All Chapters of Kenapa Bajuku Selalu Sama dengan Tetangga Baru? : Chapter 111 - Chapter 120
138 Chapters
111. Sonya Mendatangi Dini
Bukan Sonya namanya jika sudah menyerah sebelum berjuang. Bukan hanya keluarga Rian saja yang malu, tetapi juga keluarga besarnya, terutama sang Papa yang habis-habisan membentak dan juga sempat menampar wajahnya. Pria itu adalah satu-satunya orang yang melarang sang putri untuk terjun di dunia modelling walaupun tetap kuliah, karena ia tahu, pasti akan ada kejadian seperti ini yang menimpa keluarganya. Sonya berencana pergi ke rumah Rian hari ini untuk meminta maaf dan mau tetap membina hubungan dengannya. Wanita itu sudah mencintai Rian, tetapi keadaannya berbadan dua dan ia pingsan saat acara resepsi membuat kebahagiaan yang seharusnya ia bisa dapatkan bersama Rian, gagal total. "Kamu mau ke mana, Sonya?" tanya mamanya yang baru saja keluar dari kamar dan mendapati Sonya yang juga sama-sama keluar dari kamarnya. "Mau ketemu Rian, Ma, kami harus bicara!" Kata Sonya penuh percaya diri. "Apa kamu yakin Rian akan memaafkan kamu? Apa juga yang mau kamu bicarakan dengan pria itu, kam
Read more
112. Nasihat Galih untuk Sonya
"Oh, jadi kamu seperti ini di belakang saya? Heh!? Berani rumpi dengan sesama karyawan seolah-olah kamu masternya?" Galih memutari Puspa yang menunduk sambil memejamkan matanya. Bukan malu lagi, seandainya ia bisa menghilang saat ini, maka sudah ia lakukan. Ia tidak tahu kalau Galih adalah pemilik tempat yang bisa kapan saja berkeliling mengawasi pekerjaan bawahannya. "Hanya bercanda saja, Mas," kata Puspa membela diri, tetapi matanya masih tetap terpejam. "Masa sih!" Galih sudah memeluk Puspa dari belakang hingga wanita itu berjengkit kaget. "M-mas mau apa?" Puspa mulai gugup. "Mau peluk, kenapa, gak boleh?""Belum dah, Mas, n-nanti saja," jawab Puspa sambil mencoba melepaskan diri dari Galih, tetapi percuma karena usahanya sia-sia. Semakin ia mencoba melepaskan diri, maka semakin erat pelukan Galih di pinggangnya. "Mas, gak enak sama karyawan lain," ujar Puspa lagi saat merasakan geli di telinganya. Galih mencoba menggoda area sensitifnya. Bulu tangan dan kaki wanita itu pun m
Read more
113. Rian Mencari Dini
Sekarang sudah hari selasa, Rian terpaksa menginap di salah satu hotel bintang tiga di Jakarta karena ia sedang mencari Dini. Kemarin, ia nekat pergi ke Dufan; area rekreasi sangat terkenal di Jakarta juga Asia. Karena ja mendengar Dini ada di sana, tetapi hingga malam hari, ia hanya berkeliling saja, setelah naik satu permainan rollercoaster yang membuat jantungnya mau copot. Ia bisa berteriak sepuasnya melampiaskan kekesalan dan kemarahannya pada Sonya, begitu jantungnya dibuat berdetak cepat saat menaiki wahana menyeramkan itu. Ia berharap bisa menemukan Dini di wahana itu, tetapi sungguh sayang, tidak ada gadis yang ia cari, melainkan perutnya saja yang bergolak menahan mual dan ingin muntah. Selasa pagi ia tidak bisa bangun karena seluruh tubuh dan kepalanya sakit. Rasa mual juga belum reda. Untunglah office boy hotel mau menolongnya untuk membelikan obat masuk angin dan juga sakit kepala. Rian juga minta dibelikan obat maaf karena ia merasa ini masalah lambungnya. Mengurung di
Read more
114. Ramon Serius dengan Dini
