Semua Bab SKANDAL PUTRI SAH PRESIDEN: Bab 81 - Bab 90
113 Bab
DELAPAN PULUH SATU
"Selamat malam untuk adik-adik mahasiswa yang saya sayangi, termasuk masyarakat yang saya cintai. Terima kasih sudah bersedia datang untuk mendengarkan saya." Edwin mulai membuka acara sambil berdiri, menatap para peserta yang hadir. "Dikesempatan kali ini, ada presiden kesayangan kita yang juga hadir, mari kita tepuk tangan terlebih dahulu."Aji berdiri dan menyapa para peserta dengan menangkupkan kedua tangan. "Nah, mumpung ada pak Presiden tercinta di sini. Ayo kita membahas tentang legal atau ilegal rumah atau tanah yang ditempati masyarakat di tanah milik pemerintah." Edwin tersenyum ke Aji. Perkataan Edwin, tentu saja membuat orang yang paham, menjadi lelucon. Dimana-mana menempati tanah atau rumah yang tidak memiliki sertifikat jelas, pasti ilegal. Namun, tidak semua masyarakat paham mengenai hal ini dan parahnya masyarakat tidak mau tahu tentang hal ini, bagi mereka yang mendiami tempat itu sudah lama, tentu saja dianggap legal. Hal ini karena kurang tegasnya pemerintah dan
Baca selengkapnya
DELAPAN PULUH DUA
Menjadi presiden itu tidak mudah. Begitulah nasehat yang dilontarkan lingkungan sekitar Aji. Namun pria itu memiliki cita-cita dan ambisi untuk merubah negara Indonesia ke arah yang lebih baik. Masih banyak hal yang belum disentuh pemerintah, banyak contoh yang tidak bisa disebutkan, namun Aji ingin membuat perubahan untuk masyarakat termasuk ketiga anaknya. Aji yang duduk di kursi sambil memakai handuk di kepala, setelah membersihkan wajah, menatap kedua tangannya yang gemetar. Bertanya-tanya di dalam hati. Apakah Ike melihat jelas? Apakah Bora menonton televisi bersama suaminya? Apakah Harsa dan Genta juga tahu hal ini?Jika Aji melihat dengan jelas, semua yang didapatkannya mungkin karma karena meninggalkan istri dan ketiga anaknya. Rasa bersalah Aji semakin besar dan bahunya bergetar. Sekarang dia sendirian, tidak ada yang menemani. Aji mengusap wajahnya dengan kedua tangan dan menutupnya cukup lama untuk menahan kesedihannya, setelah merasa tenang, dia membuka kedua tangan, l
Baca selengkapnya
DELAPAN PULUH TIGA
Aji terperanjat mendengar jawaban kepala sekretariat. "Benarkah? Aku kira dia tidak akan peduli lagi kepadaku."Senyum kepala sekretariat hilang. "Kenapa anda-"Aji mengalihkan tatapannya karena malu, merasa jadi orang bodoh. "Lupakan, aku minta maaf sudah mengganggu kamu seperti sekarang ini.""Anda baik-baik saja? Sudah sewajarnya anda terkejut dengan tindakan mereka, anda juga bisa menuntut para pelaku dengan pasal penghinaan terhadap Presiden."Aji tersenyum sedih. "Tidak perlu, biarkan saja mereka.""Tapi para pendukung anda pasti tidak terima.""Jika aku melaksanakan tuntutan, masyarakat akan terpecah belah dan aku tidak ingin ada sesuatu yang terjadi. Biarkan saja."Kepala sekretariat menghela napas. "Seandainya masyarakat tahu jalan pikiran anda-""Di luar sana memang ada banyak orang baik, tapi jauh lebih banyak orang egois. Aku tidak mau orang baik terkena imbasnya, hatiku memang sedih tapi jika aku tidak mendapatkan masalah seperti ini, aku mungkin tidak akan pernah tahu kal
Baca selengkapnya
DELAPAN PULUH EMPAT
