Semua Bab Munajat Perawan Tua : Bab 21 - Bab 30
68 Bab
Bab 19 : Rumah Singgah
Kepulan asap panas secangkir kopi masih bertahan menghantarkan sekitar. Hanya tersisa diriku sendiri di ruang makan menyusun agenda rencana yang akan ku lakukan disini. "Sendirian mulu, Git,"ucap Altezza menaruh secangkir kopi panasnya di depan ku."Ya, aku harus seperti apa,"ucapku tanpa menatapnya.Pria itu terdengar menghela nafas panjang sebelum akhirnya menambahkan satu sendok teh gula pada kopi milikku. Sontak membuatku mendongak."Nah, gitu dong. Masa orang ngomong dicuekin mulu,"ucap Altezza."Apa ada hal yang penting?"tanyaku membuatnya mengangguk pelan."Tidak ada. Kenapa dengan wajahmu yang begitu banyak masalah seperti itu?"tanya Altezza membuatku menghela nafas panjang."Aku tengah merenung sambil mengerjakan pekerjaan. Beberapa hari lalu, baru saja tangan ku gemetar menggendong Fatimah yang terbujur kaku. Tadi sore Rania menghubungi ku karena perlengkapannya habis. Entah mengapa aku jadi kehilangan kendali untuk membiarkannya? Aku selalu teringat Fatimah jika berkaitan
Baca selengkapnya
Bab 20 : Kekasih Siapa?
"Apa aku melupakan sesuatu?".Pertanyaan itu entah berapa kali sudah ku dengar dari gadis yang tengah memakai kacamata kuning. Bahkan dengan koper sebesar itu disertai beberapa ransel, apa dia berusaha kabur dari rumah? Bahkan aku hanya membawa sebuah ransel saja."Apa kamu mau pindah ke Jakarta, Nona Citra?"tanya Dhito.Tidak biasanya aku mendengar pria itu berkomentar. Apa melihat tingkah Citra adalah hal yang terlalu aneh sampai di komentari? Hah, ide Pak Wicitra berangkat lebih cepat tidak mengandung sisi positif sejauh ini. Selain memangkas jadwal delegasi, hal ini juga akan menyebabkan keributan.Celine dan Diana sudah berdiri begitu mendengar Dhito berkomentar. Mereka berdua cukup paham, apa yang akan meledak sebentar lagi. Aku hanya akan menghitung dalam hati saja detik-detiknya."Kamu sedang meledek? Beraninya kamu meledek perempuan. Pria macam apa kamu ini!".Benar, kan. "Kenapa kalian berdua harus berkelahi di tempat umum,"ucap Altezza lelah mendengarkan keduanya.Itu hany
Baca selengkapnya
Bab 21 : Terjebak
Musik yang sedang mengalun sama sekali tidak memperbaiki mood ku. Rasa lelah ku kini menjadi kekesalan. Kenapa perempuan itu harus menyebut nama pria brengsek dengan lengkap? Awak media juga akan menulis bahwa seorang Dyah Anggita Anindyaswari adalah kekasih pria brengsek yang tidak ku ketahui asal usulnya.Pertemuan sebentar lagi. Tapi aku sendiri enggan bertemu satu pun awak media yang sedang ditahan Celine di luar. Hanya karena satu masalah menjadi runyam. Ada untungnya ponsel ku bermasalah bagian suaranya. Jadi aku tidak perlu repot mengangkat panggilan dari saudari ku. Mereka begitu heboh begitu mendengar kabar yang tersiar. Apa aku tidak bisa langsung ke konser saja? Melupakan pertemuan yang hanya dihadiri para direktur itu. Andai Dhito tidak menghubungi langsung untuk datang, aku tidak akan repot begini, kan. Melihat jarum jam yang sudah menunjukkan pukul 8 malam membuatku acuh segera berdiri.Urusan pekerjaan jauh lebih penting dibandingkan pribadi. Begitu membuka pintu kamar
Baca selengkapnya
Bab 22 : Mabuk
