Semua Bab Kau Duakan Aku, Kutarik Asetmu: Bab 11 - Bab 20
95 Bab
Bab 8b
"Iya, Bu. Hati-hati, ya. Semoga selamat sampai tujuan.""Panggilan saya sudahi dulu, ya. Nanti ibu hubungi kalian lagi.""Baik, Bu."Mereka akan ke sini secara tiba-tiba. Biasanya kami yang mengunjungi mereka. Aku menyandarkan kembali kepala ini ke sofa. Kuletakkan gawai di sampingku begitu saja. Aku menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya. "Silakan makan, Bu. Makanan sudah saya sajikan di atas meja." Mba Tina menghampiriku yang sedang berpikir."Terima kasih, ya! Tak perlu repot-repot seperti ini, Mba.""Tidak apa-apa, Bu. Saya sudah biasa, kok. Lagian rumah Bu Jihan sudah seperti rumah kedua saya.""Kita makan bersama, ya," ajakku."Aku baru saja selesai makan bersama Naya. Alhamdulillah, Naya sangat lahap hari ini. Dia sedikit bersemangat.""Alhamdulillah!""Ma, Mama sudah pulang?" Naya menghampiriku.Mataku menatapnya lamat-lamat. Seakan melihat Naya yang berbeda. "Iya, Nak. Naya sudah lama bangun?""Iya, Mak, sudah lama. Tadi, Mba Tina temanin main di kamal," jawab Naya
Baca selengkapnya
Bab 9a
"Mari Pak, Bu, silakan!" Aku meletakkan sebuah mangkuk sup yang baru saja aku tambahkan dari panci. Beberapa piring juga sudah ditempatkan di atas meja. "Bapak sehat?" tanyaku lagi. Karena semenjak dia tiba, aku belum mendengar suaranya."Alhamdulillah, sehat!" "Sini, Pak, Jihan tambahin sup-nya, bagus untuk cuaca sore seperti ini.""Naya bagaimana kabar? Nenek dan kakek sangat merindukan Naya. Hampir sebulan ini Naya tidak ke rumah nenek lagi.""Naya baik, Nek. Nanti kalau libul panjang, Naya dan Mama pasti ke lumah nenek lagi."Ibu memeluk Naya. Aku tersenyum melihat kedekatan mereka. Sesak yang sempat melanda tadi mulai terasa ringan."Ayahmu gimana kabar?" "Uhuk ...." Aku hampir tersedak oleh air yang sedang kuteguk. Wajahku seketika pias, berubah panik. Naya kembali lesu. Air matanya menetes dari netranya. "Kenapa, Sayang?" Ibu merangkulnya. "Ayah belum kembali. Ayah jahat, tidak sayang lagi sama Naya!"Aku terdiam, tak ada kata-kata yang keluar dari mulut ini seakan kaku.
Baca selengkapnya
Bab 9b
"Maaf, Mas. Aku tidak butuh penjelasan lagi. Sebaiknya kau keluar dari rumah ini, kalau tidak ada lagi yang ingin kau katakan." Aku hendak menutup pintu, tetapi dicegat olehnya."Han!" Ia mengiba, tetapi hatiku sudah tidak bisa dilunakkan lagi. Bagaimana mungkin aku bisa memaafkan orang yang dengan mudah membohongi dan menipuku selama beberapa tahun terakhir ini."Siapa, Han?" Aku berbalik melihat ibu yang menghampiriku. Mungkin karena mendengar suara kami yang berdebat. "Oh, jadi kamu berani juga ke rumah ini?" "Mas Adnan! Kalau kau hanya ingin mempermainkan putriku kenapa kau harus menikahinya? Beberapa kali dia menghubungimu, tetapi tidak dijawab. Dia bahkan mencarimu ke keluargamu tetapi tidak mendapatkan kabar.""Pak, Ma, Aku bisa jelaskan semuanya.""Jelaskan apa?""Aku izin ingin berbicara dengan Jihan sebentar.""Sudah aku katakan, aku tidak butuh penjelasan apapun. Aku ingin kita cerai." Bibirku bergetar mengucapkan kata yang terakhir."Nak, kau sudah memikirkannya?" "Iya,
Baca selengkapnya
Bab 10a