Ike yang sudah ditarik ke dalam mobil dan dimarahi sepanjang jalan, tanpa peduli pandangan orang-orang, berusaha menahan sabar sekaligus sedih, ketika Edwin melontarkan kalimat kasar di dalam mobil sembari sopir menjalankan mobil menuju rumah mereka berdua."Aku sudah bilang untuk menjauh dari Aji, dia itu hanya iblis pengganggu. Dia sudah membuat hidup kamu hancur dengan melahirkan anak-anak iblis!"Ike menatap Edwin dengan tidak percaya. "Aku yang melahirkan mereka bertiga dengan susah payah, kenapa kamu berkata jahat seperti itu? Mereka tidak tahu apa pun.""Jika mereka bukan iblis, lantas apa? Kenapa mereka bertiga lahir menjadi cacat seperti itu? Mengandalkan hewan? Memangnya Tuhan tidak ada?""Edwin!" Teriak Ike. "Kenapa kamu bicara sekasar itu tentang anak-anakku? Mereka tidak melakukan kesalahan apa pun!""Mereka sudah melakukan kesalahan padaku dan kamu!" Teriak Edwin dengan marah. "Seandainya kamu tidak menikah dengan Aji, tidak melahirkan mereka bertiga! Kita tidak akan hidu
Baca selengkapnya
DELAPAN PULUH LIMA
Postingan yang dibuat Laras, membuat perhatian netizen menjadi terpecah belah. Para pendukung Laras mulai menyerang akun media sosial Bora, begitu pula sebaliknya. Namun, perundungan di media sosial terhadap Bora, jauh lebih parah. Hal ini dikarenakan ada orang-orang politik yang juga ikut campur menyerang Bora lalu Aji.'Aji tidak pantas menjadi Presiden, menjaga keluarga saja tidak bisa, mau sok-sokan menjaga negara, dia pasti berbohong soal impian.''Turunkan Presiden!''Turunkan Aji!''Dia sudah membuat malu Indonesia!''Aji jelas tidak becus memimpin negara.'Bora yang sekarang sedang istirahat di ruang kerja Fendi, duduk bersila di sofa dan melihat layar yang ditunjukan Bern palsu. "Banyak yang mulai berkomentar buruk mengenai Papa, akunku juga diserang. Sayang sekali aku tidak bisa masuk dan membalas mereka."Fendi tetap berbincang pada istrinya, meskipun tangan dan mata masih fokus pada dokumen yang menumpuk. Siapa yang bilang menjadi Ceo itu enak? Sial!"Bagaimana dengan pest
Baca selengkapnya
DELAPAN PULUH ENAM
Dua hari kemudian, netizen yang masih belum lepas dari rasa terkejut karena postingan Laras, Akmal dan ibu mereka. Salah satu shelter ibukota membuat postingan dengan tag media sosial milik Bora.Terima kasih sudah memilih tempat kami dan membantu biaya pengobatan serta makan anak-anak di shelter, kami akan meneruskan biaya pengobatan di tempat lain. Uang sejumlah delapan belas milyar, sudah kami terima @BoraBernChoco.Tidak ada yang mempermasalahkan siapa pun berdonasi banyak, namun angka yang fantastis membuat semua orang menjadi bingung sekaligus curiga.'Dari mana Bora bisa mendapatkan uang sebanyak itu?''Dia hanya anak Presiden dan ibu kandungnya juga istri pejabat, tidak mungkin memiliki uang banyak.''Sudah aku duga, Aji pasti melakukan korupsi. Belum lama menjadi Presiden, sudah kena skandal anaknya.''Gila! Sedekah nggak tanggung-tanggung.''Delapan belas milyar ini- apakah disamakan dengan usia Bora?'Gosip mengenai saudara dan ibu tiri Bora, digantikan dengan uang yang dib
Baca selengkapnya
DELAPAN PULUH TUJUH
Ditya mengeluarkan keluhan sambil memegang belakang kepalanya yang dipukul. "Apakah kalian berdua ingin membuat aku menjadi bodoh? Bagaimana bisa memukul aku bersamaan seperti itu?" Bima mendecak kesal. "Apakah kamu tidak bisa belajar dari kesalahan? Bagaimana bisa bicara seperti itu di depan Bora?" Donny meminta maaf ke Bora. "Aku minta maaf, dia agak sedikit gila. Jadi abaikan saja permintaan konyolnya." Bora mengangguk kecil lalu melihat Ditya dan temannya mulai beradu mulut. "Sebenarnya saya bisa saja membantu dokter Ditya untuk berjudi, setidaknya mendapatkan uang banyak untuk para hewan- tidak ada salahnya." Donny menggeleng. "Setiap langkah kita, diamati. Jadi tidak perlu berbuat aneh-aneh." "Oh." Bora menatap Donny yang sangat tinggi, perawakannya tidak seperti orang biasa, tubuh tegapnya mengingatkan Bora kepada pasukan militer. "Ya." Dia sedikit ketakutan dan merasa terintimidasi oleh Donny. "Nah, Bora saja paham dengan yang aku bicarakan," keluh Ditya lalu nyengir ke