Dini hanya menyeringai saja saat Ramon bertanya. Justru ia bingung mau menjawab apa. Dirinya sudah bukan wanita baik-baik dan juga kotor. Apakah ia pantas mendapatkan kebahagiaan layaknya tetehnya?"Tuh, kalau diamnya wanita itu sama dengan iya, maka berarti kamu bersedia," tukas Ramon lagi sambil menatap Dini. Gadis itu tertawa sumbang dengan hati yang berdebar. "Ish, katanya gak jadi, gimana sih?" komentar Dini membuat Ramon tertawa pendek. "Kalau diterusin aja gimana, Din? Kamu mau tidak? Tapi kalau udah jadi istri jangan kebanyakan main loh!" kali ini Dini tertawa terpingkal-pingkal mendengar kalimat Ramon. "Lah, malah ketawa. Begini, saya bukanlah pria baik-baik yang memiliki masa lalu lurus, saya juga punya dosa dan khilaf. Kamu pun sama. Posisi kita sama, saya harap, kita bisa saling menguatkan. Tidak perlu cinta untuk menikah, karena banyak diluaran sana menikah dijodohkan, akhirnya mereka langgeng sampai punya anak. Saya menerima kamu apa adanya karena saya berharap Tuhan
Read more
115. Kakak Tertua Ramon
Dini membuktikan ucapannya dengan menyiapkan makan malam untuknya dan juga Ramon. Hera dan putrinya pun ada di rumah untuk memantau tamu Ramon yang tidak lain adalah Dini. Tentu saja tidak baik membiarkan lelaki dan perempuan berduaan saja di rumah. Apalagi keduanya belum sah. Dini membuat dapur Ramon sangat berantakan. Maklum saja, ia memang bisa memasak, tetapi jarang ia lakukan karena mamanya selalu melarang. Sehingga semua perabotan keluar dari rak, bila ia sedang memasak. "Waduh, masak apa, Dini?" tanya Hera pada calon adik iparnya. Matanya berselancar memperhatikan dapur rumah yang sangat berantakan layaknya orang tengah masak untuk hajatan. "Nasi goreng telor ceplok, Teh. Teteh mau? Saya masak lebih kok. Ayo, makan sama-sama!" Dini membawa mangkuk keramik besar motif ayam jago untuk ia letakan di ruang makan. Hera hanya bisa menggelengkan kepala melihat kekacauan yang dibuat Dini. Namun, ia tetap membantu Dini membawakan piring berisi tiga potong ceplok telur. Dini kembali
Read more
116. Persiapan Pernikahan Puspa
"Papa, Desti gak bisa bujuk Dini. Dini tidak mau bertemu dengan Desti dan keluarganya juga melarang Desti untuk ketemu Dini. Udahlah, mau gimana lagi, semua juga karena ulah Papa. Makanya kalau gak mau kebakar, jangan main api. Dini juga mau menikah, Pa," ujar Desti saat dia itu menjenguk Miko di tahanan. "Nah, kalau gitu, kamu kasih tau aja calon suami Dini, biar gak jadi nikah, terus mau nikah sama Papa. Ayolah, Desti, kamu harus bantu Papa. Papa gak mau di sini lama-lama. Nih, kamu gak. Lihat badan Papa pada lebam, digebukin tahanan lain." Miko terus saja berusaha membujuk putrinya agar mau membantu bagaimana caranya agar ia bisa segera keluar dari penjara. "Ish, Papa ribet nih! Desti kuliah, Pa. Udah, Pa, pasrah aja sama nasib. Apalagi Papa emang salah. Papa jangan kebanyakan baca novel. Mana ada di kehidupan nyata pemerkosa menikahi korbannya, kalau pun ada itu sangat jarang. Yang ada nanti tambah trauma. Udah, ah, Desti mau ke kampus dulu! Papa renungkan kenapa Papa bisa terbe
Read more
117. Ramon Cemburu
"Rian, aku percaya sama kamu ya. Tolong jangan bikin kekacauan apapun!" Puspa memperingatkan lelaki itu saat ia terus memohon untuk bicara dengan Dini. Sampai saat ini, gadis itu belum tahu bahwa pernikahan Rian batal. Tidak ada satu orang pun yang mengatakan padanya perihal itu. Ditambah ponsel yang sudah ganti baru, berikut nomornya. "Iya, Puspa, aku juga tahu, aku hanya ingin bicara dengan Dini. Gak akan jauh-jauh, warung baso depan perumahan ini saja," ujar Rian sungguh-sungguh. Meskipun ragu, Dini akhirnya ikut naik ke atas motor besar Rian dengan duduk menyamping. Ia masih trauma jika duduk mengangkang karena lukanya belum benar-benar sembuh. Motor itu melaju amat pelan, seperti bukan digerakkan mesin, tetapi seperti sedang didorong oleh manusia. "Ini mau kapan sampainya, Pak? Saya gak bisa lama-lama di luar. Teh Puspa lagi repot," tegur Dini saat laju motor Rian semakin pelan. Gadis itu tentu saja terheran-heran melihat kelakuan Rian yang absurd. Ponsel yang ada di tangannya
