All Chapters of WAJAH ASLI ISTRI BARUKU : Chapter 71 - Chapter 80
135 Chapters
TANDUKAN
Ketika ia membuka pakaian, aku membantunya. Ia membiarkan saja tanpa kata-kata. Lalu mengikutinya ke toilet. Mas Adnan pun tak bereaksi.Ini adalah kesempatan terbaik, aku akan memberinya servis paling memuaskan. Mas Adnan pun tak menghardikku saat lebih intens lagi menyentuhnya. Hmmm, sepertinya lelaki ini memang menginginkannya. Baiklah, Sayang, aku akan membuatmu terkapar.Kami pun melupakan sejenak pertikaian. Bahkan mungkin akan selesai dengan persatuan raga ini. Begitulah mas Adnan, ia tak akan berdaya kalau sudah urusan pemenuhan biologisnya.Jika tetap seperti ini, selamanya ia akan ada dalam genggamanku.*“Mas, aku tuh kangen berat loh sama kamu,” kataku setelah kami selesai membersihkan badan dan berganti pakaian.Aku bicara sambil mengeringkan rambutnya dengan hair dryer. Pria ini hanya asyik menatap cermin. Mungkin juga sedang mengingat permainan panas barusan.“Aku pijitin, ya. Ayo sini!”Aku menarik tangannya hingga kini kami ada di ranjang. Setelah badannya telungkup,
Read more
TAK SUDI
ADNAN Aku sengaja memaafkan Ela dengan tekad menbawanya kembali ke jalan yang benar. Jika memang jodoh kami panjang, aku berharap akan ada kehidupan lebih baik ke depan. Upaya ini berbatas waktu. Tiap bulan akan ditinjau ulang. Jika semua cara yang kutempuh tak ada hasilnya, maka pilihan terakhir adalah perpisahan. Aku tak melepas Ela bukan berarti bodoh akibat cinta buta. Bukan sama sekali. Aku hanya ingin ia berubah bersamaku yang ingin hijrah. Kegagalan kisahku dengan Rida cukuplah menjadi pelajaran. Aku tak mau hal tersebut terulang kembali. Perceraian itu adalah jalan menyakitkan, apalagi ada anak di antaranya. Aku sengaja membawa Ela ke pesta Rida agar dia bisa melihat kejayaan orang lain. Di situlah sifat sombong dan dengkinya akan tercabik. Kuharap ia mau sedikit merendahkan hati. Raut wajah syok, bingung dan kesal pada Ela dapat tertangkap netra ini. Ia pastinya sangat tak menikmati kemegahan yang sedang dinikmati Rida, wanita yang pernah ia zolimi. Beda hal dengan Rid
Read more
GEMURUH
Lintasan kebersamaan kami hadir lagi. Betapa kini kusadari saat itu Rida menjadikanku raja. Ia tak pernah sekalipun bersuara tinggi, senantiasa mentaati perintah dan menjadi pendengar setia keluh kesah suaminya. Rida bukan pasif, tapi ia ingin memberi kesempatan padaku untuk memutuskan. Perempuan seperti itu berorientasi pada kebahagian dan kepuasan pasangan bukan diri sendiri. Kini, aku hanya bisa menatapnya dari kejauhan. Bidadari itu telah bahagia dalam pelukan kekasih barunya. Afgan pasti akan mendapatkan ketenangan, cinta kasih dan kepuasan lahit batin di sisinya. Kuusap wajah untuk mengembalikan kesadaran agar tak terus dalam kenangan masa lalu. Semua itu tak mungkin terulang. Benarlah penyesalan itu di akhir, bukan di awal. Kadang laki-laki terlalu digulung napsu hingga lupa pada resiko dari tindakannya. “Aduh, Mas, aku nyari ke sana-sini. Kenapa ninggalin, sih?” Lamunanku buyar sempurna oleh teguran Ela yang kini sudah ada di depan meja kami. Ia kemudian menarik satu kurs
Read more
NEKAT
