hari Atuk, Abah beserta rombongan baru saja lepas, usai habiskan malam peringatan tujuh harian. Tinggallah Adam dan Ammar, sebentar saja mereka duduk, lalu akan lepas juga. Meninggalkan Ayudia sendiri dengan sang Uti. Sedih, tapi begitulah hidup. Semua yang bernyawa akan merasakan mati. Semua yang datang akan pergi. Sepanjang hari Ayudia membisu, bicara dengan sinarmata dan perubahan-perubahan air mukanya saja. Kata-katanya tak berbunyi, akan tetapi semua pasti tahu maknanya: bagaimana akan jalani hidup selanjutnya? Hanya senyum palsu sesekali tergambar, lalu kembali lagi buyar. Uti satu yang ia punya malah jatuh juga, Adam sangat prihatin. Pilu hidup yang dirasa, ternyata tak ada apa-apa dibanding liku cerita Ayudia. "Kami pulang dulu. Jaga kesehatanmu, agar bisa menjaga Uti dengan baik. Nanti, sesekali aku akan datang menengok kesini." Kata Adam, lalu berbalik. Mengusap sudut mata
Read more
45. Ammar jadi Saksi
Pagi-pagi sekali, masih pukul lima kurang delapan menit. Usai sholat jamaah subuh, Adam bergegas memanasi motor, lalu pergi tanpa kembali pamit ke rumah Abah. Sebabnya semalam Adam sudah dari sana, mengajak Muha. Sayangnya Muha tak bisa ikut dikarenakan sedang menjalani ujian semester.Udara pagi menusuk kulit, apalagi semalam hujan deras mengguyur seluruh kecamatan di Sandur. Jaket parasut yang memeluk kaos hitam, tak juga memberi Adam rasa hangat. Pukul enam sudah naik perahu, bibir Adam pucat dan kering. Adam menggigil. Ya, tubuh manusia memang punya upaya adaptasi sendiri, tubuh bisa merespon cepat kondisi lingkungan agar senantiasa bertahan serta berfungsi dalam keadaan normal, atau biasa disebut homeostasis."Abang kedinginan, ya?" Tanya anak buah perahu yang cuma semata wayang.Adam mengangguk, sambil menggosokkan telapak tangan. Matahari yang ditunggu malah berselimut awan hitam. Sudah tahu musim hujan, Adam tak membawa baju lain."Ini diminum kopinya, Bang. Mungkin kurang man
Read more
46. Bukan Pertanda
Hidup adalah pilihan. Memilih sesuatu yang menyangkut masa depan membuat diri bimbang. Perlu banyak hari untuk diam sejenak, berpikir dan menimbang segala yang baik dan mampu dijalani. Begitu yang dilakukan Ayudia. Ia tak ingin salah langkah menentukan imam dunia akhirat. Masa depannya akan dipengaruhi oleh akumulasi pilihan-pilihan hari ini.Terusik pula oleh getar yang kadang ada, saat bertemu, kala berbincang, atau hanya sekedar bertukar pesan. Sedikit rasa menjadi bekal untuk mengajukan tanya pada Uti, bagaimana pendapat orangtua tunggal sangat penting.Akan tetapi, semua kembali pada pribadi Ayudia. Ia yang tahu merindu pada siapa?Tiga puluh hari ia gunakan sebagai masa sengap. Berhenti bertemu maupun bertukar kabar dengan pria-pria yang ingin membangun rumah tangga bersama. Hingga pilihan itu jatuh pada salah satu. Ia yang dianggap mampu berikan tenang, ia yang dirasa cukup bersahabat dengan Ayudia. Pun akhirnya semua harus terungkap juga.Menyemat status janda adalah fakta bur
Read more
47. Hijau Bolu Pandan
Ayudia masih berduka, berturut-turut ditinggal orang-orang tercinta bukan perkara mudah. Apalagi usai semua pergi, Ayudia dengan terpaksa akan meninggalkan pulau terpencil itu demi jalani hidup. Seperti sepeninggal Atuk kemarin, rombongan Abah mendahului undur diri. Adam menemani hingga Ayudia siap dan lega mengucap selamat tinggal. Bersyukur sudah ada yang bisa mendekap kerapuhan Ayudia, memungut setiap keping hati yang retak. Ayudia terpukul. Hari ini mereka tengah berberes usai riungan semalam, peringatan tiga hari wafatnya Uti. Selain mengembalikan tikar tetangga, Ayudia sekalian pamit pada mereka. Tetangga yang dikenal baik dan mau ikut sekedar menemani hari Uti. "Makasih ya Buk, sudah meminjamkan tikar sampai berhari-hari. Dia sekalian mau pamit, Dia mau ikut suami ke Sandur." "Sama-sama. Terus rumah kamu gimana?" "Untuk sementara biar kosong dulu, nanti barangkali ada pasangan keluarga yang belum punya rumah, ibu bisa tawarkan. Mau atau ndak kalo nempatin rumah Dia." "N
