Semua Bab Pelakor Untuk Balas Dendam: Bab 61 - Bab 70
145 Bab
Tak Tahu Malu
Clara dengan serius menantikan cerita dari Maureen tentang alasan apa yang melandasi tingkah gilanya hari ini.Karena orang waras tidak akan pernah pergi ke pemakaman orang lain dengan pakaian pesta seperti itu."Benarkah kamu ingin ini mengetahui ceritanya? Kamu harus mempersiapkan diri dari hal yang mungkin baru pertama kali kamu dengar!" "Apa itu nyonya?""Aku akan ceritakan setelah kita keluar dari pemakaman."Kemudian sekretaris Maureen tiba-tiba datang dan memberi tahu bahwa mobil sudah siap di depan. "Baiklah, kita akan segera ke sana."Maureen menyuruh mobil yang satunya untuk membawa clara dan Vania, sedangkan dia tetap memakai mobil pribadinya.Meskipun sangat penasaran, tetapi Clara tetap berusaha menahan diri untuk tidak bertanya lebih jauh, karena bisa jadi Maureen akan curiga nantinya.**Dua mobil telah membawa dua wanita dengan dress yang sangat cantik dalam berangkat dari tempat semula menuju ke tempat di mana orang-orang yang sedang menangisi jasad kaku dari orang
Baca selengkapnya
Plot Twist Tidak Terduga
"Kami sangat tidak menyukai seorang penghianat, atau seseorang yang tidak mengikuti keinginan kami siapapun itu jika menghalangi jalan kekuasaan maka kita harus membasminya seperti serangga yang sudah merusak tumbuhan.Termasuk suami istri yang nyawanya ikut melayang, karena sangat sombong dan sok membela instingnya yang benar. Dia lupa bahwa Golden Ang adalah perusahaan besar di luar ekspektasi kaum bawah seperti mereka.Dan menurut kami, orang-orang sial seperti itu harus segera dimusnahkan dan tidak boleh diberi ruang untuk berbicara.Maka dari itu, kemarin Ayahku sampai harus jauh-jauh ke Singapura hanya untuk membungkam mulut sombongnya.Tapi ternyata, plot twist telah terjadi! Cinta konyol sehidup semati bagi mereka berdua terjadi dan sang istri dengan bodoh mengikuti ke mana suaminya pergi. Owh, sungguh dramatis bukan?"Maureen bercerita dengan bangga, seakan-akan yang mereka lakukan adalah sebuah kebenaran. Dia tertawa puas sambil menghadap ke arah orang-orang yang sedang ber
Baca selengkapnya
Panggilan Tak Terjawab 3 Kali
Kepala Jaksa sedang berlari kalang kabut keluar dari kamar apartemennya menuju pintu lift yang akan membawanya turun ke lantai basemen. Sambil terus berusaha menghubungi nomor Clara yang meninggalkan jejak panggilan tak terjawab sebanyak tiga kali.Pekerjaan yang banyak membuatnya sama sekali tak melirik ke arah ponsel, hingga ketika panggilan dari Clara masuk dan tak sempat diangkat membuat Agam panik setengah mati."Ayok Rayu, angkat telepon dariku!" Agam merasa bersalah pada wanita itu dan terus saja kepikiran dan takut sesuatu buruk telah terjadi.Sesaat kemudian, pintu lift terbuka dan pria itu segera berlari menuju mobilnya, lalu memasang seat belt dan memutarkan ban mobil agar bisa keluar dari barisan mobil-mobil yang sedang terparkir, sambil terus berusaha menyambungkan telepon pada nomor Clara dan berharap dia mengangkatnya.Mobil itu melaju dengan kecepatan cukup tinggi dengan keadaan jalan yang lumayan padat.Agam selalu mengambil celah menyalip agar terus menerus berada di
Baca selengkapnya
Clara Sedang Tidak Baik-baik Saja