POV AdnanSial! Dari mana Jihan tahu alamat rumah kami?Aku tidak bisa membiarkan semuanya berantakan begitu saja. Sebelumnya, semua berjalan lancar dan tidak ada yang mengacaukan rencanaku. Bila kulihat raut wajahnya, sepertinya Jihan tidak akan memaafkanku. Tidak, aku tidak boleh menyerah. Dia harus aku yakinkan kembali untuk menerimaku. Aku berbalik menuju kendaraan yang telah kuparkirkan tadi, kemudian menyalakan starter motor dan mengendarainya. Pikiranku benar-benar kacau malam ini. Kekhawatiran sudah mulai menghantuiku. Aku harus bisa, belum terlambat dan bukan saatnya mundur. Hawa dingin embusan angin menerpa tidak berpengaruh sama sekali, bahkan terasa panas. Entah bagaimana menggambarkannya. Deru mesin berbunyi hampir bersamaan dengan deru jantung yang memompa. Setelah tiba, aku membuka pintu rumah dan langsung bersandar di sofa dengan mendengus kesal. Perjalanan sekitar sejam aku tiba di rumah."Dari mana, Mas?" Pertanyaan itu langsung tertuju padaku dan terkesan menekan
Baca selengkapnya
Bab 10b
POV AdnanIa hanya meletakkan sebuah kantong kresek berisikan kue dan roti dan berlalu dari hadapanku. Ternyata, dia tidak membuat sarapan untuk kami, memang sulit dimengerti isi pikiran wanita.Seharian aku bingung ingin berbuat apa. Mau ke lokasi konstruksi, tidak ada mobil. Semalam kedua mobil telah ditarik. Aku tidak punya pilihan selain merelakan semuanya. Raisya tidak mengetahuinya karena sudah tertidur. Aku khawatir kalau dia tahu, dia akan meninggalkanku juga. "Mas, tadi Mas Anton menelepon ... Mas tidak kerja hari ini?" Ia keluar dari kamar dan menghampiriku."Gimana mau kerja, mobil rusak. Mobil yang satu, kau lihat sendiri kemarin Mba Jihan sudah mengambilnya. Kita harus berhemat dulu beberapa hari ini.""Seharusnya, Mas bisa mengambilnya. Mobil itu kan hadiah untuk dua orang, bukan dia saja. Mas, tidak boleh diam saja.""Tetap saja, dia juga punya hak. Mas tidak bisa ngapa-ngapain.""Mas terlalu penakut hanya untuk mengambil mobil itu!" "Kamu tahu, tidak. Mobil itu pemb
Baca selengkapnya
Bab 11a
"Naya! Putri ayah sudah besar. Bagaimana kabar?""Naya, baik, Yah." Mereka berpelukan seakan melepas rindu di antara keduanya.Aku hanya bisa mematung. Pemandangan seorang ayah dan putrinya membuat hati ini tersentuh. Sudah sekian lama, aku belum pernah melihat mereka bisa sangat akrab seperti sekarang.Jujur, aku belum pernah melihat Mas Adnan sedekat ini dengan putrinya. Padahal dia tidak pernah akrab dengan Naya. Jauh di dalam lubuk hati yang dalam, aku sangat bersyukur mereka bertemu. Namun, aku masih sangsi dengan sikapnya."Naya Sayang, waktu hampir malam. Kamu harus segera masuk." Aku mendatangi mereka yang sedang asyik bermain di teras rumah. Entah sudah berapa lama mereka bermain. Yang aku tahu, cukup lama. Sekaligus memberi isyarat ke lelaki itu bahwa hari sudah gelap agar sekaligus pulang.Lelaki itu tidak berpaling dari Gadis kecil yang bersamanya, begitu pula Naya seakan berat hati melepas Ayahnya. Dia masih ingin bermain lebih lama dengan lelaki di sampingnya. Ada rasa
Baca selengkapnya
Bab 11b
"Ayah!" Naya bergegas menuju suara yang memanggilnya dengan berlari kecil. Putri kecilku itu berlari dengan riang. Senyum mengembang di bibirnya. Setelah Naya menjauh dari pandangan, aku kembali ke meja sambil mengecek pekerjaan karyawanku. Aku tidak memerhatikan lagi Naya dan ayahnya karena sibuk dengan pekerjaanku. Tumben dia menepati janji!Jujur, aku cukup terkejut dengan perubahan yang tiba-tiba dari Mas Adnan. Akhir-akhir ini dia sangat rajin menemui putrinya, tidak seperti sebelumnya. Saat pertama kali izin merantau, dia tidak pernah pulang bahkan setahun satu atau dua kali. Itu pun Naya yang memintaku menghubunginya sebelum kami hilang kontak dengannya. Kalau tidak, mungkin dia tidak akan datang. Tahun pertama dia datang mengunjungi kami karena izin cuti. Aku tak menanyakan perihal pekerjaannya apa saja. Jika aku bertanya, dia akan menjawab bahwa dia sangat sibuk dengan berbagai macam proyek yang dipegangnya. Dan jawabannya akan selalu seperti itu bila pertanyaan yang sama
