All Chapters of SETELAH KEMATIAN ISTRIKU : Chapter 41 - Chapter 50
91 Chapters
Nakula benar-benar berubah?
"Eh, Pak? Ada apa?" tanya karyawan outlet yang aku belum tahu namanya. Namun dia pasti sudah tahu, kalau aku kakak dari Nakula."Sudah mau tutup?" Aku balik bertanya.Karyawan lelaki di hadapanku ini mengangguk cepat. "Malam minggu kita tutup agak akhir memang, Pak!""Saya ada perlu, boleh saya masuk?" tanyaku lagi."Silahkan, Pak." Karyawan itu menggeser tubuhnya dan membiarkan ku masuk ke dalam bangunan outlet.Netraku seketika awas dengan keadaan di dalam outlet ini. Tidak kudapati motor yang tadi Nakula pakai. Apa dia memang tidak kemari juga?Aku terus mengawasi keadaan di dalam outlet. Barang yang dijual ternyata banyak juga. Dari kaos berkualitas standar hingga premium. Semuanya tersedia di sini.Kepandaian Nakula dalam bisnisnya memang tidak diragukan lagi. Hanya saja otaknya itu sedang tidak sinkron karena mencintai perempuan seperti Karina. Padahal, dengan kesuksesan di usia mudanya. Dia bisa memilih perempuan yang lebih berkelas.Aku berjalan di antara rak serta kaus-kaus y
Read more
Nakula Sudah Gila
*****Hari Minggu sore. Kulajukan Fortuner hitamku meninggalkan parkiran kafe cabang. Seharian tadi, aku bergantian mengontrol tiga kafe cabang milikku yang tersebar di kota ini.Tidak ada masalah yang menimpa. Ketiga kafe cabang milikku beroperasi seperti biasa. Bahkan kulihat, pengunjungnya semakin meningkat saja.Sepulang dari kafe cabang ini, aku akan langsung ke rumah Ibu. Pagi tadi, Ibu sudah dibolehkan pulang dari rumah sakit. Setelah memastikan Ibu beristirahat di kamarnya. Aku pun lantas pergi. Sudah kusewa perawat perempuan untuk mengurusi Ibu. Serta menitipkan juga Ibu pada Bi Yuyun.Pagi tadi, Nakula masih belum kembali ke rumah Ibu. Entah kemana dia. Pesan serta panggilan dariku pun tidak mendapatkan respon darinya.Sekitar empat puluh menit dari kafe cabang terakhir yang aku datangi. Aku pun sampai di sebrang bangunan rumah Ibu. Aku akan memastikan Ibu dirawat dengan baik oleh perawat yang kusewa.Menggeser pintu pagar, aku pun beranjak memasuki halaman. Kulangkahkan kak
Read more
Berbisa
Aku mengangkat wajah. Seolah tak mempedulikan ucapannya. "Abang tetap ngga izinin!" tegasku."Ngga ada yang perlu izin Abang! Ibu sendiri udah setuju!" balasnya mantap.Keningku melipat dibuatnya. Kuusap wajah dengan kasar.. Tak habis pikir dengan adikku ini. Rayuan apa yang sudah dia jejalkan pada Ibu, sampai Ibu menyetujui ini semua."Sekarang udah sore. Karina mau gue anter pulang. Besok pagi, dia balik lagi ke sini dan pulang setelah sore atau malam. Karina akan rawat Ibu sampai Ibu sembuh!" pungkasnya.Dia lantas mengajak Karina naik ke motornya. Setelah siap, mereka pun pergi dari hadapanku. Meninggalkanku dengan segala kebingungan yang mendera.Cepat aku berbalik untuk kembali ke dalam rumah Ibu. Gegas aku menemui Ibu di kamarnya. Sekarang, nampak Bi Yuyun yang menyuapi Ibu. Dan aku lebih suka seperti ini. Lebih suka Bi Yuyun yang mengurus Ibu, daripada Karina.Melihatku masuk ke kamar Ibu, Bi Yuyun segera beranjak pergi. Hingga akhirnya hanya aku berdua dengan Ibu di sini.Ibu
Read more
POV IBU
