Semua Bab SKANDAL PUTRI SAH PRESIDEN: Bab 91 - Bab 100
113 Bab
SEMBILAN PULUH SATU
Edwin yang masih tidak puas dengan jawaban tidak tahu Ike, menyabet punggung Ike dengan sabuk, serta menamparnya berkali-kali hingga pipi bengkak, tidak hanya itu- wajahnya ditonjok hingga dua gigi depan rontok. Edwin tidak merasa bersalah sedikit pun, sebaliknya dia lebih kesal dan berdalih cemburu karena Ike melindungi mantan suami. "Apakah kamu masih cinta pada Aji? Pergi sana ke tempat dia! Aku yakin sekali, dia tidak akan menerima kamu." Ike menangis karena menahan sakit, wajah cantiknya berubah mengerikan karena kelakuan Edwin, tapi dia tidak pernah mengadukannya kepada siapa pun. Meskipun keluarga Rukmasara mengagungkan wanita di dalam keluarga, para wanita tetap dididik menghargai pria sebagai kepala keluarga. Harga diri seorang istri, ada pada suami. Namun, Ike lupa bahwa Edwin yang merupakan seorang suami, juga memiliki harga diri pada istrinya. Indonesia memiliki minat tinggi terhadap pendidikan agama, namun agama dibuat para pria dan keluarganya untuk merendahkan wanita
Baca selengkapnya
SEMBILAN PULUH DUA
Ike yang berjalan mengandalkan gps di ponsel, kebingungan. Dia tidak pernah menggunakan transportasi umum, oline ataupun jalan kaki. Dia hanya bisa mengandalkan gps karena di dalam mobil orang-orang membutuhkan gps, termasuk dirinya.Tubuh dan wajah ditutup rapat supaya tidak ada yang mengenalinya. Namun dia lupa, perjalanannya tidak menggunakan mobil, hanya berjalan kaki dengan cuaca ibukota yang panas terik.Penampilan Ike mencuri perhatian orang-orang yang melewatinya.Lalu tiba-tiba ada seseorang meneriaki dirinya, pelaku bom bunuh diri dan mencari mangsa. Dia dikejar oleh banyak orang.Ike yang kebingungan, berlari sambil memegang erat handphone, menjauhi orang-orang yang mengejar dirinya Terkadang jatuh dan tidak ada yang menolong lalu sandalnya terlepas dan dia tidak sempat mengambilnya lagi.Ike sekuat tenaga melarikan diri hingga napasnya menjadi sesak dan merasakan kakinya mulai melepuh.Bora, Harsa, Genta. Maafkan Mama yang sudah egois ini. Ike menyebut nama anak-anaknya di
Baca selengkapnya
SEMBILAN PULUH TIGA
"KELUAR DARI SINI! AKU AKAN MEMASTIKAN IKE BERCERAI DARI KAMU!""Tidak, Ayah! Ayah tidak bisa melakukan itu kepadaku! Aku sudah menemani Ike sejak kecil dan mencintainya!" Edwin memeluk kaki ayah mertuanya dengan erat, berharap hati pria tua itu menjadi luluh. "Aku cinta dan selalu menemani dia sejak kecil!""Jika kamu mencintai putriku, kenapa memukul dia sampai babak belur seperti itu? Aku selalu mengajarkan dia tentang harga diri istri adalah suaminya, tapi ternyata kamu tidak pernah bisa melindungi Ike, kamu bahkan tidak menganggap dia sebagai harga diri yang sangat berharga!" Ayah Ike memukul dadanya dengan kepalan tangan. "Apa salahku sampai dia memiliki dua suami brengsek?! Satunya tukang selingkuh dan membuat psikologis hancur, satunya lagi memukuli putriku secara fisik! Apakah kalian berdua ingin membunuh anakku?!"Bora berjalan mendekati kakeknya. "Kakek, jangan bicara seperti itu. Nanti hati Mama menjadi sedih.""Jika Mama kamu bisa merasa sedih, Kakek juga bisa merasakan ke
Baca selengkapnya
SEMBILAN PULUH EMPAT
