All Chapters of The Devil In Love: Chapter 21 - Chapter 30
58 Chapters
Sosis dan Es Krim yang Menggiurkan
Hari sudah menjelang sore, sang surya semakin turun untuk menenggelamkan dirinya karena harus digantikan oleh bulan.Mereka masih betah berada di taman hiburan. Tentunya ini semua keinginan Luna. Seumur hidup Luna, baru kali ini ia merasakan semua wahana bermain di taman hiburan.Maklum saja, ia hanya seorang yatim piatu. Seluruh hidupnya hanya fokus pada kebutuhan hidup saja.  "Anak-anak panti pasti akan senang sekali bermain disini,” ujar Luna.Mereka sedang singgah memesan makanan kecil di pinggiran. Ala-ala street food, Luna sedang memesan sosis bakar dan kentang goreng."Memangnya anak panti tidak pernah diajak ketempat seperti ini?" Abimana."Tidak pernah. Kami hidup dengan sangat berhemat, terlebih para donatur sekarang sudah mulai berkurang,” Luna.Abimana diam saja, ia masih mena
Read more
Raka yang Khawatir
"Luna, sebenarnya sekarang kamu tinggal dimana?" Devi bertanya pada Luna, kini mereka sedang makan siang ditempat makan yang tak jauh dari cafe tempat mereka bekerja."Devi, jujur saja aku bingung harus cerita mulai dari mana. Dan aku juga bingung, apa aku harus menceritakan padamu?" Luna menunduk."Luna, kamu bisa bercerita padaku seperti sebelum-sebelumnya," Devi menggenggam tangan Luna dengan erat. "Aku takut jika kamu sudah mendengar ceritaku, kamu akan menjauhiku dan melihatku dengan jijik," Luna."Luna, aku bukan orang suci. Kurasa, aku juga tidak lebih baik darimu Luna. Ada apa? Ceritalah. Kamu sekarang berbeda dan sangat tertutup Luna," Devi.Luna menatap Devi dengan lekat, ia terdiam agak lama. Menyiapkan hati dan perasaannya untuk cerita yang akan ia keluarkan.Akhirnya Luna bercerita semua kejadiannya pada Devi. Dari malam ia diculik lalu dijual dan akhirnya ia dibeli oleh Abimana. Dan sampai dimana, Luna menjadi penghangat
Read more
Punishment
Pukul 20.01 malam, Luna bangun. Ia bingung kenapa bisa ia sekarang berada diranjang? Seingatnya tadi ia di mobil bersama Abimana.'What??! Berarti Abimana yang membawaku ke kamar?' batin Luna.'Ck! Ceroboh sekali, pasti devil itu akan marah besar,' lanjut Luna dalam hati.Luna segera beranjak dari ranjang dan menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Dengan gerakan cepat, ia menyelesaikan ritual mandinya. Ia hanya memakai dress rumahan sepanjang lutut, dengan warna cream.Setelahnya, ia turun dan menuju ruang makan.Disana ada Maya sedang memasak sesuatu."Maya," panggil Luna.Maya menoleh, "Luna kamu sudah bangun?""Abimana sudah makan malam?" Tanya Luna ragu."Iya, Tuan tadi makan malam sendiri di ruang kerjanya. Kamu mau makan? Akan aku siapkan," Maya bergegas menyiap
Read more
Sweet Kiss From Raka
Pagi-pagi Luna sudah sibuk sekali, terdengar krasak krusuk dikamar. Abimana memaksa membuka kedua matanya dan ia lihat Luna sedang sibuk mondar mandir entah apa yang sedang dilakukannya."Ada apa? Sibuk sekali?" Abimana bertanya dengan suara serak khas bangun tidur, matanya masih sedikit susah untuk dibuka."Bima, aku harus berangkat sekarang. Jangan marah ya? Aku sudah membuatkan sarapan untukmu," Luna mendekat."Sarapan? Kan ada Rudi? Kenapa kamu yang harus membuat sarapan?" Abimana bingung."Emm, kamu pagi ini sarapan sendiri. Maaf ya," Luna nyengir.Abimana mulai paham pembicaraan ini."Aku sudah membuat sarapan nasi goreng dan kopi sudah kubuat juga, buah juga sudah aku siapkan," Luna menjelaskan."Jadi, ini sebuah sogokan?" Abimana duduk bersandar pada kepala ranjang."He...He...He... Iya. Jangan ma
Read more
Seduces The Devil!
Luna membuka matanya, ia menghapus jejak air matanya dengan tissue. Saat ia menatap keluar jendela, ia merasa ini bukan jalan menuju mansion."Dimas, kita mau kemana?" Tanya Luna akhirnya."Kita akan bertemu Tuan Abimana di restoran," Dimas menjawabnya.Luna diam, ia tidak bisa menolak. Ia akan mengikuti kemanapun Abimana menyuruhnya.Setelah sampai direstoran yang dituju, Abimana segera keluar dari restoran tersebut dan masuk menuju mobil Luna.Para pelayan restoran mengikutinya dari belakang dan menaruh kantong-kantong plastik besar di bagian bagasi mobil dan menutupnya kembali.Setelah pelayan restoran tersebut selesai, mobil kembali melaju meninggalkan restoran."Kita mau kemana?" Tanya Luna pada Abimana."Nanti kamu akan tahu," Abimana mengamati mata Luna."Matamu merah, kenapa?"