Baca selengkapnya
DELAPAN PULUH DELAPAN
Fendi mengetuk jari di atas laptop dan melihat semakin banyak netizen menyerang Bora. "Aku tidak mungkin menuntut mereka satu persatu kan? Tapi rasanya aku juga ingin mengejar mereka, sayang sekali kita harus mengeluarkan uang banyak, hanya untuk mendapatkan nama asli para pelaku perundungan.""Biasanya yang melakukan itu ibu-ibu rumah tangga, pengangguran atau anak muda yang nggak punya otak," jawab Arka dengan santai. Siang ini mereka sedikit bersantai setelah bekerja keras dengan Hendra. "Jadi, Om akan tetap menambah pabrik lagi?""Ya." Angguk Arka. "Aku sedang memilah pabrik pengalengan mana yang akan aku akuisisi.""Untuk membuat makanan hewan?""Ya. Aku akan membuat dua versi. Versi murah dan juga premium.""Apakah Om yakin? Maksud aku- sekarang saja banyak merek dari luar negeri yang invasi ke Indonesia, bagaimana bisa bersaing dengan mereka?" Arka sebenarnya senang dengan rencana si om, tapi masalahnya adalah apakah makanan itu bisa diterima oleh masyarakat."Aku sudah menelit
Baca selengkapnya
DELAPAN PULUH SEMBILAN
Rina mulai melancarkan aksinya, dia membuat postingan yang menyayat hati atas persetujuan Laras dan Yuni, lalu mengunggah foto pernikahan di Inggris bersama Fendi. Beberapa hari lalu aku mendapat kiriman surat cerai dan harus tanda tangan segera, oleh mantan suami. Kalian semua pasti tahu bahwa suami saya pernah masuk ke penjara karena suatu kasus yaitu pengedaran narkoba. Saya berpikir menunggu orang yang dicintai itu sangat menyenangkan tapi saya tidak menyangka, mendapatkan surat cerai setelah yang bersangkutan bebas.Semua netizen yang membaca keluh kesah Rina menjadi gempar, spekulasi mulai banyak bermunculan. Tidak hanya itu, untuk menambahkan racikan bumbu, Rina menunjukkan bukti kuat, kenapa tangan pria itu merupakan suaminya. Kalian bisa menilai sendiri apakah bekas luka ini sama dengan bekas luka tangan tersebut, dia mendapatkan bekas luka tersebut saat pertama kali kami bertemu di Inggris, dia menyelamatkan aku dari niat buruk warga setempat.'Apakah kalian semua percaya
Baca selengkapnya
SEMBILAN PULUH
Seluruh keluarga inti, minus Ditya yang sudah ditugaskan ke Kalimantan. Berkumpul di ruang keluarga dan duduk di sofa, melihat foto aib yang tersebar di media sosial.Bora menutup wajah dengan kedua tangan sementara Fendi menjadi kesal karena keusilan warga setempat, dia mulai memikirkan undang-undang yang akan menjerat warga tersebut.Berita gosip mulai menyebarkan foto, bahkan video singkat Fendi."Apakah kalian merekam perjalanan selama menjadi hunter?" Tanya Hendra.'Aku, aku sudah merekamnya.'Bora menghela napas panjang. "Sudah direkam."Fendi menoleh dan menatap Bora dengan tatapan bertanya 'sejak kapan?'Bora menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan menjawab dengan canggung. "Bern palsu yang merekamnya."Fendi mengedipkan kedua matanya lalu nyengir. "Apakah ada adegan ranjangnya?"'Ada! Aku juga merekam kebodohan anda.'"Ada, dan dia juga merekam kebodohanku." Bora terdiam sejenak lalu terbelalak dengan wajah memerah. "I- itu-"Fendi tersenyum lalu menggoyangkan tubuh Bora. "H
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status