Baca selengkapnya
Bab 12a
"Bukan sekarang Sayang, tetapi besok. Pasti besok dia datang lagi." Aku membujuk Naya terus menerus agar ia mau mendengar usulanku segera ke kamar.Aku sangat mengantuk, tetapi tidak mungkin membiarkannya duduk sendiri di sini semalaman. Sebenarnya aku tidak ingin membuat putriku bersedih untuk kesekian kalinya karena membutuhkan sosok ayahnya. Namun aku juga tidak ingin dibodohi dan dibohongi oleh lelaki yang dipanggilnya Ayah itu. Hatiku sudah beku untuknya. Bagaimana mungkin dia mengkhianatiku dan menikahi sahabatku sendiri. Dan wanita itu seakan tidak ada penyesalan di matanya, atau sekedar menyapaku lewat WA atau FB dengan kata maaf atau semacamnya.Luka yang mereka tinggalkan untukku belum sepenuhnya kering. Hati ini seakan tersayat belati dan masih menyisakan luka yang lebar. Sangat sulit untuk diobati. Mereka berkhianat kepadaku dan seakan telah lama merencanakannya di belakangku. Aku tidak mungkin mau terjerumus ke lembah yang sama. Seperti biasa, Naya akhirnya menyerah ju
Baca selengkapnya
bab 12b
"Ini apa, Han?" Ia meraih berkas yang aku berikan kemudian menatapku dengan seksama. Ia memerhatikan isi dokumen tersebut dengan teliti. Kebetulan pagi tadi setelah mengantar Naya, aku langsung ke kantor pengadilan untuk mengambil berkas pendaftaran perceraian. Aku sudah mendaftar beberapa hari yang lalu."Kamu serius, Han?" Aku hanya mengangguk mendengar pertanyaannya sambil menoleh ke samping, tidak ingin menatapnya. Bismillah aku sudah siap dengan keputusanku! "Dengar! Bagaimanapun juga, aku tidak bersedia berpisah. Mas tidak akan pernah mau." Suaranya terdengar berat dan bergetar karena marah.Ia membuang dokumen yang aku berikan begitu saja di atas meja. "Ini keputusanku, Mas! Kau tidak punya hak mengaturku. Aku berhak memutuskan apapun yang terbaik untukku," ujarku tak kalah geram dengan kelakuannya. Aku pun berlalu, tidak peduli dengan reaksinya.Ia hendak meraih tanganku, tetapi aku tepis. "Han! Aku tidak bisa melepaskanmu dan juga Naya. Aku punya tanggung jawab pada putr
Baca selengkapnya
Bab 13a
POV AdnanSiapa sebenarnya lelaki itu? Hampir setiap hari aku melihatnya ke kedai ini dan bercerita bersama Jihan. Mereka terlihat sangat akrab. Aku benar-benar tidak fokus bermain dengan putriku. Mata ini memerhatikan mereka dari kejauhan. Jihan nampak asyik mengobrol dan bersenda gurau dengan lelaki di depannya. Senyum menyungging dari bibirnya. Beberapa minggu ini aku tidak pernah lagi melihat senyum tulus itu, seakan tidak ada beban.Senyum tulus yang hanya diberikan kepada orang yang seharusnya tidak boleh dia berikan. Sepertinya, aku merindukan senyum itu.Argghh, aku tidak bisa diam begini saja!"Ayah, kenapa tidak jemput Naya di sekolah? Ayah ... Ayah ...." Aku baru saja tersadar dari lamunan. Naya memanggilku dengan menarik celanaku berkali-kali. "Oh, iya. Kenapa Nak? Naya baru saja bilang apa ke Ayah?""Naya bilang, kenapa Ayah gak jemput aku di sekolah?""Oh, Ayah sibuk bekerja, Nak. Lain waktu saja, ya. Ayah janji akan datang menjemputmu ke sekolah.""Janji ya, Ayah!"
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status