All Chapters of The Devil In Love: Chapter 31 - Chapter 40
58 Chapters
Momen
Syam sudah selesai memeriksa Luna dan membalut luka ditangannya. Luna sudah mendapatkan perawatan terbaik yang bisa Syam berikan. Selang infus kembali terpasang ditangan mungil itu.Tubuh mungil itu terlihat rapuh tapi ternyata kuat menghadapi segala cobaan hidup ini. Bahkan dengan berani ia sudah melakukan dua kali tindakan nekat.Mencoba bunuh diri.Walaupun selalu gagal, ternyata Tuhan belum berencana mengambilnya secepat ini. Dua kali pula Luna harus menjalani kehidupannya. Ia harus menghadapinya.Tuhan berencana membuat gadis ini semakin kuat saja. Syam menggelengkan kepalanya. Ia tak habis pikir, gadis ini bisa-bisanya selamat, bahkan sampai dua kali.Syam keluar dari kamar Luna, ia menyuruh Maya mengganti baju Luna dengan piyama tidur saja, agar lebih memudahkannya."Dimana Abimana?" Tanya Syam pada Maya sesaat sebelum keluar dari ka
Read more
Membiasakan Diri
Semua perihal mengenai kepindahan Luna ke apartemen barunya sudah diurus oleh Vino. Abimana menyerahkan semuanya kepada Vino, asisten pribadinya.Sore ini Luna beserta Maya sudah sampai di apartemen mewahnya. Luna tidak menyangka, ia akan ditempati di apartemen mewah. Bermimpi pun ia tak berani akan menempati apartemen mewah seperti ini."Maya.....Ini bahkan terlalu besar untuk kita berdua tempati," netra cokelatnya berkeliling menyusuri setiap sudut apartemen mewah ini."Ini sesuai keinginan Tuan Abimana. Jadi Luna, nikmati saja," Maya masih sibuk dengan beberapa-- bahkan banyak koper yang ia bawa.Itu bukan hanya koper milik Maya, namun juga milik Luna. Sekarang ia harus memasukkan pakaian Luna dulu kedalam lemarinya."Kau pasti akan lebih terkejut dengan kamarmu!" Maya berteriak dari dalam kamar yang akan Luna tempati.Luna masih berkeli
Read more
Chaos
"Tuan, semua sudah selesai. Nanti malam transaksi akan dilakukan tempat biasa," jelas Dimas, sekarang ia sudah berada di perusahaan milik Abimana.Abimana hanya mengangguk dan ia masih sibuk menandatangani beberapa berkas. Kacamata bacanya bertengger tepat di hidung mancungnya."Dan ini ada titipan dari Nona Luna," Dimas menaruh tote bag berwarna krem itu tepat diatas meja kerja Tuannya.Seketika Abimana langsung menghentikan kesibukannya, ia menatap Dimas dan melihat bawaan Dimas yang ada diatas meja kerjanya.Wajahnya terlihat sedikit kaget dan penuh tanda tanya. Namun ia hanya diam saja. Dimas langsung pamit keluar ruangan, ia tahu harus memberikan ruang untuk Abimana.Sejak Luna memutuskan pindah ke apartemen, Abimana belum pulang ke mansionnya. Ia menyibukkan diri dengan bekerja dan tidur di ruang kantornya.Entah apa yang Tuannya p
Read more
Empty
Abimana kembali ke kamarnya, seketika aroma harum tubuh Luna masih tercium saat ia membuka pintu kamarnya. Hampa.Sial!Selalu saja, tiap malam pasti ia akan teringat dengan Luna.Ia malas sebenarnya kembali ke mansion, namun malam ini karena keadaan mendesak ia harus kembali ke mansion.Ia rebahkan tubuhnya diatas ranjang besar itu, yang beberapa hari ini tidak ia tiduri. Rasa nyaman langsung melingkupi tubuhnya.Ia bangun kembali dan melepas semua pakaiannya dan menuju kamar mandi. Ia harus membersihkan dirinya, ia ingin cepat tidur. Itupun kalau bisa.Setelah selesai mandi, ia mengambil celana panjang training abunya dan kaos putih yang sangat pas mencetak tubuh kekarnya. Lalu ia menoleh ke lemari pakaian milik Luna.Ia melihat masih ada beberapa gaun yang tidak Luna bawa. Lalu aksesoris yang berada di laci juga tidak dibawa oleh Lu
Read more
Rival
"Hai Luna!" Sapa Stevan yang sudah berdiri tepat didepan meja kasir tempat Luna berdiri."Sebentar ya Kak, saya selesaikan pekerjaan dulu," Luna.Stevan berjalan menuju meja pelanggan dan ia duduk dekat jendela kaca. Cafe ini dikelilingi dengan kaca, jadi pelanggan bisa melihat pemandangan di luar dan orang yang berada di luar pun dapat melihat keadaan dalam cafe.Setelah beberapa menit lamanya menunggu, kini Luna sudah berdiri tepat disamping Stevan."Luna sudah selesai, kita mau bicara disini saja?" Tanya Luna."Tidak, kita ke tempat lain saja," Stevan pun segera berdiri dan berjalan menuju mobilnya di parkir.Stevan membukakan pintu mobil untuk Luna.Selama diperjalanan, mereka hanya saling menanyakan kabar masing-masing.Mobil pun berhenti diarea sebuah taman umum. Tidak ramai namun juga tidak terlalu sepi. Ada
