All Chapters of POLIGRAF: Chapter 11 - Chapter 20
171 Chapters
Lacak
Jus apel yang dipesan teronggok begitu saja di meja, tak menarik minat makhluk berkaos warna tosca dilapisi kemeja flanel warna hitam yang tadi memesan karena sedang sibuk sendiri. Kala tengah intens mencoret-coret kertas di depannya, tak memedulikan apa pun yang terjadi di kantin. Frasa “gantungan kunci” tertulis besar-besar di kertas, menemani kata “racun”. Mengetuk-ngetuk kata “racun” dengan ujung pena sampai kata itu dipenuhi titik hitam bagai jerawat, Kala disergap pemikiran baru yang mendukung teorinya tentang pembunuh Lavi.“Lagi ngapain, lo?”Fatih muncul dari keramaian, menghampiri Kala dan duduk di kursi di depannya sambil memandang kasihan pada jus apel yang malang.“Lagi berpikir aja.”Fatih menghunjamkan tatapan ke kertas di depan Kala, menebak-nebak.“Kasus Lavi?”Kala mengangguk. Itu juga alasannya meminta Fatih untuk bertemu di kantin hari ini.“Lo kan temen Lavi, gue pengen nanya sesuatu.”Fatih mengerjap. Ia tidak sedang di
Read more
Geram
“Cewek serigala, beraninya bunuh temen baik gue!”Fatih mengumpat sambil menghajar samsak yang tergantung di salah satu sisi kamarnya. Membayangkan sedang menghantam wajah memesona Neta.“Tunggu aja, lo bakal terima pembalasan dari gue!”Sambil mencaci, Fatih melesakkan tinju terakhir ke samsak yang terayun-ayun menyedihkan lalu duduk di kursi dan menenggak air dari botol seraya terengah-engah. Begitu mendengar cerita Kala tadi siang, Fatih sudah akan mencari Neta dan menyeretnya ke kantor polisi. Namun, Kala mencegah dan menyarankan mereka untuk bermain halus karena hal itu belum pasti. Jika memang benar ia pelakunya, Neta bukan lawan yang mudah. Tindakan kejinya yang meracuni Lavi dan upaya membentengi dirinya agar tidak dicurigai menunjukkan betapa berbahayanya wanita itu. Apalagi, posisi Fatih yang merupakan kandidat kuat tersangka pembunuhan Lavi tidak membolehkannya bersikap sembrono, bisa-bisa tuduhan terhadapnya semakin bertambah.Memelototi langi
Read more
Teori
Kala menunggu dengan tak sabar meskipun kursi yang didudukinya sebenarnya menawarkan kenyamanan. Apa semua kursi di kantor polisi menimbulkan perasaan seperti ini? Pantas saja Kila memilih memajang lilin aromaterapi di mejanya untuk menetralisir aura menekan yang dipancarkan para kursi.Kila tengah ke ruangan Bagian Identifikasi Sidik Jari menemui Pita untuk meminta hasil identifikasi gantungan kunci mobil kedua saat Kala tiba siang itu. Ibad yang kebingungan karena sebagai saksi Kala terlalu sering mendatangi kantor polisi mempersilakannya menunggu di kantor Kila.Pembicaraan Kala dengan Fatih kemarin menuntunnya pada pencerahan. Jika kedua gantungan kunci memilki sidik jari Neta, Kala akan dengan riang gembira memburunya. Jika tidak, Kala belum memikirkannya.Pintu terbuka di samping Kala. Kila memasuki ruangan dengan ekpresi yang sulit diterjemahkan. Langsung menuju meja dan menyalakan lilin aromaterapi, Kila duduk dan berusaha membuat dirinya santai. Kala yakin
Read more
Kabar