Dirga POVSeorang pria sedang menikmati malam usai berbelanja. Biasanya di sisinya akan ada tambahan belanja dari putrinya. Sayangnya keputusan untuk membuatnya belajar mandiri sudah dia putuskan. Andai saja dia meluangkan waktu untuk mendidik anak itu. Tidak mungkin anak itu akan menjadi begitu diluar kendali.Matanya melirik jam tangan sudah menunjukkan pukul setengah sebelas malam. Saatnya untuk mengistirahatkan pikiran dan menyambut hari esok. Belum juga beranjak dari tempat, matanya menangkap sosok perempuan melintas di depan mata.Tidak mungkin matanya salah melihat. Tapi untuk apa perempuan itu berjalan di trotoar seperti orang gila begitu? Biasanya dia berdiri dengan dikelilingi pengawal pria bertubuh kekar. Mengabaikan komentar perempuan itu, pria itu mengambil langkah mendekatinya. "Kamu darimana?"tanyaku sontak membuat perempuan yang ditanyai menatap sempoyongan.Aku tidak sedang mengigau melihat dan mencium dari perempuan ini tercium bau alkohol? Apa dia habis mabuk untuk
Baca selengkapnya
Bab 23 : Kolektor dan Direktur
Gita POVDengan setelan pakaian formal yang dibawakan Celine, saat ini aku sudah rapi untuk menghadapi babak baru selanjutnya dalam hidup. Sementara aku juga sudah mengganti pakaian milik Nabila. Gadis itu terus saja menolak untuk ku berikan pakaian pengganti. Namun bukan Gita jika tidak keras kepala.Altezza entah mengalami hal baik apa hingga bangun sepagi ini. Pria itu tengah asyik menyaksikan televisi bersama Aditya. Sementara bunyi peralatan masak dari dapur sudah membuatku tahu, siapa yang sedang ada di dapur. Pria itu sudah siap dengan seragamnya menikmati aroma masakan."Selamat pagi, Nona".Sapa pria itu ringan membuatku menarik senyum kecil sebelum beranjak mendekati beberapa masakan yang belum tersaji di piring. Aroma citrus segar segera menyapa indra penciuman ku begitu berdekatan."Kamu penggemar Tom Ford Neroli Portofino?"tanyaku membuatnya tergelak pelan."Apa aku akan membeli parfum semahal itu, Nona?"tanya Dirga membuatku mengingat sesuatu."Atau Issey Miyake L’eau D’
Baca selengkapnya
Bab 24 : Lolos
Cangkir yang sedari tadi hanya ku tatap tanpa berniat menyentuhnya. Ruangan yang telah di booking pria di depan ku menjadikannya sebuah pertemuan yang serius. Pertanyaan beruntun mengenai perusahaan dan semua jenisnya menyeret ke dalam pertanyaan yang rumit."Hanya itu saja yang ingin ku tanyakan. Apa kamu tidak ingin meminumnya?"tanya Dhito membuatku menggeleng pelan."Maaf, Pak. Tapi saya masih trauma dengan semua jenis minuman dalam pertemuan,"ucapku.Bayangan aku mabuk dan mengira Dirga membawa ku ke KUA masih sangat terekam jelas di kepala. Tapi hal itu tidak lebih buruk dari yang Citra lakukan pada pria di depan ku."Tentang yang terjadi padamu dan Nona Citra, semua hal itu diluar kendali ku. Maafkan aku,"ucap Dhito."Jangan meminta maaf untuk kesalahan yang tidak pernah Anda lakukan, Pak. Karena bisa jadi sifat itu menjadi bumerang dan sasaran empuk mangsa,"ucapku mengingatkan."Jika bisa memilih kelahiran, aku lebih memilih menjadi sosok biasa daripada posisi ku saat ini, Nona
Baca selengkapnya
Bab 25 : Masa Lalu Gita
Mataku memicing menatap perempuan yang asyik menaikkan sebelah alisnya misterius. Biasanya berita bahagia belum tentu bahagia seperti yang ku pikirkan. Aku harus menerka sesuatu yang buruk dahulu."Kamu mengerjai seniormu?"."Aku tidak lagi seorang pramugari rendahan". "Pilot penerbangan terakhirmu tampan?"."Heuh, dia hanyalah mantan yang masih memuja ku"."Akh, aku tidak mau berpikir keras. Katakan, apa hal yang begitu bahagia sampai membuatmu seperti kuntilanak disini,"ucapku menyerah tidak mau terlalu berekspektasi."Kau tau perempuan gila yang menyirammu jus tomat. Istrinya Letnan dua Raihan, pria rendahan yang tidak bisa memperjuangkan restunya untuk memilikimu,"ucap Azhara penuh dengan penekanan saat mengucap rendahan.Entah mengapa mendengar nama itu membuatku ingin tertawa sejenak. Ingatan ku saat wanita paruh baya menjambak ku keluar rumahnya karena dinilai tidak punya harga diri dan asal usul yang jelas. Rasa sakit di akar kepala ku mungkin bisa hilang dalam dua hari. Tapi