Read more
118. Hari Pernikahan Puspa
Saya terima nikah dan kawinnya Medina Puspa Ningrum binti Ujang Kadarusman dengan mas kawin seperangkat alat solat dan logam mulia sebesar lima puluh gram, dibayar tunai. Kedua tangan semua orang yang ada di sana terangkat, ikut mendoakan segala kebaikan untuk pernikahan Puspa dan Galih. Wanita itu menunduk dengan sembari menahan air mata yang sebentar lagi akan tumpah. Saat suara semua orang di sana mengatakan sah, maka disaat itu pula hatinya berdebar kencang. "Silakan dicium punggung tangan suaminya," kata pembawa acara mengarahkan Puspa. Wanita itu dengan penuh khidmat, meraih tangan Galih, lalu menciumnya pelan, sembari menanti jepretan dari fotografer. Acara dilanjutkan dengan pemasangan cincin pernikahan yang disiapkan sepasang oleh Galih. Lalu ditutup dengan prosesi sungkeman. Rian hanya bisa memandang senyum kebahagian Puspa dan Galih dari kejauhan. Ia juga melihat dengan jelas, sosok Ramon yang datang dan duduk tidak pernah jauh dari Dini, sehingga ia tidak mungkin untuk
Read more
119. Malam Pengantin
Puspa sudah berada di dalam kamar hotel yang sudah disulap menjadi kamar pengantin yang super bagus. Kamar yang didesain apik, hingga membuat pengantin merasa nyaman berlama-lama di sana. Tentu saja kesal romantis sangat kental karena banyaknya taburan bunga di sepanjang jalan, mulai dari membuka pintu, sampai ke ranjang. Aroma mawar merah juga sangat disukai oleh Puspa. Ia benar-benar terhipnotis dengan suasana kamar yang membuatnya sangat nyaman dan tidak ingin segera masuk ke kamar mandi. Karena terlalu takut hiasan di ranjang rusak, maka Puspa memutuskan untuk duduk di kursi yang juga dihias cantik. Galih memberikan waktu padanya untuk bersiap. Puspa merasa suaminya sangat baik dan memahami dirinya. Ini memang bukan pernikahan pertama baginya, tetapi pernikahan kedua ini melebihi apa yang pernah ia lewati dulu saat bersama Ramon. Puas menatap kamar dengan dominasi bunga merah dan putih. Ia pun mulai membuka gaun pengantin mewah itu dengan susah payah. Sesuai arahan, gaun itu su
Read more
120. Dini Bertemu Desti
Malam ini, Ramon menginap di rumah Bu Suci. Menemani Robi yang sejak tadi menanyakan ke mana bunda dan ayah Galih. Ya, panggilan untuk Galih dari Robi adalah ayah, sedangkan untuknya adalah papa. Pria itu sama sekali tidak keberatan karena memang sudah seharusnya Robi memanggil dengan sebutan itu agar kedekatan mereka semakin kuat. Robi tidur di kamar Dini bersama Robi, sedangkan Dini meminjam kamar Puspa untuk beristirahat bersama satu orang sepupunya. Lalu saudara yang lain memilih tidur di depan TV. Saling berbincang hangat. Sudah lama sekali Bu Suci tidak mengumpulkan saudara di rumahnya, sehingga ia begitu senang dan sanggup begadang demi untuk bertukar kisah dengan para saudara. Keesokan paginya, satu per satu tamu Bu Suci dari kampung pun pulang. Mereka membawa bekal makan daging semur dan juga sambal goreng kentang, serta bihun. Bu Suci memabg sengaja memasak untuk oleh-oleh yang akan dibawa para sanak family-nya dari kampung. "Ramon, mau langsung makan?" tanya. bu Suci saa
Read more
PREV
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status