Read more
48. Terhimpit Takut
Rumah tangga macam apa yang seseorang harapkan? Tentu hampir seluruh perempuan di penjuru planet bumi, ingin punya suami yang mengerti. Ayudia menganggap Adam punya itu, punya semua yang didamba makhluk hawa. Perhatian dan pengertian bahkan melebihi ekspektasi Ayudia sendiri. Siapa yang tak suka? Andai diobral, tentu para gadis akan berebut. Hihihi.Tetapi, banyak orang yang belum bisa percaya bahwa pria itu sangat perhatian serta pengertian ketika usia pernikahan masih seumur jagung muda. Artinya pasangan belum tahu sedalam mana sabar dan pengertian pria pada seorang istri yang kadang lebih cocok menjadi reporter.Pagi ini pasangan muda itu tampak bersemu, dari bangun hingga duduk berdua di meja makan. Ayudia juga kerap menunduk malu kala ingat aksi mereka dalam melakukan ritual suami-istri semalam. Malam pertama mereka akhirnya terlaksana juga, setelah pernikahan menginjak usia tiga puluh empat hari.Adam bahkan sulit membenamkan bulan sabit yang terlanjur terbit di bibir manisnya.
Read more
49. Semakin Mengakar
Hari demi hari mereka lalui dengan penuh makna. Umumnya rumah tangga lain, Ayudia sudah merasakan nikmat melayani suami sepenuh hati. Kala hari libur tiba, mereka akan habiskan dengan hal-hal kecil namun tetap membikin suasana romantis tercipta. Seperti belanja bersama ke pasar pagi serta membereskan rumah. Semua dilakukan dengan obrolan dan candaan ringan.Sabtu siang Adam sudah sampai di Kipyuh, guna menjemput Ayudia. Ayudia menginap di rumah peninggalan Atuk sekitar tiga hari lamanya, sedang Adam hanya mengantar dan kembali lagi, ia tak bisa tinggalkan pekerjaan. Kini juga sama, Adam menjemput Ayudia lalu bersiap lagi untuk kembali pulang ke rumah mereka. Tentu dengan kendaraan bebek punya."Apa ndak menginap saja dulu? Mas kan capek bolak-balik." Kata Ayudia sambil memijat lengan Adam."Ndak lah, nanti malam dan besok ada acara di pesantren. Masa Mas ndak di sana."Sebagai istri, sebisa Ayudia mengingatkan apapun, terutama perihal kesehatan Adam. Tetapi kembali lagi, Ayudia akhirn
Read more
50. Tingkah absurd
Sejak benih Adam terbaca oleh sebuah alat tes pack, pria berusia dua puluh sembilan tahun itu sangat getol bekerja. Mengumpulkan pundi-pundi rupiah dari bakatnya reparasi laptop rusak.Adam sering bekerja hingga larut. Bahkan tidurnya sangat kurang, hanya sekitar 3-4 jam. Bukan tak tahu risiko begadang setiap hari, namun semangat menyambut jabang bayi membuat calon ayah jadi lupa diri.Apalagi kehamilan Ayudia sekarang agak kolokan. Sepertinya bayi juga bisa membaca kondisi jiwa sang ibu. Bayi mengerti kalau sang ayah begitu sayang padanya. Meski usianya baru lima Minggu. Dasar anak ayah.Setiap pagi Ayudia mengalami mual dan muntah, sampai tak tahan mencium bau bumbu dapur. Terpaksa Adam yang menggantikan rutinitas tersebut. Termasuk mencuci piring. Lainnya Ayudia tetap kerjakan sendiri perlahan sesuai mampunya."Tidur dulu, Mas. Uang bisa dicari siang hari, malam waktunya istirahat. Ingat pesan Bu Rina. Anak kita pasti akan sedih kalo tau Ayahnya sakit." Ayudia mengucek mata, ia ter
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status