Lahat ng Kabanata ng Talak Setelah Fitnah: Kabanata 101 - Kabanata 110
145 Kabanata
Ketegangan.
Di dalam kamar dua orang pria wajah tegang sudah bersiap dengan senjata ap* di tangannya masing-masing. Dibelakangnya berdiri seorang wanita tak kalah gusar sedang meremas ujung dari kemeja yang di pakainya. "Saat ini posisi kita terkepung. Untuk lolos kita harus lompat dari jendela," bisik salah satu dari pria itu dengan pandangan lurus pada pintu yang letaknya hanya beberapa langkah dari posisi mereka berdiri. "Saat pintu di buka segera lari kearah jendela!" sambungnya memberi perintah yang di jawab anggukkan dari rekannya. "Apapun yang terjadi Mbak Aisyah harus teruslah berlari. Kalau terdesak minta bantuan sama warga sekitar." "I ya...." jawab Aisyah terbata. "Aku mohon kalian juga harus selamat," sambungnya penuh harap. Ada rasa bersalah di hatinya karena dirinya banyak orang yang harus terluka. "Keluarlah, kalian sudah di kepung!" Teriakan Daru luar kamar. "Dari jendela kalian pasti bisa melihat ada beberapa orang yang udah bersiap untuk menangkap kalian. Jadi lebih baik kal
Magbasa pa
Menjalankan rencana.
"Apa yang mereka lakukan?" "Saya yakin mereka tidak sampai melakukan hal yang Anda takutkan. Kami menyerbu beberapa saat setelah mereka sampai di tempat persembunyian," jawab Jago mengerti hal yang di takutkan anak dari bosnya itu. Dulu dirinya memang gagal menyelamatkan kekasih dari putra pertama bosnya, tapi kali ini Jago yakin jika ia tidak mengecewakan almarhum bosnya. "Bagaimana kalian tahu tempat persembunyian mereka?" tanya Andaru dengan satu alis terangkat. "Sebenarnya sudah sejak lama Bu Elmira memerintahkan kami, untuk mengawasi Mbak Aisyah. Beliau tidak ingin kejadian Mbak Zaskia terulang kembali," jawab pria itu menjelaskan. "Tapi sialnya saat kejadian dua anak buah saya tertinggal karena ban motornya bocor. Dan saat kembali mereka sudah membawa Mbak Aisyah masuk kedalam mobil. Jadi mereka mengikuti saja sambil menunggu bantuan datang." "Kenapa Mama hanya diam saja saat aku kebingungan mencari info keberadaan Aisyah?" Jago melirik Aisyah yang juga masih terisak di pe
Magbasa pa
Tidak ingin banyak yang terlibat.
Sore ini lalu lintas cukup padat. Perjalanan yang biasa hanya, memakan waktu 45 menit sampai molor menjadi satu jam setengah. "Setelah mengantarkan Zachary, kamu bisa langsung," perintah Andaru sebelum turun dari mobil setelah mereka sampai di depan rumah miliknya. Seorang satpam segera membuka pintu gerbang kayu setinggi orang dewasa. "Selamat ma....," Andaru mendelik dan memberi isyarat agar pria berseragam security itu tidak mengeluarkan suara yang bisa membangunkan wanita yang saat ini berada di gendongnya. "Tutup kembali gerbangnya dan jangan izinkan siapapun masuk tanpa terkecuali," perintah dengan suara berbisik lalu berjalan memasuki halaman rumahnya. Sebuah hunian bergaya modern klasik berlantai dua yang didominasi dengan warna putih coklat yang memberi kesan mewah. Di depannya terdapat sebuah taman dengan kolam ikan dan bunga- bunga berbagai warna. Sepanjang tembok rumah itu juga di penuhi tanaman rambat yang membuat suasana terasa sangat Asri dan membuat siapapun akan
Magbasa pa
Akhir kembali ke kota kelahiran.
