All Chapters of Malam Pertama dengan Suami Lumpuh: Chapter 71 - Chapter 80
89 Chapters
71
Mega berpikir, dengan semua pengakuan itu, dia akan mendapatkan simpati dari Wisnu. Ternyata pria itu sama saja dan tidak pernah memberikan dia kesempatan untuk membuktikan bahwa dia adalah wanita yang juga memiliki ketulusan. Dia hanya ingin memiliki keluarga yang utuh yang tidak perlu dibayang-bayangi oleh tekanan, sejujurnya, dia begitu betah tinggal bersama Raras. Wanita itu begitu baik dan tulus. Bahkan Raras tidak pernah menuntut apapun kepada dirinya, walaupun Wisnu selalu bersikap ketus kepadanya, Mega merasa, Raras sama sekali tidak terpengaruh dengan sikap itu."Mas butuh sesuatu?" tanya Mega kepada Wisnu yang saat ini sedang mondar-mandir di dapur.Wisnu kemudian melempar tatapan dingin pada Mega."Apakah layak wanita yang sudah memiliki suami berkeliaran begitu saja di sini? apa kau tidak khawatir dengan suamimu yang bisa saja kebingungan mencarimu, dengan tenangnya kau bahkan sudah tinggal di sini selama beberapa minggu."Mega kemudian tersenyum."Sayangnya suamiku tidak
Read more
72
Seperti biasa, setiap minggu ke-4 di akhir pekan, Raras selalu meninggalkan pulau dan pergi ke Jakarta menemui sang ayah yang tinggal sebatang kara.Sebenarnya hati Wisnu berat melepaskan istrinya itu, akan tetapi, dengan semua rengekan Raras, membuat dia tak berdaya.Sebenarnya tidak ada masalah, karena beberapa tahun kebelakang sejak mereka tinggal di pulau pun, Raras selalu melakukan kegiatan rutin itu, pergi siap akhir bulan. Akan tetapi, sejak ada Mega di rumah ini, membuatnya merasa tidak betah. Gerak-geriknya terbatas, dengan keberadaan wanita itu, dia tidak bebas lagi. Seakan-akan mata wanita itu memperhatikannya setiap saat."Aku berharap kau dan Mega bisa tinggal dengan akur," kata Raras sambil tersenyum dan itu malah membuat Mega memamerkan senyum lebar, namun tidak dengan Wisnu."Tenang saja, Mbak, Mas Wisnu adalah orang yang baik dan dia tidak mungkin memperlakukanku dengan kasar, benarkan, Mas?" kata Mega pada Wisnu, ucapan itu seperti sindiran yang begitu memuakkan, ent
Read more
73
Cuaca cerah ternyata tidaklah abadi, menjelang senja, tiba-tiba awan hitam mulai menggantung di atas langit. Tak butuh lama, hanya beberapa menit pun, hujan deras turun disertai dengan badai.Mega bahkan belum mengisi perutnya sejak tadi siang. Dia merasa sedikit deg-degan ketika bertemu dengan Wisnu. Pria itu pasti melakukan rutinitasnya seperti biasa, setelah salat Magrib, Wisnu terbiasa melantunkan ayat suci Al-Quran. Suara yang membuat Mega yang tak percaya Tuhan itu merinding. Mega bertanya-tanya, buat apa Wisnu begitu taat? Karena menurut pandangannya, manusia hanya akan menolong dirinya sendiri. Tanpa ikut campur tangan siapa pun.Mega kemudian mengintip dari balik gorden kamarnya, terlihat Wisnu meletakkan pecinya dan mengambil sebuah payung hitam. Entah ke mana pria itu malam-malam begini, dengan menerobos hujan dan meninggalkan rumah.Sejak hujan turun, kafe memang sepi, hanya ada beberapa pelanggan dan itu membuat Wisnu memutuskan untuk menutupnya kafenya lebih awal.Sebu
Read more
74