Tak percaya apa yang dilihatnya, Agam ikut meratap bersama Clara. Meski banyak orang yang berlalu lalang di sekitar terminal dan pastinya mereka pasti menjadi pusat perhatian, Agam sudah tidak peduli."Rayu kamu kenapa? Apa yang sudah dilakukan para bajingan itu? Haruskah aku yang bertindak?" Agam pun sama sakitnya ketika melihat Clara menangis."Jangan! Kalau harus membunuh mereka, maka aku lah pelakunya. Tapi sekarang bukan saatnya, meski ingin sekali aku segera mengirim mereka ke neraka," sahut Clara yang mencoba menormalkan suaranya kembali.Tangan Agam ikut membersihkan air mata Clara yang terjatuh di pipinya."Coba ceritakan, apa yang terjadi. Aku sangat bersalah karena tidak langsung menjawab telepon darimu!" kata laki-laki itu, sambil terus menyeka air matanya.Clara pun akhirnya sedang berusaha menenangkan dirinya, agar bisa menjelaskan semuanya pada Jaksa Agam."Aku mendengar sesuatu yang menjijikkan. Kedua orang tuaku ternyata dibawa dan dibuang ke salah satu hutan yang ada
Baca selengkapnya
Darwin Terlampau Murka
"Sial! Ke mana wanita itu, kenapa tidak kunjung mengangkat telepon dariku. Apa aku melakukan kesalahan besar padanya?" Darwin bertanya-tanya sedari tadi apakah yang sudah terjadi pada Clara karena tidak ada satupun panggilan telepon yang diangkat oleh kekasihnya.Tak seperti biasanya, Darwin lantas menjadi sangat risau. Dia takut karena jika hubungan mereka ketahuan, Clara akan berhadapan dengan sifat buruk Maureen nantinya.Baik di ponsel pribadi maupun di ponsel khusus untuk dirinya, panggilan itu tidak ada yang dijawab.Tok,tok!Darwin memperbolehkan sekretaris nya masuk ke dalam ruangan. "Ada apa? Dipersingkat saja!" pinta Darwin dengan sangat dingin."Ada ayah Tuan di sini, apakah aku perbolehkan masuk ruangan?"Diketahui bahwa hubungan Darwin dengan Ayahnya sangatlah buruk! Mereka tidak mencerminkan sifat sebagai seorang ayah dan anak yang saling menyayangi, yang ada mereka terlihat seperti pesaing bisnis, atau justru seperti seorang bawahan dan atasan.Apalagi, kabar Darwin m
Baca selengkapnya
Seperti Sebuah Kejutan
"Istirahat dulu di sini ya Rayu, di kasur. Tubuhmu pasti lelah, dan jika begitu maka pencarian kita besok pasti tidak akan maksimal!" ujar Agam ketika mereka sudah tiba di kamar hotel.Bangunan besar itu milik salah satu kenalan Agam, dan tentu saja mereka bisa masuk berdua meski statusnya bukan suami-istri.Clara benar-benar terlihat sangat lelah sekali, matanya sayu dan pandangan kosong.Bagaimana tidak? Dia baru tahu keberadaan orang tuanya setelah 14 tahun berlalu. Tentu saja ini bukan hal yang mudah diterima oleh perempuan yang sebentar lagi akan berumur 28 tahun itu."Lalu kakak? Kamu akan tidur di mana?"Mereka pun lupa memesan kamar dengan dua bed."Jangan khawatir kan aku. Aku bisa di sofa, tidak apa-apa!" jawab Agam menenangkan Clara."Tidak! Kakak juga harus beristirahat dengan benar. Sini, tidurlah di kasur bersamaku."Tidak ada maksud lain, dan menjurus ke arah intim. Clara hanya ingin Agam juga mendapat kenyamanan demi misinya besok."Uhm..." Entah kenapa, Agam seperti m
Baca selengkapnya
Patok Berwarna Hijau Tua
"Keluar, jangan sampai aku menyakiti kamu!"Darwin masih mencoba untuk menahan emosinya sekuat tenaga. Melihat Maureen rasanya seperti ingin menelan wanita itu hidup-hidup."Kamu punya kamar, kenapa harus tidur di kamar tamu? Kamu yang selalu menyakiti aku. Kamu lari di hari anniversary pernikahan kita. Kamu tiba-tiba datang dan berkata muak padaku? Apa kamu sudah gila Tuan Darwin?"Bukannya mengerti kelelahan suaminya, Maureen justru memancing perdebatan semakin jauh, membuat Darwin kehilangan kendali.Akhirnya mau tidak mau, mereka kembali berseteru dengan ganas."Kamu tidak sadar kenapa aku begitu di hari pernikahan kita? Introspeksi diri itu lebih baik daripada menyalahkan orang lain! Keluar, atau aku yang pergi dari rumah ini!" Begitu Darwin hendak melangkah keluar dari kamarnya, Maureen dengan sigap menahan tangan Darwin dan berakhir dengan menampar laki-laki itu.Plak!! Wajahnya menoleh ke sebelah kanan, dan ada bekas merah di sana."Aku tidak akan tinggal diam kalau kamu menye