Read more
The Devil Past
Abimana kecil, awalnya ia hanya seorang bocah baik hati penuh kehangatan dan berwajah riang layaknya bocah pada umumnya.Namun, pertengkaran kedua orangtuanya seakan membentuk pribadi Abimana kecil menjadi sosok pemurung dan pemarah.Apalagi hampir setiap hari pertengkaran tersebut terjadi. Terlebih sebab pertengkaran tersebut adalah Ayahnya seorang pemabuk dan berselingkuh dengan wanita lain.Setiap malam, sang Ayah pulang ke rumah dalam keadaan mabuk. Bermula saling melempar kata-kata kasar, sang Ibu yang sudah tak tahan dengan perilaku suaminya selalu mengumpat suaminya dengan kasar.Sang Ayah yang sudah dikuasai oleh alkohol, melakukan pemukulan pada istrinya dan kekerasan fisik lainnya.Pernah suatu malam, Abimana mendengar pertengkaran tersebut lalu ia turun dan berhenti tepat di depan kamar kedua orangtuanya. Ia terpaku melihat sang ayah dengan brutal melakukan persetubuhan dengan ibunya. Ibunya dicambuk dan tak jarang pula kepala sang Ibu d
Read more
Luna Sakit
Luna bergerak perlahan, ia sudah bangun sejak tadi. Namun ia tak sanggup menggerakkan tubuhnya. Ini sakit sekali, perih disekujur tubuhnya masih terasa.Punggung, bahu dan pahanya tercetak garis-garis merah. Sangat kontras dengan warna kulitnya yang putih. Belum lagi intinya juga terasa perih.Inilah hasilnya jika si iblis yang ada di tubuh Abimana keluar. Penyatuan mereka semalam, sangat luar biasa beringas. Abimana sangat menikmati wajah kesakitan Luna.Luna memejamkan matanya. Ada terbersit penyesalan, kenapa ia mempersilakan Abimana melakukannya."Kamu sudah bangun?" Suara bariton si devil terdengar.Luna hanya bergumam dan mengangguk. Tubuhnya hanya ditutupi selimut tebal. Ia belum memakai pakaiannya sama sekali. Bagaimana ingin berpakaian? Untuk bergerak saja sangat sulit.Abimana naik ke ranjang, ia menyentuh dagu Luna dan menolehkan
Read more
Cinta? Eat That Shit!
"Gila kau Bima!!" Syam menarik lengan Abimana keluar dari kamar mereka.Syam sudah selesai memeriksa keadaan Luna."Apanya?!" Abimana."Kau tidak lihat seluruh tubuhnya penuh luka seperti itu?! Gila Bima! Sebaiknya kau ke psikiater," Syam menggelengkan kepalanya, ia tak habis pikir dengan perilaku sepupunya ini."Aku tidak gila, Syam! Aku melakukannya atas ijin darinya.""Kau memang tidak gila, tapi perilaku menyimpangmu itu harus disembuhkan Bima. Kau pasti paham maksudku," Syam berkacak pinggang menatap sepupunya yang terlihat bimbang."Luna tidak marah aku melakukan itu.""Dia tentu tidak akan marah! Kau menguasainya! Paham maksudku?!" Syam tampak geram."Sialan Syam! Kenapa kau marah-marah!" Abimana baru sadar jika ia dimarahi oleh Syam."Aku tidak tega melihatnya. Dia masih terla
Read more
Sampai Aku atau Kau yang Mati Duluan!
Sekitar pukul 21.00, Devi diantar pulang oleh Dimas. Seharian kegiatan mereka hanya menonton film dan mengobrol. Tadi sempat juga mereka makan malam bersama Abimana.Abimana hanya diam saja, Devi merasa canggung berhadapan dengan Abimana yang pendiam.Abimana sempat beberapa kali melihat Luna tertawa dengan celotehan Devi. Tampak tawa tersebut begitu lepas dan tanpa beban.Luna tidak pernah seperti itu selama bersamanya. Ya bagaimana mungkin mau tertawa lepas? Abimana type pria yang tak banyak bicara, ia hanya akan berbicara yang penting saja dan saat dibutuhkan.Abimana iri melihat Luna bisa selepas itu saat bersama Devi. Tawa itu terlihat begitu menakjubkan saat terlukis di wajah cantik Luna.Abimana yakin, sejak dulu pasti banyak yang mengincarnya. Hanya saja Luna tidak berminat dikarenakan kebutuhan ekonomi yang memaksanya tidak memiliki niat untuk menjalin suatu
Read more
Ajakan Menikah atau Ancaman?
"Luna kamu sudah sehat?" Raka menghampiri Luna yang sedang membuat pesanan kopi seorang pelanggan."Sudah Pak. Sekarang sudah lebih baik kok," Luna tersenyum menanggapi Raka.Raka hanya diam, ia memperhatikan setiap gerakan Luna."Baiklah, aku akan keluar dulu," Raka pamit.Ia langsung pergi keluar cafe. Banyak pertanyaan dipikirannya. Pikirannya selalu ke gadis itu, Luna sejak setahun lalu selalu memenuhi pikirannya.Raka sudah mengutarakan perasaannya pada Luna belum lama ini, namun entah mengapa Luna menolaknya. Padahal ia sangat yakin bahwa Luna pun memiliki perasaan yang sama padanya.Dia harus menanyakannya pada Luna dengan cepat, itu sangat mengganggunya.Hari ini Abimana akan menjemput Luna di cafe.Aneh! Tidak seperti biasanya, Abimana mengirim pesan padanya.Setelah se
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status