Semua Bab Istri Lugu Presdir Dingin: Bab 91 - Bab 100
480 Bab
Bab 91
"Tuan."Nia sudah memarkirkan sepeda motornya, tetapi masih saja Dion melingkari tangan di pinggangnya tanpa berniat untuk turun.Membuat Nia ikut kesulitan untuk turun dari sepeda motornya.Sejenak Nia bingung dan bertanya-tanya, mungkinkah Dion tak mengetahui jika kini mereka sudah sampai di tempat tujuan."Ah, aku tidak fokus. Maaf, aku tadi takut terjatuh saja."Alasan konyol, katakan saja nyaman.Kapan pria aneh itu akan berbicara dengan benar bahwa dirinya kini tak ingin pernikahan mereka hanya sebuah mainan saja.Hingga Nia dapat menempatkan posisinya dengan benar saat ini.Istri?Iya!Nia memang istrinya, tetapi ada perjanjian yang menjadi penghalang. Sedangkan tak ada kata yang meyakinkan untuk hubungan keduanya."Ini uangnya," Dion pun memberikan beberapa lembaran uang pada Nia, tetapi Nia tidak langsung menerima.Karena Nia hanya diam menatap uang tersebut, tanpa ada keinginan sama sekali untuk mengambilnya."Ambil!"Nia bukannya mengambil malah beralih menatap Dion dengan
Baca selengkapnya
Bab 92
"Tuan!"Dion pun menghentikan langkah kakinya, menunggu Nia yang cukup jauh darinya.Dirinya tahu jika langkah kecil wanita itu tak akan bisa menyusulnya. "Tuan, aku....." Napas Nia terengah-engah setelah berlari sekencang mungkin untuk mengejar Dion, "Tuan, jalannya pelan-pelan saja, lagi pula aku belum membeli sayur pesanan Ibu.""Kalau kau masih memanggilku Tuan, maka kau akan mendapatkan hukuman!""Hukuman?""Iya!"Nia pun terdiam sejenak, "Terus manggil apa? Om?" Tanya Nia dengan hati-hati.Ya ampun Nia.Wajah Dion memerah karena kali ini Nia malah ingin memanggilnya Om.Meskipun mereka memang terpaut usia jauh, bukan berarti bisa memanggil apa saja."Nia salah ya Om? Eh, Tuan," Nia menutup mulutnya cepat-cepat, karena tak tahu harus mengatakan apa.Antara takut dan juga segan pada Dion yang menurutnya hanyalah majikannya saja.Dengan segala kesabaran Dion pun mencoba untuk tetap tenang."Panggil Mas!""Apa?" "Apa harus aku umumkan di pasar ini? Agar, orang-orang mendengar?"Ni
Baca selengkapnya
Bab 93
"Mami!" Dila pun berseru, sesaat kemudian berlari sekencang mungkin untuk memeluk Nia.Dila yang melihat apa yang dialami oleh Nia barusan, membuatnya takut jika Nia tersakiti.Bahkan tak tahu sama sekali jika Omanya yang sedang memainkan sebuah rencana.Namun, sesaat itu juga Dion dan Nia tersadar ada Dila di antara mereka."Aduh, anak itu," Bunga pun baru menyadari bahwa cucunya terlepas dari pelukannya, "ya, sudahlah," Bunga juga ikut menyusul Dila.Ini adalah akibat dari apa yang di lihatnya, sehingga dirinya sampai lupa memegangi cucu kesayangannya."Mami!""Dila, di sini?" Nia pun cepat-cepat memeluk Dila, walaupun dirinya masih mencoba untuk menenangkan diri.Tapi yang lebih membingungkan adalah Dila, mengapa bisa putri sambungnya tersebut ada di pasar."Mami nggak kenapa-kenapa kan?""Iya, sayang," Nia pun melihat sekelilingnya, dirinya merasa malu atas apa yang terjadi barusan.Bayangkan saja di tengah keramaian ini malah menjadi tontonan, sungguh sangat memalukan."Mami, ko
Baca selengkapnya
Bab 94