ADNAN Cindy menangis tertahan, kusuruh ia menutup mulut agar tak terdengar. Proses perekaman adegan laknat itu harus rampung agar jadi bukti kuat. Setelah tugas selesai, aku memaksa Cindy meninggalkan tempat ini. Meski sangat ingin menghajar Jim aku menahan diri. Ini pesta Rida, tak pantas kami membuat huru hara di hari bahagianya. Aku pernah membuatnya menderita, tak mungkin sekarang menghancurkan nama baik mereka. Aku menyeret Cindy yang terlihat tak rela pergi begitu saja. Kuyakinkan ia bahwa melabrak saat ini hanya akan menghancurkan nama baiknya. Apalagi ini di pesta pernikahan mantan suami yang pernah dikhianati. Tentu akan jadi bahan gunjingan dan tertawaan orang-orang. Kulakukan ini semata-mata karena dorongan kemanusiaan. Aku kasihan pada wanita yang sekarang tak henti-hentinya mencucurkan air mata. Dari luar saja sudah terlihat menderita Bagaimana yang ada di dalam hatinya. Cindy akhirnya pasrah sebab cekalan tanganku amat kuat hingga dia tak sanggup lepas. Kubawa wani
Read more
KEPUTUSAN
Kucoba menarik kesadaran tentang apa yang terjadi kemudian. Syukurlah kami selamat meski badan ini rasa remuk redam akibat benturan yang cukup keras. Ela pun selamat, tapi ia meringis sambil memegangi kepala dan dadanya. Aku membuka pintu sebab gedoran orang-orang tak berhenti. Mereka mungkin ingin memastikan keaadaan kami. Apakah selamat atau ada yang cedera. Saat pintu terbuka, mereka bertanya macam-macam. Aku tak bisa menjawab sebab tubuh ini amat lemah. Jangankan bicara, untuk menoleh saja tak sanggup. Melihat kondisiku dan Ela, orang-orang itu bersegera melakukan pertolongan. Mereka mengevakuasi kami dari dalam mobil. * “Sebenarnya apa mau, Mas? Kenapa melakukan hal konyol yang hampir membunuh kita berdua?” tanya Ela setelah keadaan kami pulih. Dan, sekarang sudah ada di rumah. Kami diantar petugas polisi sebab aku tak bisa menyetir. Kondisi benturan membuat fisik tidak stabil. Aku tak mau berdebat saat ini, baiknya pembicaraan tentang perceraian ditunda sampai besok. Yan
Read more
LIAR
ELA Aku dan Jim seperti sudah kerasukan setan. Kami bermain di pesta Afgan. Pria ini nyaris membuatku berteriak sebab aksi gilanya menyentuh salah satu anggota tubuh. Ia seakan tak puas melakukannya sekali, bahkan berkali-kali. Dan itu membuatku makin lepas kendali Andai ini di hotel sudah dipastikan akan berlanjut pada adegan lebih panas. Bahkan, aku sudah tak peduli dengan konsekuensi ke depan. Mau digugat cerai pun tak masalah. Yang penting keinginan ini dapat tersalurkan. Jim ternyata lebih liar dari sepupunya. Kevin masih menahan diri dari menjajah tubuh ini. Sementara dia seolah sudah yakin aku pun menginginkannya. Pantas saja dulu Cindy berpaling dari Afgan. Mungkin karena pria ini tak membiarkan wanita yang diinginkan dapat keluar dari cengkraman. Anehnya, aku tidak mempermasalahkan apakah status kami sudah resmi atau belum. Di benak ini hanya ada satu, yaitu ingin memadu asmara dengan Jim. “Kita lanjutkan besok, lebih dari ini, aku akan menghubungimu kapan dan di mana ki
Read more
SIAL
ELADasar nakal, masa mau langsung main. But, tak masalahlah. Toh, aku juga sudah tak tahan. Tak perlu waktu lama, aku sudah berganti pakaian. Lingerie merah menyala kini sudah terpasang cantik di tubuhku. Namun, aku membalutnya dengan pakaian luar sebagai paduannya. Akhirnya, pria yang kutunggu datang juga. Lelaki yang masih menggunakan jas kantor itu tak menunda lagi. Dia langsung saja menerkamku. Untuk satu jam ke depan, kami berperilaku selayaknya pengantin yang baru saja memasuki malam pertama. Kuserahkan kesucian milik mas Adnan pada pria yang begitu ganas menjajah tiap inchi tubuhku. Ela, wanita yang senantiasa mengalahkan pria, kini kalah oleh keperkasaan seorang lelaki. Kewarasanku hilang seiring terjerumusnya kami dalam kawah kenikmatan. “Aku mencintaimu, Sayang. Aku ingin tiap saat berbagi kenikmatan denganmu,” bisik Jim setelah kami mengakhiri permainan panas ini. Aku pun ingin mengatakan hal tersebut, tapi tak kuasa lidah ini merangkainya. Aku masih syok dengan apa