“Lavi dan Neta rencana nikah?”Gelas berisi minuman bersoda yang hampir sampai di bibir Kala tiba-tiba berhenti. Shock mendengar kabar yang dibawa Fatih.“Kata Ana sih gitu.” Kehilangan minat untuk minum, Kala meletakkan kembali gelasnya. Kesimpulan yang dibangunnya bersama Fatih harus ia akui agak goyah diterpa info ini. Jika memang Neta pelakunya, buat apa ia menghilangkan nyawa orang yang akan dinikahinya? Lagipula, apa memang Neta benar pelakunya? Bagaimana kalau selama ini ia hanya percaya pada apa yang ingin ia percayai saja? Semua pemikiran yang menyerbu otaknya ini membuat Kala kecurian semangat.“Tih, gimana kalo selama ini ternyata kita salah?”Fatih termenung. Bukannya ia tidak pernah berpikir seperti itu setelah mendengar penuturan Ana.“Jujur sih, gue sempet berpikir kayak gitu. Tapi akhirnya gue sadar kalo kita cuman curiga dan menyelidiki. Kalo emang Neta yang bunuh Lavi, kita sudah bertindak benar. Tapi kalo emang bukan, setidaknya ki
Read more
Ancam
Suasana ruang makan privat tempat mereka rencananya menyantap makan siang lezat sebenarnya cukup menenangkan. Suara air mengalir dengan ikan hias yang mondar-mandir ditambah tanaman yang memastikan oksigen yang mereka hirup terjamin kesterilannya seharusnya bisa menimbulkan perasaan nyaman bagi kebanyakan orang, tapi hal itu tidak berlaku bagi dua makhluk yang sedang duduk menghadapi sajian yang semestinya nikmat itu. Walapun tidak mengatakan apapun, kemurkaan nampak jelas tengah membekap sosok berkemeja kuning muda dibalut vest warna hitam dipadu celana bahan warna senada, sedangkan tubuh berseragam di depannya kelihatan tengah mencemaskan sesuatu.“Saya rasa saya sudah menyampaikan maksud saya dengan jelas, Komandan. Tangkap pembunuh kekasih putri saya. Anda yang memastikan sendiri bahwa saksi yang potensial untuk dijadikan tersangka sudah ada, kenapa sampai sekarang belum dihukum juga?”Nada suara Profesor Gani memang tidak ditunggangi kemarahan, namun AKBP Neco yang
Read more
Marah
“Ana sialan. Berani-beraninya dia lakuin hal itu ke gue.”Neta berteriak ke bayangannya sendiri di cermin wastafel toilet kampus setelah sebelumnya memastikan tidak ada orang yang akan mendengarnya mengumpat. Ia tak ingin ada yang akan menganggap cerita yang sedang beredar itu benar. Bagaimanapun juga, reputasi baik harus tetap dipelihara.Bagi Neta, kelakuan Ana sudah kelewat batas. Setelah kemarin mengabaikan Neta seharian di kelas, bergeming tiap diajak bicara, jelas-jelas membuat Neta tidak berbeda dengan makhluk tak kasat mata, sekarang Ana malah berkoar-koar bahwa kelakuan Neta tempo hari yang melempar makalah ke mukanya dan bersikap tidak sopan di kelas Profesor Radi diakibatkan oleh stres yang berkepanjangan karena Lavi, orang yang rencananya akan menikahinya malah tewas terbunuh.Dampak yang ditimbulkan oleh kabar itu sama sekali tidak menyenangkan buat Neta. Ke manapun Neta pergi, mahasiswa tidak akan repot-repot menyembunyikan keengganannya berada dalam r
Read more
Ketahuan
Kila berlari tanpa memedulikan apapun. Bahu yang tertabrak, benda yang terjatuh dan menimbulkan kernyitan tak suka di wajah pemiliknya, warga sipil dengan wajah kebingungan yang melihatnya melintasi koridor, semua itu tak penting. Yang utama adalah dapat tiba secepatnya di ruangan AKBP Neco dan menemuinya, meneriakinya kalau perlu.Kila baru saja tiba di kantor dan sedang akan bersiap menyalakan lilin aromaterapinya ketika Ibad memasuki ruangannya tanpa sopan santun. Baru saja akan menyodorkan protes, Ibad sudah membuatnya shock dengan kabar yang dibawanya. Kabar yang membuat Kila berderap marah ke ruangan atasannya dan bermaksud mendampratnya. Tak peduli bahwa ia hanya bawahan. Begitu sampai di ruangan yang dituju, tanpa mengetuk pintu lagi Kila langsung masuk. AKBP Neco yang melihatnya datang tanpa etika sama sekali tak keberatan, seolah ia memang telah menunggunya. Tidak sempat merasa heran karena AKBP Neco melewatkan sesi ceramah soal kesopanan seperti biasanya jika