Baca selengkapnya
Bab 26 :Jebakan Sempurna
Jas yang sama dengan yang dipakaikan Dirga pagi ini melekat dengan apik di tubuh ku. Aku menatap tampilan ku di cermin merapikan jilbab yang terlihat kusut di bagian atasnya. Sentuhan make up tipis Azhara membuat wajahku terlihat lebih memukau. Akh ya, andai gadis itu ada malam ini.Dia harus terbang ke Pekanbaru dan kembali besok pagi ke Jakarta. Sedangkan esok hari aku sudah kembali. Aku tidak tau akan kemana berdasarkan keputusan terbaru. Entah perjanjian kerja sama itu dilanjutkan atau tidak. Tidak ada sangkut pautnya diriku dengan itu. "Malam ini kamu terlihat berbeda, Git,"ucap Altezza sengaja singgah ke kamar ku terlebih dahulu."Apa kamu sedang menguji coba gombalan mu untuk perempuan diluar sana?"tanyaku membuatnya tergelak."Aku hanya mengatakan saja. Perjanjian kerja sana itu tampaknya berlanjut. Melihat Pak Wicitra bahkan meminta tolong memberi tahu keberangkatan pesawat besok jam 9 pagi. Aku merasa lebih damai di Petrokimia,"ucap Altezza membuatku berbalik menatapnya."E
Baca selengkapnya
Bab 27 : Luka Lama
Dirga POV Aditya hanya melenguh sabar mendengar ocehan ku seperti kereta api. Andai dia tidak melupakan makan karena mengurus kegiatan pagi ini, tidak mungkin dirinya akan masuk rumah sakit. GERD memang sebuah penyakit yang menyebalkan bagi semua orang. Yah, ku akui penyakit ini sedikit membuatku teringat pada gadis itu. Perempuan muda terpelajar itu meninggalkan kesan sejak dia memucat karena GERD. Bukan lagi waktunya bagi ku untuk jatuh cinta. Aku sudah cukup memiliki Riana dalam hidup.Drrt Nah, dia tengah merindukan ku. Deretan nama sebuah instansi pendidikan agama membuatku begitu tentram. "Assalamu'alaikum, Ayah". Ucapannya sudah tidak lagi seperti toak yang begitu mengganggu. Dia sepertinya sudah tumbuh besar disana."Wa'alaikumussalam, sayang. Ada yang mengganggumu malam ini? Sudah sebulan ini kamu tidak menghubungi Ayah,"ucapku."Hei, Ayah. Aku bukan pacarmu, jadi jangan panggil aku sayang begitu. Salah Ayah, bukan sebulan tapi 3 bulan. Untung saja pacar Ayah yang marah-
Baca selengkapnya
Bab 28 :Scream
Gita POV Mataku mengerjap sesaat merasakan hangatnya selimut yang membungkus tubuh. Rasa nyeri bekas jahitan operasi itu masih terasa begitu menyayat. Luka yang mengenai punggung membuat tubuh ku pegal karena berbaring miring seperti ini. Telinga ku yang secara sadar menangkap bunyi musik keroncong. Heuh, apa ini efek bius yang belum kunjung menghilang? Kenapa aku mendengar musik keroncong seolah Dirga sedang ada disini? Apa otak ku menjadi bermasalah? Eh, tapi kan bukan kepala yang terkena tembakan. Mataku melirik seorang pria yang sedang membaca koran di sofa. "Kamu ngapain disini?"tanyaku menyentuh dada ku terasa nyeri merambat ke punggung.Bahkan sedikit tenaga saja, seluruh tubuh ku langsung sakit. Mengenaskan sekali diriku saat ini hanya bisa berbicara dengan pelan. "Setelah sakitnya hilang baru bertanya yang aneh-aneh. Sekarang beristirahat saja dulu. Apa kamu mau makan? Dokter mengatakan harus makan yang lembut dulu,"ucap Dirga menaruh korannya."Aku tidak mau makan,"ucapk
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status