Setelah merasa lebih baik, Nia pun mulai tersadar bahwa dirinya berada di pelukan Dion.Perlahan menjauh dan mengusap air matanya."Kamu masih kesal pada ku?" Tanya Dion lagi.Dirinya benar-benar tidak bisa jika saja Nia masih menaruh kekecewaan padanya.Semua benar-benar harus diselesaikan dengan secepat mungkin, tak masalah jika pun harus terus menerus mengucapkan kata maaf."Tuan, sayurannya?""Tidak apa, kita beli lagi," Dion pun bangkit dari duduknya, kemudian memegang tangan Nia untuk ikut bangkit pula.Tetapi Nia menggeleng, menolak untuk ikut bersama Dion."Nggak mau ke pasar lagi, aku malu," kata Nia dengan suara pelan."Kita ke swalayan saja, di sana juga banyak sayuran," jelas Dion.Lagi pula di pasar malah membuat Dion kesal, karena terus berdebat masalah harga yang padahal hanya berselisih Rp.1000 rupiah.Nia pun masih diam di tempatnya, menimbang perkataan Dion."Kamu masih marah?"Nia menggeleng, "Aku cuman kesel aja," jawab Nia."Aku benar-benar minta maaf, aku janji t
Baca selengkapnya
Bab 95
"Maksudnya, agar lebih dekat. Lebih, mengenal satu sama lainya," Dion sampai menggaruk kepalanya, karena bingung ingin menjelaskan seperti apa.Tetapi cukup aneh juga, lantas bagaimana lagi. Semuanya benar-benar begitu indah.Juga tak ingin lagi ada pembatas yang merentang seperti selama ini.Sedangkan Nia masih saja diam, antara merasa bingung, dan juga berusaha untuk mencerna apa yang dikatakan oleh Dion barusan.Tampaknya Nia benar-benar tak mengerti akan penjelasan Dion barusan."Kita, mau langsung pulang?" Dion pun memilih untuk mengalihkan pembicaraan, dari pada merasa malu atas kebodohannya sendiri.Nia mengangguk saja, hingga akhirnya mereka pun sampai di rumah.Siapa sangka ternyata Dila sudah menunggu di ambang pintu, tepatnya seperti seorang polisi yang akan menangkap seorang penjahat."Mami, dari mana?" Tanpa basa-basi Dila langsung saja bertanya, padahal Nia baru saja turun dari mobil.Begitu pun juga dengan Dion."Papi, juga!" Kini Dila beralih menatap wajah Dion dengan
Baca selengkapnya
Bab 96
"Nia, apa benar-benar tidak ada pekerjaan untuk Mas?" Mas?Rasanya dedekser.Antara geli dan juga debaran jantung yang cukup kencang begitu terasa.Kata sederhana, namun cukup bermakna sampai-sampai di sekitar serasa penuh bunga.Seakan masa-masa remaja terulang kembali dengan begitu indahnya."Nggak, ini nggak lama juga.""Tapi, Mas lagi pengen ngerjain sesuatu begitu."Nia pun menghentikan sejenak pekerjaan, kemudian melihat Dion dengan penuh intimidasi.Tetapi wajah Dion memang sangat meyakinkan, jika benar lelaki itu ingin membantunya."Ya sudah, Mas cuci piring saja," Nia pun menunjuk piring kotor yang cukup banyak.Membuat Dion pun shock seketika itu, bahkan sampai matanya pun membulat, berikut dengan mulutnya juga."Mas?" Nia menyadari bahwa Dion sedang tidak baik-baik saja, sehingga berusaha untuk menyadarkan dari lamunanya.Entah apakah yang sedang dipikirkan oleh Dion, sama sekali Nia tidak mengetahuinya."Hah, iya," Dion mengusap wajahnya beberapa kali, sebab dirinya tidak
Baca selengkapnya
Bab 97
"Mas, rumah Ibu sempit banget. Gimana mau ngadain acara?" Tanya Nia kebingungan."Kita buat di halaman rumah saja, lagi pula biarkan asisten Mas yang mempersiapkan semuanya. Kau tidak perlu repot-repot, cukup terima beres saja," kata Dion.Nia hanya diam saja dan mengangguk, setelah itu Dion kembali mendekatinya dan berbisik."Cukup mempersiapkan diri untuk suami mu saja."Wajah Nia seketika merona mendengar apa yang dikatakan oleh Dion."Mami, Dila udah laper!" Seru Dila."Ya ampun, Mami lupa," Nia pun kembali melanjutkan pekerjaannya di dapur.Kemudian menyajikannya dengan cepat, sebab Dila sudah tak sabar untuk menikmati makan siangnya."Hore, makan-makan!" Dila pun berseru, karena melihat masakan Nia yang begitu lezat."Ayo, di makan."Setelah itu barulah Nia mengisi piring Dion dengan nasi, sayur dan lauk."Cie, Papi. Jadi, anak kecil lagi," celoteh Dila.Membuat yang lainnya seketika melirik bocah itu."Dila!" Dion pun melayangkan tatapan tajam, sebab tak ingin di goda oleh putr