Sesuai rencana, hari ini Aisyah akan kembali ke kota asalnya. Menggunakan penerbangan pertama wanita bertubuh langsing itu akan meninggalkan kota yang sudah di tinggalinya setahun yang lalu. Sejak keluar rumah sampai menginjakkan kaki di bandara tak sekalipun Andaru melepaskan tangan lembut milik sang kekasih dari genggamannya. Sembari berjalan tak henti-hentinya pria tampan itu berpesan. "Begitu sampai segera kasih kabar! Aku sudah menghubungi Zein, dia yang akan menjemputmu," ucap Andaru. "Langsung pulang! Meski sudah di Jakarta tapi kamu harus tetap hati-hati. Bisa saja opa mengirim orang ke Jakarta. Untuk sementara jangan berpergian dulu, sampai aku menyusul," pesannya yang sudah kesekian kalinya. Rasanya Aisyah sudah hafal di luar kepala dengan semu kalimat yang Andaru ucapkan. Sejak semalam sampai beberapa detik yang lalu, kalimat yang sama keluar dari bibir seksi pria yang menggandengnya itu. "Mungkin dua atau paling lambat tiga minggu lagi aku akan menyusulmu." Tambah Anda
Magbasa pa
Kedatangan Anggada ke rumah Aisyah
Setiap hari Salma terus menanyakan tentang Andaru, pria yang katanya akan menikahi putrinya. Sama seperti hari-hari sebelumnya, pagi ini Salma kembali mengulangi pertanyaan yang sama."Ai, jadi kapan Andaru datang?" ucap Salma setelah mendudukkan dirinya di kursi teras. Tatapannya tertuju pada Aisyah yang sedang menyirami tanaman hias di depannya. "Ini sudah seminggu kamu pulang tapi kenapa dia belum menyusul?"Aisyah menoleh sebentar lalu kembali pada pekerjaannya. "Ai,, di tanya kok cuma diam saja?" decaknya kesal. "Kemarin kan sudah tanya. Jawabannya masih sama Bu," jawab Aisyah sambil mematikan kran air. "Terus kapan kekasihmu itu kesini? Kamu kayak gak tau aja, tetangga sudah pada bergosip tentang kamu." Wanita berkerudung itu sedikit kesal mengingat kejadian tadi pagi saat dirinya berbelanja. Kebiasaan ibu-ibu saat berbelanja adalah bergosip dan ngejulid. Sungguh membuat kesal, batin Salma. "Sabar ya Bu," Aisyah menarik pelan tangan ibunya dan membawanya masuk ke dalam rum
Magbasa pa
Meluruhkan kesombongan Anggada.
"Jika di sandingkan dengan Anda, saya memang miskin." Aisyah menimpali. "Tapi Alhamdulillah, Allah tidak pernah membuat saya merasa kekurangan. Segalanya telah saya miliki. Kasih dari keluarga dan cinta dari cucu Anda." Sontak wajah Anggada memerah, tangannya mengerat pada tongkat yang dipegangnya. Ucapan Aisyah pelan tapi menusuk hati pria tua itu. Tak bisa menahan, sebuah senyum terbit di bibir Jago yang berdiri mengawasi. Hebat, kekasih dari bosnya itu memang sangat cerdas dan pandai mengintimidasi lawan bicaranya. "Kamu masih berani melawan saya? Setelah apa yang kamu alami?" Anggada mencoba mengintimidasi balik. "Tentu saya takut karena hatinya tidak terbuat dari batu yang tega melihat orang lain bersimbah darah demi keegoisan saya. Saya juga tidak akan mampu melihat kerabat dan teman saya terluka. Itulah sebabnya saya kembali ke Jakarta." Aisyah menyindir pedas kelakuan Anggota yang tak berperasaan. "Ha haha..... " Tawa Anggada menggelegar sampai membuat Semua orang di dala
Magbasa pa
Restu dari Anggada.
Meski tak mengiyakan permintaan Anggada, tapi Aisyah tetap menghubungi Andaru dan meminta kekasihnya itu untuk tidak menghilangkan nama Pradipta meski perusahaan itu sudah di akusisi. Aisyah meminta Anddaru untuk memikirkan kembali jasa para pendiri yaitu kakek buyutnya sendiri. Bagaimanapun Pradipta group sudah memberi kontribusi yang sangat besar untuk warga dan negara ini. Meski juga tidak bisa di pungkiri didalam Pradipta group banyak petinggi yang korup dan merugikan perusahaan juga negara. Tidak hanya petinggi dan karyawan saja bahkan beberapa pejabat pemerintah juga ikut menikmati uang haram. Anggada suah terbiasa dengan menggunakan uang untuk melancarkan bisnisnya. Tak hanya uang, kakek Andaru itu bahkan rela mengorbankan kebahagiaan anak dan cucunya demi kejayaan perusahaan itu. Banyak sekali kebobrokan didalam Pradipta group yang membuat Andaru sangat gerah dan ingin menghancurkan perusahan raksasa milik keluarganya itu. Namun demi calon istrinya Andaru tak keberatan un
Magbasa pa
Penyesalan dan permintaan maaf Anggada.