Ketika Tuhan menciptakan manusia, Tuhan berharap manusia mampu menjaga alam dengan baik dan juga ciptaan lain. Namun, semakin lama- manusia mulai melupakannya dan perlahan merusak alam.Tidak hanya alam saja yang dirusak, tapi juga banyak hewan dibunuh dan manusia menjadi tingkat pertama dalam merusak ekosistem alam.Hewan-hewan yang tadinya hidup dan berguna untuk ekosistem, dinilai secara sepihak oleh manusia bahwa mereka telah merugikan manusia, tidak ada gunanya dan wajib dibunuh jika sudah merugikan.Itulah yang terjadi pada Bern, seekor service dog yang ditugaskan untuk menemani kesehatan mental Bora. Mereka membunuh dengan alasan yang masuk akal bagi manusia, melupakan peristiwa itu dan tidak akan pernah mendengar jeritan hewan."Ayo, kita bunuh anjing yang suka menggigit.""Lempar batu ke anjing itu.""Racuni saja kucing yang suka buang kotoran sembarangan.""Bunuh ular yang masuk ke rumah warga!""Tembak burung itu!""Aku benci cicak, suruh kucing menangkapnya!"Masih ada ban
Baca selengkapnya
SEMBILAN PULUH LIMA
Yuni menggeram marah begitu mendengar kabar dari keluarganya. Gosip yang tidak berdasar tapi dia tahu dengan baik siapa sebenarnya Aji. "Dia hanya ingin melindungi mantan istrinya, bagaimana bisa dia mengkhianati aku setelah mengucapkan banyak janji pernikahan? Apakah dia sudah gila sekarang?" Akmal tidak tahu harus bicara apa dan lebih suka memilih diam dari pada menjadi masalah, terakhir kalinya dia membuat masalah tanpa menganalisa terlebih dahulu sehingga sempat mendapatkan teguran dari dosennya. Laras mendecak kesal. "Apa gunanya si ketua ham itu, jika dia tidak melakukan pekerjaan dengan benar? Bukankah suaminya ada di Bora? Kenapa tidak ada balasan dari Bora? Apakah ketua ham itu hanya salah lihat karena sakit mata?" Alih-alih menyalahkan dirinya sendiri, Laras lebih suka menyalahkan orang lain. Yuni bertambah kesal jika mengingat wanita itu. Dia tidak berguna sama sekali, tapi- "Apakah kamu sudah melihat akun media sosialnya? Dia buat postingan apa?" Laras melihat akun Rin
Baca selengkapnya
SEMBILAN PULUH ENAM
Jika memikirkan kembali masa lalu yang mereka berdua lewati, memang terasa hambar. Tidak ada cinta ataupun kasih sayang yang diperlihatkan. Hanya perasaan tanggung jawab dan bermimpi hidup bebas. Ike dan Aji menikah hanya berdasarkan tanggung jawab, menghargai orang asing, lalu ketika sudah mulai bosan, tidak ada yang namanya mempertahankan. Keduanya hanya ingin menjauh dan saling melepaskan. Tidak peduli meskipun memiliki tiga orang anak yang membutuhkan perhatian orang tua. Sekarang, mereka berdua mulai menyadari kesalahan masing-masing dan merasakan penyesalan mendalam karena telah menyakiti tiga anak kecil yang tidak tahu apa pun. "Terkadang-" Ike mulai bicara sambil mengamati tangan Aji yang memperlakukan kakinya dengan lembut. "Aku pernah berpikir untuk mengulang semua waktu." "Tidak ada yang seperti itu." "Hahahaha- benar, memang tidak ada. Tapi bukankah Bora mendapatkan keajaiban?" "Dia berbeda. Dia masih memiliki pemikiran polos dan suci, Tuhan pasti akan memilih umat ya
Baca selengkapnya
SEMBILAN PULUH TUJUH
Rina terkejut ketika mendapat undangan pesta di rumahnya yang diberikan seorang pria bertubuh besar dan memakai jas formal. "Ini?" "Tuan ingin mengundang anda datang, silahkan datang." "Hanya aku saja?" tanya Rina yang melihat namanya yang tertera di undangan. "Ya." "Bagaimana dengan anak-anak?" "Ya?" Rina tersadar dari kesalahannya lalu menggeleng. "Tidak, tidak masalah. Aku bisa datang, terima kasih." "Ini kotak untuk anda." Pria pengantar undangan menyerahkan sebuah kotak ke Rina. Rina menerima kotak dari pria tersebut. "Apa isinya?" "Saya tidak tahu, saya hanya disuruh membawa ini dan diberikan kepada anda." "Terima kasih banyak," ucap Rina sambil memegang erat kotak berwarna putih itu. Dia yakin sekali kalau ini adalah pemberian mantan suaminya, Fendi. Dia pasti masih cinta dan ingin mereka berdua rujuk. Rina akan memaafkan semua perselingkuhan yang dilakukan Fendi lalu teringat dengan janinnya yang hilang, dia keguguran saat perjalanan pulang dari villa milik istri pr