***"Hallo? Gimana?""Hallo Bu Bos. Seperti biasa, target pulang ke rumahnya. Sudah tiga jam di dalam rumah besar itu, tidak ada tanda-tanda target keluar dari dalam rumah. Satu minggu ke belakang kami mengintai, tidak ada tanda-tanda target kelayapan malam-malam. Target akan keluar dari rumah setiap jam tujuh pagi, kami ikuti, dan ternyata menuju rumah Ibu Bos!""Hmm. Oke. Tetap awasi!""Siapp!"Tuttt!Mematikan panggilan. Kuletakkan kembali ponsel di atas nakas. Jam dinding menunjukkan pukul sembilan malam.Aku duduk sendirian di atas tempat tidur. Setelah Bi Yuyun membantuku berpindah dari kursi roda. Alat bantu yang dokter sarankan untuk tetap kupakai selama masa penyembuhan. Usiaku yang sudah tak lagi muda, membuat penyakitku sering kali kambuh dan akhirnya drop.Belum lagi, masalah yang menimpa sulungku, Sadewa. Serta masalah baru yang sedang diciptakan bungsuku, Nakula.Baru saja aku menghubungi orang suruhan yang ku tugaskan mengintai gerak gerik Karina. Gadis itu pulang setia
Read more
POV IBU
"Assalamu'alaikum!"Gadis berperawakan kurus, dengan rambut pendek sebawah bahu. Tergopoh memasuki halaman rumahku.Dia meraih tanganku, menciumnya takzim. Dia kini berdiri di hadapanku yang sedang duduk di kursi roda, di teras rumah."Waalaikumsalam," jawabku padanya."Ibu sudah sarapan?" tanyanya kemudian."Sudah, Karin."Nampak Karina manggut-manggut. "Karin bawa Ibu ke taman komplek ya? Kita berjemur di sana, panas matahari pagi ini lagi bagus," ajaknya."Boleh!" jawabku singkat. Karina mengangguk. Dengan sigap dia berjalan ke arah belakang, lalu mendorong kursi rodaku.Membawaku keluar melewati pintu pagar dan kembali mendorong kursi rodaku untuk menuju taman komplek.Karina tiba di rumahku setiap jam delapan pagi. Kedatangannya selalu bersimpangan dengan kepergian Nakula dari rumah.Tiba di taman komplek. Cuaca memang sangat bagus. Sinar matahari memancar sempurna di area taman. Terlihat warga dari blok lain yang juga datang ke taman komplek ini.Karina menghentikan kursi rodaku
Read more
Butuh Menenangkan Pikiran
POV DEWA***"Buka mulut anak cantik," ucapku, seraya mendekatkan sendok plastik pada mulut Davina.Davina yang tengah duduk anteng memainkan boneka teddy bear kecil, menurut. Dia membuka mulutnya. Lantas segera aku menyuapinya bubur bayi buatan tangan Bu Titi.Entahlah. Menyuapi Davina menjadi kesenangan tersendiri bagiku. Apalagi, Davina selalu lahap, dengan makanan khusus bayi yang Bu Titi buatkan untuknya. Aku selalu semangat menyuapinya. Baik makan pagi, siang, makan selingan camilan buah atau biskuit.Bukan hanya menyuapi makannya. Mengganti diapersnya. Membuat susu formula, yang sejak 40 hari dia lahir, menggantikan ASI dari Mamanya. Memakaikannya pakaian. Tidur bersamanya dan terbangun tengah malam, karena dia selalu bangun untuk kembali menyusu.Semua itu seakan menjadi hal baru yang menyenangkan. Aku jadi tak betah lama-lama di kafe. Aku selalu ingin cepat pulang. Aku selalu merindukan senyum dan tawa putri kecilku. Bahkan dalam satu minggu, aku hanya satu kali pergi mengont
Read more
Bukan Remaja Lagi
Pulang dari taman komplek. Davina tergolek di pangkuanku. Dia tertidur. Sesampainya di rumah, aku segera membaringkan tubuh Davina.Aku berhasil memindahkan tubuhnya yang tertidur ke atas kasur tanpa membuatnya terbangun. Lantas aku berjongkok, kutatap lekat mata yang kini terpejam di hadapanku, yang semakin hari semakin mirip dengan Kharisma.Lantas aku berdiri. Bergegas keluar dan meminta Bu Titi segera menemani tidur Davina.Kuhubungi Alwina. Entah siapa yang bisa kujadikan teman untuk berbagi kekesalan ini. Tapi hatiku rasanya tergerak untuk menghubungi perempuan hitam manis nan bersahaja itu.Setelah mengiriminya pesan untuk bertemu. Ternyata Alwina sedang tidak di tempat. Baik di rumah maupun kantor. Alwina tengah berlibur bersama Naga dan pengasuhnya ke satu kawasan di daerah Bandung Selatan. Dia akan di sana selama tiga hari katanya.Alwina mengirim share-loc dimana dia tengah berlibur. Memintaku mendatangi dan bergabung jika aku ingin bertemu dengannya. Kuhembuskan napas kas