Baca selengkapnya
Bertemu Untuk Pertama Kalinya
Clara dan Agam tidak pantang menyerah untuk mencari di mana keberadaan patok berwarna hijau tua itu, pasalnya jalan untuk menuju lokasi hutan itu tidak bisa diakses oleh mobil, mereka terpaksa harus berjalan kaki menaiki gunung, menelusuri ruas jalan satu persatu untuk mencarinya.Bahkan tak jarang sekali, dalam misinya Clara sering terjatuh akibat kakinya terperosok jalan yang berlubang atau tersangkut akar-akar pohon yang menjulang ke atas, mereka seperti pasangan yang sedang berpetualang mencari harta karun. Untung saja lokasi ini sedikit teduh akibat dedaunan yang saling menutupi panasnya sinar matahari, hingga mengurangi rasa lelah dan dahaga yang dirasa akibat berjalan kaki."Bagaimana ini,nkita sudah mencari ke sana dan ke sini tetap kita tidak menemukan di mana patok itu berada, apa sebaiknya kita harus menyerah kak?" tanya clara saat mereka berdua memutuskan untuk beristirahat sejenak dan duduk di samping pohon yang dahannya bisa digunakan untuk sandaran."Tidak! Jangan meny
Baca selengkapnya
Bertemu Pertama Kalinya
"Ibu, Ayah ... apa kabar kalian? Ini aku, Serayu, apa kalian tidak kedinginan berada di sini?" Clara menangis tersedu-sedu di sana. Ia meronta seakan ingin sekali menggali tempat itu dan memeluk tulang belulang orang tuanya."Aku sudah berumur 28 tahun Ayah, Ibu, aku sudah besar. Aku bahkan bisa bertahan hidup untuk bertemu kalian sekarang. Ayah, Ibu, aku merindukan kalian. Aku rindu pelukan hangat kalian!"Semakin lama, isak tangis Clara semakin deras dan pilu ketika di dengar. Agam yang sedari tadi membiarkan mereka bertemu, sampai harus mendekat dan menenangkan tubuh Clara yang rapuh sekali.Kerinduan 14 tahun lalu terbayarkan oleh pertemuan hari ini, meski hanya batu nisannya saja yang terlihat."Aku bersama Kak Agam, akan membalas semua yang sudah memisahkan kita, aku akan membalas mereka dengan setimpal tanpa ampun. Aku janji, nama baik Ayah akan kembali bersinar seperti sebelumnya. Ayah adalah seorang profesor hebat dan akan selalu hebat di mata Rayu."Agam sampai tak bisa berh
Baca selengkapnya
Clara Mulai Beraksi
Perjalanan melelahkan itu diakhiri dengan kepulangan pada rumah masing-masing. Bedanya, Clara tak kembali pada rumah Bian, melainkan ada di ruangan bawah tanah rahasianya, sendiri.Dia perlu waktu sendiri karena tidak siap bertemu siapa pun yang berkaitan dengan masa lalunya, termasuk Bian yang di mana dia adalah kaki tangan Hary Hartawan.Clara menaruh ponselnya di atas meja, dan dia melihat ponsel itu berdering beberapa kali, dari tiga nomor secara bergantian."Mereka kenapa sibuk sekali mencari aku? Bukan kehidupan aku yang sudah kalian hancurkan?" Clara membiarkan ponsel itu berdering sampai mati kembali.Tak lama, dia melihat ke arah CCTV dan di sana menunjukkan bahwa Tuan Darwin ada di studio dan sedang melihat-lihat barangkali Clara ada di sana."Saya tidak melihat Nona Clara ada di sini Tuan, saya sudah mengitari sekeliling studio dan tidak ada siapa-siapa di sini!" ucap sekertarisnya ketika dia melacak keberadaan Clara dan terdengar lewat rekaman suara."Ke mana dia? Aku sang
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
15
DMCA.com Protection Status