Seumur hidup, Wisnu tidak pernah memusuhi seseorang. Dia bahkan tidak menyukai banyak interaksi dengan orang lain. Selama ini, dia fokus dengan dirinya dan keluarganya. Dia tidak memiliki banyak teman. Ketika dia tidak menyukai seseorang, yang perlu dilakukannya hanyalah menjauh.Hidup tanpa musuh sangatlah nyaman. Dia tidak pernah berkelahi dengan orang lain. Apalagi sampai mengeluarkan umpatan kasar. Akan tetapi, dengan kehadiran Mega di rumah ini, Wisnu mulai mengerti betapa mengesalkan wanita itu sehingga dia merasa sakit hati dengan kehadirannya.Dalam agamanya, sudah diajarkan, bahwa laki-laki dan wanita yang tidak mahram, tidak boleh satu rumah, tapi wanita asing itu malah menumpang berbulan-bulan.Orang tuanya, selalu mewanti-wanti hubungan dengan lawan jenis. Kehadiran Mega dengan semua kelicikan wanita itu membuat dia merasa muak, dia tak menyukai Mega dari ujung rambut sampai ke ujung kakinya.Puncaknya Malam ini, wanita murahan yang bernama Mega masuk ke kamarnya. Bahkan,
Read more
75
Semalaman, Raras tidak tidur. Pemikirannya terus saja terganggu dengan keluhan Wisnu tadi malam. Bahkan, pria itu sama sekali tidak mengaktifkan handphone sampai pagi hari. Raras kalut, tapi tak bisa berbuat apa-apa."Jangan lupa jam 09.00 pagi ada pertemuan dan kamu harus datang."Tak terbantahkan, titah itu harus dipenuhi oleh Raras, dia bahkan tidak bisa menolak perintah ayahnya itu. Hari ini ada rapat pemegang saham, Raras diharuskan hadir, sang ayah mulai memaksa melibatkan dirinya ke perusahaan.Ayahnya begitu berkuasa terhadap dirinya, mungkin karena pria itu tinggal seorang diri, dia sudah begitu tua, yang tertinggal dalam hati Raras adalah rasa kasihan."Kau baik-baik saja? wajahmu terlihat pucat," kata pria itu."Aku hanya kurang tidur, Ayah.""Saatnya kamu mengenyampingkan urusanmu dengan suamimu, saat ini, perusahaan butuh dirimu."Raras menggangguk, kemudian berusaha mengunyah makanannya yang mulai terasa tak enak. Moodnya hilang."Kau tahu, pasti bahwa perusahaan adalah
Read more
76
Mega mengeluarkan isi perutnya. Ketika rasa mual menera, keinginan untuk memuntahkan semua isi perutnya itu tidak bisa ditahan lagi. Sudah beberapa minggu belakangan ini, dia merasakan tubuhnya mengalami perubahan. Semua gejala hamil muda ada pada dirinya. Membayangkan saja membuat dia was was. "Jangan sampai ...." Mega frustasi membayangkan itu.Mega kemudian mengusap rambutnya. Melihat pantulan dirinya di depan cermin. Dia tidak bisa membayangkan, jika semua dugaan itu menjadi kenyataan. Dia tidak pernah berkeinginan untuk memiliki anak. Tidak pernah ingin menjadi seorang istri sungguhan, yang akan menghabiskan waktu seumur hidup merawat anak dan hanya mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Dia punya ambisi yang lebih jauh."Aku harus memastikannya sendiri," ucap Mega pada dirinya. "Dari pada dihantui ketidak pastian."Setelah merasa perutnya cukup tenang, dan keinginan untuk muntah itu mulai berkurang, Mega kemudian keluar dari kamar mandi. Sialnya dia malah berpapasan dengan Wisnu. P
Read more
77
"Jangan pulang sebelum membawa wanita itu dalam keadaan hidup ke hadapanku, Andrew!" titah pria yang berumur 50-an itu kepada pria muda di depannya. Wajahnya terlihat pucat, karena dia tengah sakit.Pria yang disebut dengan Andrew, pria yang berumur 32 tahun, seorang pria blasteran yang memiliki pembawaan tenang tetapi tegas. Sudah 15 tahun dia bekerja dengan Adiwijaya, seorang pengusaha kaya yang memiliki harta berlimpah dan perusahaan begitu banyak di negeri ini. Namanya bukanlah nama yang asing bagi para pelaku bisnis. Dia memiliki semuanya kecuali kebahagiaan."Saya akan mencarinya dan tidak akan pulang sebelum menemukan nyonya. Saya berjanji." Andrew menunduk. "Jangan pernah kembali ke sini sebelum kau membawa wanita itu, jika dalam beberapa hari kau juga tidak menemukannya Aku tidak segan-segan akan menghabisimu." Adiwijaya yang lemah, berusaha tetap menekan dan mengancam bawahannya.Adiwijaya berteriak murka. Tapi Andrew tidak begitu terpengaruh dengan ancaman pria itu, ia han