Baca selengkapnya
SEMBILAN PULUH DELAPAN
Pesta dimulai dan para tamu undangan mulai berdatangan dengan perasaan bangga karena berhasil diundang salah satu keluarga terkemuka di Indonesia, wartawan pun mulai menyoroti para tamu, tidak ingin ketinggalan berita mengenai anak kedua yang kembali.Beberapa orang pun mulai berdebat di televisi siaran nasional, hal yang tidak biasa di Indonesia, namun berita tentang keluarga ini menaikkan nilai penjualan berita yang dimuat. Tidak mungkin ditinggalkan begitu saja."Saya sudah pernah mendengar salah satu pangeran yang memutuskan keluar dari keluarga, karena ide idealisnya tentang merawat hewan. Namun, saya tidak pernah mendengar anak lainnya, bukankah dia anak kedua?""Yang mana?""Yang baru saja kembali.""Bukankah anak ketiga? Paling bungsu?""Kenapa banyak berita yang muncul anak kedua?""Kita tidak tahu mana yang benar, karena keluarga itu bekerja secara misterius dan tertutup. Sekarang saja menjadi heboh karena bersamaan dengan skandal anak Presiden.""Benar, biasanya pergantian
Baca selengkapnya
SEMBILAN PULUH SEMBILAN
"Oh, hallo. Terima kasih telah datang ke acara keluarga kami." Semua orang sontak menoleh ke sumber suara, di atas panggung. Arka.Laras terbelalak ketika melihat betapa tampannya pria itu. "Astaga, dia sangat tampan, selain kaya dan juga berpengaruh, ternyata wajahnya juga bisa dibanggakan. Kalau begini, aku rela menjadi selirnya."Akmal memutar kedua bola mata ketika mendengar celotehan kakaknya. "Yang jadi pertanyaan, mau nggak dia sama kamu?"Laras cemberut ketika mendengar ucapan buruk adiknya. "Apakah kamu tidak bisa mendoakan aku yang baik-baik?"Akmal mengangkat kedua bahu dengan santai.Yuni masih menatap Aji, merasa cemas karena tidak bisa mendekatinya, lalu menatap kesal Ike yang sudah menghalangi jalannya. 'Dia masih melihat Presiden, apakah anda tidak khawatir?'Buat apa mengkhawatirkan hal yang tidak perlu?'Humm? Bagaimana dengan wanita yang memakai gaun merah dan seksi itu? Wow, pakaiannya terbuka sekali.'Bora spontan menoleh ke arah yang ditunjukan Bern palsu. Seora
Baca selengkapnya
SERATUS
"Hari ini saya sangat terharu karena keluarga masih mau menerima anak pemberontak seperti saya, terutama kakak yang tidak bisa hadir." Fendi melanjutkan pidatonya. "Setelah puluhan tahun memikirkan masa lalu yang tidak jelas, akhirnya saya mulai memutuskan masa depan yang masih mau menerima segala kekurangan saya." Fendi mengulurkan tangan ke arah bawah panggung. "Wanita yang paling saya cintai, dan juga menerima saya apa adanya. Meskipun dia juga tahu masa lalu saya yang sedikit buruk, sebagai tahanan-" Rina merapikan gaunnya lalu bergegas berjalan menuju panggung, meskipun Fendi tidak menyebut namanya, dia tahu bahwa suami sedang mengharapkan dirinya. Wanita mana yang bersedia menunggu pria yang masuk ke dalam tahanan selama puluhan tahun? Hanya dirinya, Rina seorang. Para tamu undangan yang tahu tentang Rina, menyingkir untuk memberikan wanita itu jalan. Fendi tersenyum dan mengganti arah tangannya lalu menyebut nama wanit lain. "Istri saya, Bora Zanitha Rukmasara." Rina membek
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status