Read more
Menguntit
Sehari sebelumnya…“Lo bener-bener udah gila, Ka.”Kala mendengus bosan. Fatih sudah mengatakan kalimat itu setidaknya sembilan kali sejak satu jam yang lalu, tepatnya sejak Kala memutuskan melakukan hal ini. Setelah agak tidak tega karena dari tadi tidak merespons keluhan Fatih, Kala akhirnya menjawab.“Jadi? Kenapa lo masih di sini kalo gue udah gila?”Fatih kehilangan kata. Sekalinya bereaksi terhadap pernyataannya, Kala malah memberi balasan telak yang tak bisa ditangkis. Sambil memanyunkan bibir yang membuat citra cowok machonya berhamburan, ia memilih diam.Menganggap kecerewetan Fatih sudah bisa dikendalikan, Kala menegakkan diri. Tinggi badan 181 cm membuatnya harus membungkuk di samping badan mobil, meskipun pegal tapi setidaknya bisa membuatnya tidak terlihat oleh buruannya. Sosok yang dimaksud sedang asyik berbincang dengan orang berseragam yang tengah menemaninya, melintasi halaman sebuah rumah makan yang cukup terkenal di Kota Ryha. Samb
Read more
Ditangkap
Memasuki kamarnya yang berantakan, Fatih sudah lelah jiwa dan raga sehingga ia hanya melemparkan ransel tanpa peduli di mana akan mendarat lalu menelungkup di kasur yang ditutupi bed cover warna hitam motif tartan putih. Ia tak pernah tahu menguntit orang akan secapek ini, mengikuti manusia itu kemana-mana sambil menyembunyikan diri. Dengan postur tubuh machonya, Fatih tahu diri untuk mengeluarkan upaya lebih agar tak terdeteksi. Ia dan Kala sudah mengawasi aktivitas Profesor Gani sesiangan itu. Sebenarnya ia tidak gentayangan ke banyak lokasi, setelah makan siang dengan AKBP Neco, Profesor Gani kembali ke kampus, menyibukkan diri di ruangannya hingga sore. Usai mendapat kabar soal kelakuan Neta di toilet kampus –Fatih sendiri tidak menyaksikannya karena sibuk berjaga dengan Kala di sekitar ruangan Profesor Gani-, sambil berderap marah Profesor Gani meninggalkan ruangannya menuju mobil dan berkendara menuju rumah. Melihat sendiri Profesor Gani memasuki pintu rumahnya, ia
Read more
Pasca
Belum puas setelah membanting pintu ruangan atasannya, Kila kembali menghajar pintu ruangannya sendiri saat ia memasukinya. Ia sedang merasa sangat kesal, kalau perlu semua pintu di kantor polisi ini akan ia hantam agar rusak. Serusak mental orang yang memimpinnya.Dengan tangan gemetar dibungkus amarah, Kila menyalakan lilin aromaterapinya, berharap wanginya dapat mengusir emosi negatif yang bercokol di tubuhnya. Ia kemudian duduk bersandar di kursinya sambil memejamkan mata, meresapi kedamaian yang ditawarkan benda di mejanya itu.Setelah meraup dan melempar napas panjang beberapa kali, Kila merasa sudah bisa berbicara tanpa teriak lagi. Membuka matanya, ia sadar harus bersikap tenang menghadapi kekacauan yang disebabkan oleh atasannya yang menjijikkan.Pikiran itu nyaris membuat usahanya untuk menenangkan diri sia-sia. Sebelum mulutnya kelepasan melontarkan makian yang mungkin akan membuat Kila kembali ke ruangan atasannya dan melancarkan amukan susulan, Kila bur
Read more
PREV
123456
...
18
DMCA.com Protection Status