Read more
TAK PERCAYA
ELAMas Adnan mengambil sesuatu dari tas selempangnya. Ia kemudian menyodorkan sebuah amplop berukuran panjang. “Ini surat panggilan sidang perceraian kita. Besok datanglah ke pengadilan agama!” “Sidang perceraian? Maksud kamu apa, Mas? Kamu gugat cerai aku? Kamu masih waras’kan tiba-tiba ngomong cerai?” Aku memberondong lelaki itu dengan sekian pertanyaan. Yang ditanya bukannya menjawab, malah melengos dari balkon. Kukejar pria yang masuk ke dalam kamar hingga tubuh ini sekarang menghalau langkahnya. “Aku mau mandi, minggirlah!” katanya dengan nada datar. Sebenarnya salah makan apa, sih, ini orang? Kenapa tiba-tiba jadi menyebalkan begini? Aku mencekal tangan pria yang baru kusadari matanya tak mau bertemu pandang. Untuk itu kusengaja mengunci bola bening itu agar tak bisa lepas lagi. “Kita bisa bicara baik-baik’kan? Jangan begini, Mas. Ayo kita ngobrol dari hati ke hati!” Mas Adnan tetap diam. Lalu ia mengambil ponsel, mengusap layar dan mencari sesuatu di sana. Setelah itu
Read more
DATANG
ELAAku harus mengajaknya bercinta lagi, lalu merekam. Rekaman tersebut akan kujadikan alat untuk memaksanya menikahiku. Jika tidak, tunggu saja viral di media sosial. Cara ini akan ampuh untuk menundukkan Jim. Inilah jalan yang harus kutempuh agar sebelum jadi janda sudah punya pegangam baru. Ela tak boleh kalah, tak boleh hancur. Setelah menemukan ide cerdas, aku sedikit tenang. Artinya malam ini bisa tidur dalam ketenangan. * Aku melaksanakan rencana bar-bar keesokan harinya. Tentang sidang perceraian itu terserahlah, aku takkan datang. Tampaknya memang tidak ada harapan di tahap mediasi sedikitpun. Lebih baik aku fokus pada rencana plan yang sudah didealkan oleh hati. Pada resepsionis aku mengatakan telah membuat janji dengan Mr Jim di kantor ini. Melihat gayaku yang elegan, wanita bergincu nude pink itu sedikit percaya. Ia lalu menyampaikan pada jenjang birokrasi selanjutnya. Tak lupa aku mengirim pesan pada Jim bahwa sekarang kekasihya sudah ada di lobi kantor. Jika tak ma
Read more
PELIPUR LARA
ADNAN Sidang pertama perceraian berjalan tanpa kehadiran Ela. Artinya keputusan cerai tak perlu menunggu lama sebab mediasi telah gagal. Paling juga satu kali sidang lagi katanya. Wanita itu pun entah ada di mana. Pagi-pagi sudah pergi, pulang larut malam. Begitu terus hingga kami bagai orang asing yang tak pernah saling kenal sebelumnya. Bahkan, asmara membara yang pernah membakar jiwa, hilang tanpa sisa. Seluruh cinta gila yang kupersembahkan padanya berganti jadi sebuah penyesalan. Tak ada lagi di hatiku walau sejumput rasa padanya. Mungkin inilah yang terjadipada Rida setahun yang lalu. Seperti ini sakitnya. Syukurlah sidang berjalan lancar meski tanpa kehadiran pihak tergugat.. Walau keputusan sudah jelas, proses perceraian kami tetap harus melewati jalur aturannya. Aku memang tak mau menunda-nunda lagi untuk lepas darinya. Lebih cepat lebih baik hingga bisa mendepaknya dari kehidupanku. Berlama-lama satu rumah dengan wanita murahan itu hanya akan membuatku kehilangan kewara
Read more
PREV
1
...
678910
...
14
DMCA.com Protection Status