Baca selengkapnya
Bab 98
Benar saja, Dion benar-benar menunggu dengan sabar.Bahkan awalnya Nia berpikir jika Dion sudah tidur terlebih dahulu mengingat saat ini sudah tengah malam.Lantas bagaimana dengan saat ini, apa yang harus Nia lakukan?Menghindari?Tidak, Nia tidak berniat untuk menghindari tetapi dirinya juga tidak siap untuk melakukannya.Apa yang sebenarnya yang ada dalam benak wanita tersebut.Mungkin rasa takut yang tak dapat diucapkan oleh bibirnya sendiri.Namun, bagaimana cara untuk mengatakan semua itu pada Dion?Nia tak tahu cara mengatakannya, bahkan Nia juga takut Dion tersinggung atas apa yang nanti diucapkannya."Mas, aku--" Nia meneguk saliva, kemudian menunjuk daun pintu.Dion mengangkat sebelah alisnya matanya, menantikan apa yang akan dikatakan oleh Nia.Tetapi, tampaknya Dion mengerti dengan ketegangan yang dirasakan oleh Nia."Ke sini!"Dion menggerakkan tangan, meminta Nia untuk berjalan ke arahnya.Nia pun seketika mendekat, meskipun langkah kakinya begitu pelan dan terlihat begi
Baca selengkapnya
Bab 99
Dion pun mulai melumat bibir Nia dengan perlahan, sedangkan Nia hanya diam dengan kedua bola matanya yang melebar.Nafasnya memburu menahan rasa aneh yang terasa."Mas!" Nia pun mendorong dada Dion, hingga akhirnya Dion pun melepas pagutannya.Nia pun terduduk begitu pula dengan Dion yang ikut duduk di samping Nia.Nia menyadari kesalahan yang baru saja dilakukannya, membuat rasa bersalah pun terasa."Maaf, Mas," lirih Nia, dengan wajah penuh penyesalan, sungguh dirinya melakukan itu karena refleks saja.Ingatan pemerkosaan yang menimbulkan rasa trauma membuatnya menjadi seperti ini, mungkinkah Nia terkesan dramatis?Entahlah!Tetapi, kehilangan kesucian dengan cara yang tak layak sungguh meninggalkan bekas luka yang begitu dalam.Sebab impian Nia yang hanya ingin melakukan tersebut dengan suami sahnya pun ikut terampas begitu saja.Dion hanya diam dengan raut wajah kecewanya, hingga kemudian memilih untuk pergi."Mas," Nia pun menahan lengan Dion, hingga akhirnya hanya diam di tempat
Baca selengkapnya
Bab 100
"Mas, apaan sih?" Nia pun tak kuasa menahan malu.Hingga akhirnya cepat-cepat turun dari ranjang, kemudian mengambil selimut yang terbuang begitu saja di lantai.Hingga akhirnya kembali ke atas ranjang dan menutup tubuhnya yang polos.Sedangkan Dion hanya diam saja membiarkan apa yang dilakukan oleh Nia.Karena sebentar lagi juga pasti selimut itu akan melayang jauh.Kembali lagi Dion memasuki selimut, menarik Nia ke dalam pelukannya yang begitu menghangatkan.Saat ini Dion hanya ingin melakukan semuanya dengan perlahan, agar Nia tak merasa tertekan.Sebab sudah pasti saat trauma pemerkosaan itu Nia diperlakukan dengan kasar dan sama sekali tidak menikmatinya.Sekaligus ingin membuat Nia merasa dihargai sebagai seorang wanita ataupun istri."Nia, coba pegang ini," Dion mengarahkan tangan Nia pada miliknya.Membuat Nia tersentak, mencoba untuk menolak. Tetapi, sulit. Karena tangan Dion terus saja memaksanya."Mas," lirih Nia dengan wajah memohon, berharap Dion tak memintanya untuk meme
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
48
DMCA.com Protection Status