Read more
Miss Your Scent
"Brengsek!" Abimana masih saja mengumpat. Ia sedikit mengentakkan gelas minumannya ke meja dengan kasar. Kini ia berada disebuah club malam bersama Bram, David dan Gery.Malam ini mereka hanya minum saja, menemani Abimana yang sepertinya sedang dilanda masalah perasaan. Wajahnya seperti orang yang sedang merana, rambutnya acak-acakan, kemejanya sudah kusut dan berantakan. Ya, seperti orang frustasi."Stevan tidak salah kurasa. Ia cukup jujur untuk mengutarakan persaingan ini. Lagipula dia juga punya hak yang sama untuk mendekati Luna," Bram."Sialan! Jadi kau mendukungnya?!" Abimana meraih kerah baju Bram dengan kasar seraya menggeram kesal."Hey, santai bro. Kalian bukan sepasang kekasih kan?" Bram.Abimana melonggarkan cengkramannya. Benar! Mereka bukan pasangan kekasih. Abimana sudah mengatakan pada Luna, jika hubungan ranjang itu tidak akan melibat
Read more
Cangging dan Kesal
Sarapan kali ini hanya terisi oleh suara denting sendok dan garpu. Luna memakan sarapannya dengan santai, sedangkan Abimana yang duduk didepannya memakan sarapannya dengan gelisah.Ia bingung harus apa? Dia sungguh benci suasana canggung seperti ini. Dia bingung, kenapa dia harus canggung dengan Luna?"Hari ini kamu kerja?" Abimana memulai pembicaraan."Libur," Luna.Abimana hanya mengangguk. Bingung harus bertanya apa lagi. Akhirnya ia hanya menghela napas pendek dan melanjutkan sarapannya. Luna sempat melirik gelagat Abimana.Selesai sarapan, Luna kembali ke kamar. Sedangkan Abimana duduk di sofa ruang tamu, ia menyalakan televisi. Namun ia tidak berminat dengan acara televisi tersebut. Pikirannya melayang entah kemana.Tak lama, Luna keluar dari kamar. Ia sudah berganti pakaian dengan yang lebih rapi. Tak lupa dengan sling bag kecilny
Read more
Devil Hanya Ingin Si Gadis Bulan
Luna bangun terlebih dahulu, ia sudah menyiapkan sarapan untuk pagi ini. Entah kenapa Maya tidak ada. Ia dari tadi pagi sudah mengetuk pintu kamar Maya, namun tidak ada. Luna pun tidak tahu nomor ponsel Maya.Saat ia memasuki kamarnya, ia melihat Abimana sudah bangun namun sedang duduk di sofa sibuk dengan tabletnya.Luna dengan santainya melepas bajunya hingga polos disana, lalu ia memasuki kamar mandi. Tubuhnya sudah lengket dengan keringat sejak pagi, ia sudah menyibukkan diri dengan melakukan peregangan otot lalu memasak untuk mereka sarapan.Air shower mengalir ditubuh polosnya, ia pejamkan mata merasakan air hangat ditubuhnya. Sangat merelaksasikan otot-otot tegangnya.Tiba-tiba sepasang tangan kekar melingkar diperut ratanya. Lalu ia juga merasakan punggungnya menempel dengan dada bidang seseorang tanpa sehelai kain.Tanpa menoleh, Luna sudah ta
Read more
Berseri-seri
Luna turun dari mobil Abimana sedikit agak jauh dari lokasi cafe."Terima kasih Bima," Luna melepas sabuk pengamannya dan membuka pintunya.Namun Abimana meraih tangan Luna, sehingga Luna menoleh padanya."Kenapa?" Luna."Jangan terlalu dekat dengan Raka," Abimana."Ya tidak bisa! Dia kan bos ku, kenapa aku harus menghindarinya?" Luna."Ya paling tidak jangan terlalu intim dengannya dan jangan pernah hanya berduaan dengannya.""Bima, kamu ini kenapa sih?" Luna mulai jengah dengan sikap barunya Abimana."Aku hanya mengingatkanmu bahwa sekarang kita sudah resmi sebagai sepasang kekasih.""Ya ampun Bima! Aku belum memutuskan untuk menjadi kekasihmu!" Luna keluar dari mobil.Abimana segera menyusulnya dan bergerak cepat sehingga sekarang Abimana berada didepan L
Read more
Berpisah Lagi
Di mobil, Abimana hanya diam saja. Luna sempat melirik kearah Abimana, wajahnya mengeras, tangannya kuat mencengkram kemudi. Suasana didalam mobil sungguh membuat Luna merasa tidak nyaman."Aku kan tadi pagi sudah bilang akan menjemputmu," Abimana memulai pembicaraan."Aku tahu. Tapi tadi tiba-tiba Stevan datang dan meminta tolong padaku untuk mengantarnya ke panti," Luna."Tidak bisakah kamu menolaknya? Stevan sudah pernah ke panti, pasti ia juga sudah tahu jalan kearah sana," Abimana masih menatap lurus kearah jalanan."Stevan orang baik, aku tidak mungkin menolak permintaannya."Abimana menepikan mobilnya ke tempat sepi dan berhenti disana.Ia langsung menoleh kearah Luna."Jadi, kalau dia memintamu untuk menghangatkan ranjangnya, kamu tidak akan menolaknya?" Abimana menatap tajam Luna.Luna seketika m
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status