Read more
78
"Apa kabar, Raras?" Raras kemudian menoleh, gerakan tangannya berhenti membuka kunci mobil. Suara tak asing itu, jelas telinganya. "Andini? Wah, lama tak berjumpa." Raras berkata serius. Tanpa senyum.Raras kemudian membuka kacamata hitamnya, Andini keluar dari mobilnya mewahnya, mengenakan gaun berwarna pastel yang cukup terbuka."Terkejut?" tanya Andini ketus.Andini terlihat pongah, Raras akui, wanita itu terlihat lebih cantik dari terakhir dia melihatnya. Entah sudah berapa tahun."Tidak sama sekali, kenapa harus terkejut?" Raras melipat tangan di dada."Kau terlihat lebih kurus dan kulitmu lebih gelap dari terakhir yang kulihat, apakah menjadi wanita biasa menyiksamu?""Apa?" Raras tertawa."Aku dengar kau tinggal di pulau terpencil. Apakah di sana begitu sulit? Sehingga kau terlihat Kumal.""Ah, yang benar saja, kau tak tau ini seksi?" Raras tertawa.Raras sebenarnya tidak ingin memperpanjang masalah dengan Andini. Karena dia sudah tidak punya urusan lagi dengan mantan kakakn
Read more
79. Warning (21+)
Raras meletakkan kopernya tidak sabaran. Yang pertama kali yang dicarinya adalah keberadaan Wisnu, karena ketika dia memasuki kafe, Wisnu sama sekali tidak ada di sana. Raras kemudian berlari tak sabaran masuk ke dalam kamar. Dia mendapati punggung kekar yang begitu lebar, menjanjikan sandaran ternyaman untuknya.Wisnu tengah menghadap ke arah laut, memang sengaja menunggu Raras, tapi gengsi untuk untuk menelepon lebih dulu setelah pertengkaran di telepon beberapa hari yang lalu.Tanpa bisa ditahan, kemudian Raras mendekati pria itu, memeluk tubuhnya dari belakang. Dia menghirup aroma parfum yang bercampur dengan keringat itu dengan rakus. Dia sangat merindukan pria ini, yang sudah mengubah hidupnya seratus delapan puluh derajat, yang memberikan kebahagiaan yang tidak pernah diberikan oleh siapapun kepada dirinya.Jemari Raras meraba dada bidang itu, menyentuh dengan lembut. Pria ini sangat dicintai, bahkan tak ada kata untuk mengungkapkannya."Apa kamu begitu marahnya kepadaku? sehi
Read more
80
"Jadi, percintaan yang berbeda dan panas tadi, karena kau melihat keseksian Mega?" Bagaikan disambar petir, Wisnu terperanjat dengan tuduhan Raras. "Astagfirullah, kau kenapa, Ras?"Suara Wisnu terdengar lirih, bukan sakit hati yang dia rasakan, akan tetapi perasaan merasa dihina oleh istrinya sendiri.Raras mengambil jarak menjauh dari dirinya. Wanita memang serba membingungkan."Sehina itukah kau menilai diriku, Ras?""Aku hanya ingin memperjelas, percintaan tadi terasa berbeda, kau seakan memperlakukan aku layaknya wanita lain.""Astagfirullah, Ras. Istighfar, setan tengah merasuk ke hatimu."Bukannya sadar, Raras malah semakin menjadi, hatinya sangat cemburu, saat Wisnu mengatakan, Mega memasuki kamar dengan gaun minim yang terbuka. Terbayang, kilasan Mega yang berjemur dengan bikini merah menyala di depan rumahnya barusan."Mega masuk ke kamar saat aku tak di rumah, dan ....""Tunggu!" Wisnu memotong ucapan Raras. "Dia wanita gatal yang sejak awal tidak aku sukai, aku sudah men
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status