Read more
Menyusul Alwina
Aku duduk di kursi kayu panjang. Bersandar dengan menyilangkan tangan di depan dada. Memandang tenangnya air danau kebiruan di depanku kini.Cuaca pagi ini masih diselimuti kabut. Hawa terasa begitu dingin. Aku menyesal hanya memakai kemeja flanel lengan pendek datang ke tempat ini.Keadaan di sekitarku juga belum ramai orang. Bahkan, perahu-perahu kayu yang dipakai, sebagai transportasi untuk mengitari danau, atau mencapai pulau kecil ber-ikon batu cinta di tengah-tengah danau ini, masih berjejer rapi di pinggiran danau tanpa nahkodanya. Mungkin aku terlalu pagi datang ke tempat ini.Kuhirup udara di sini. Sejuk. Berpadu dengan alam. Sejauh mata memandang, hamparan air danau yang tenang, dikelilingi kebun teh yang menghijau, begitu memanjakan mataku.Hanya hitungan jari, aku pernah singgah ke tempat ini. Dan kini, Alwina seakan menuntunku untuk datang kemari. Menikmati alam terbuka untuk menenangkan diri.Memang tidak salah, aku menghubungi Alwina untuk mencari teman bicara. Pilihann
Read more
Penilaian Alwina
"Kamu sudah pernah melihatnya bertingkah laku seperti Kharisma? Emm, Karina itu sering pergi ke tempat hiburan malam, misalnya," tanya Alwina menyelidik.Aku menggeleng. "Aku ngga pernah mendatangi dan ngga tahu juga tempat-tempat seperti itu.""Lalu darimana, kamu bisa menyimpulkan, kalau dia sama seperti Kharisma?""Apa harus dibuktikan? Apa ngga cukup, hubungan darah mereka yang membuktikan kalau kelakuan mereka itu pasti sama?" desisku.Alwina memicingkan matanya. "Kamu yakin?" tanyanya terdengar santai."Yakinlah!" jawabku mantap."Berikan aku satu pernyataan, kalau kamu sudah melihat dengan mata kepala kamu sendiri, bahwa Karina berkelakuan seperti Kharisma!" pintanya.Dahiku mengernyit seketika. "Aku 'kan udah bilang, aku ngga pernah pergi ke tempat hiburan malam seperti itu, Wina! Selama ini pun, aku menjaga jarak dengannya. Apalagi sekarang, setelah kematian kakaknya yang memalukan! Aku sangat tidak menyukai dia, Wina!" tegasku."Kita lupakan sejenak mengenai kelakuan Kharis
Read more
Mengantar Makan Siang
Menjelang jam makan siang. Aku melajukan Fortuner hitamku menuju kafe, menembus jalanan yang mulai padat di siang hari ini.Selesai menemani Davina untuk tidur siang, aku memutuskan untuk pergi ke kafe. Bukan untuk meninjau seperti biasa. Tapi untuk mengambil makanan serta minuman paling best seller di kafe milikku itu, untuk kuantar menuju Gwyna Group. Kantor properti yang saat ini dipimpin oleh Alwina.Setelah menemuinya di kawasan danau beberapa hari lalu. Serta berlayar meski hanya dengan perahu kayu mengelilingi danau itu. Bertemu kembali dengan Wina seperti menjadi candu.Entahlah, aku juga tidak mengerti dengan apa yang menimpaku ini. Masih terlalu dini untuk menyimpulkan. Hanya yang aku tahu, aku selalu ingin menemuinya meski tanpa alasan pasti.Meski Wina ternyata tak satu penilaian denganku. Meski dia membantah ketidaksukaan ku terhadap Karina, tapi entah kenapa aku tidak marah padanya.Justru pikiranku sedikit terbuka, untuk mencari tahu kebenaran tentang Karina, agar keben
Read more
PREV
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status