"Kenapa?" Satu alis Andaru terangkat. Curiga, kata yang tepat untuk menggambarkan ekspresi dan tatapan mata Andaru saat ini. "Apa lagi sekarang siasat Anda? Sudah saya ingatkan, jangan coba-coba lagi menyentuhnya. Atau Anda akan lihat sendiri akibatnya." Setelah semua yang telah dilakukan Anggada selama ini, bagaimana mungkin dirinya bisa percaya dengan ucapan Pria itu. Manusia sombong yang tidak pernah mau menerima kekalahan. Bukankah sangat mustahil sekali kalimat 'Maaf' keluar dari mulut pria yang selama hidupnya tak pernah mau mengakui kesalahannya? "Opa benar-benar menyesal telah menyakiti Aisyah. Jika bisa bertemu lagi Opa ingin meminta maaf." "Bukannya beberapa hari yang lalu Anda sudah mendatangi rumah Aisyah? Jika menyesal harusnya Anda tidak pernah mendatanginya," sungut Andaru marah. Andaru sangat kesal saat mendengar kabar dari anak buahnya jika kakeknya itu mendatangi kediaman calon istrinya. Apalagi menurut informasi anak buah Anggada sempat memaksa masuk sehingga t
Magbasa pa
Meminang untuk kedua kalinya.
Sesuai rencana hari ini Andaru berangkat ke Jakarta. Tentunya dengan ditemani Elmira juga Rania sebagai perwakilan keluarga. Zachary tidak bisa ikut karena putri pertamanya masih sangat belum ada tiga bulan tidak tega jika harus membawanya bepergian naik pesawat. Anggada juga tidak bisa ikut. Di samping belum bisa percaya, kesehatan Anggada juga menjadi alasan Andaru untuk tidak mengizinkan kakeknya ikut.Tapi meski begitu Andaru sudah berjanji jika saat ijab kobul dia akan melakukan panggilan video supaya Anggada ikut menyaksikan proses sakral itu. Dan selama Andaru dan Elmira di Jakarta, Anggada tetap berada di rumah sakit dengan penjagaan ketat dari anak buah Zachary. Tepat pukul 11 sia Andaru sampai di bandara soekarno-hatta Jakarta. Menggunakan mobil sewaan Andaru dan rombongan menuju rumah Aisyah. "Kamu sudah pastikan, kalau keluarga Aisyah sudah bersedia menerima kamu?" tanya Elmira was-was. "Takutnya nanti kita sampai di sana malah di usir, tahu sendiri bagaimana perbuatan
Magbasa pa
Ijab qobul.
"Saya mohon izin untuk menikahi Aisyah hari ini juga," pintanya memandang Jafar lekat dan penuh harap. Jafar bergeming, matanya menatap tepat pada mata Andaru. Tajam dan dalam, berusaha menyelami niat dan ketulusan pria itu dari matanya. Setelahnya Jafar menganggukkan kepalanya. InsyaAllah hatinya sudah yakin dan percaya. "Saya Izinkan," jawab Jafar. Andaru langsung mengucap syukur, "Alhamdulillah,," ucapnya sembari mengusap wajahnya. "Saya ingin pelaksanaan ijab qobulnya sore ini juga." Sambungnya yakin. Elmira menggenggam tangan putranya, ada rasa bangga bercampur bahagia. Akhirnya salah satu dari putranya akan menikah. "Baiklah. Aku percayakan putriku padamu tapi tolong jangan pernah kecewakan dia," ucapnya dengan mata yang mengembun. Ini untuk yang kedua kalinya, Jafar akan menikahkan putri satu-satunya. Tak bisa di pungkiri ada rasa khawatir, sedih juga bahagia yang sejak tadi malam menggelayuti hatinya. Khawatir kembali melepas Aisyah untuk laki-laki yang mungkin saja na
Magbasa pa
PREV
1
...
910111213
...
15
DMCA.com Protection Status