All Chapters of Foto Pelakor di Profil Ponsel Suamiku: Chapter 31 - Chapter 40
256 Chapters
Bab 29
Aku bersyukur bisa membeli rumah ini. Akhirnya aku bisa mengabulkan permintaan Giska. Corri mengurus semuanya sebelum 1keberangkatannya ke Medan. Rumah ini aku renovasi sedemikian rupa, hingga Giska merasa nyaman dan bisa mengajak teman-temannya bermain ke rumah. Ibu dan Mas Agung ternyata mengontrak di samping rumah ini. Pelakor murahan itu juga ada di sana. "Giska, Bunda berangkat ke kantor dulu, ya sayang. Kamu sudah mulai libur kenaikan kelas kan?" "Iya Bunda. Hati-hati di jalan ya ...!" "Ya sayang." Aku mencium kedua pipinya yang menggemaskan. "Bik Sum, tolong jaga Giska ya. Jangan sampai di biarkan keluar rumah sendiri. Kalau dia mau main dan mengaji, tolong di antar ya." "Baik, Bu." Akupun melangkah memasuki mobil yang sudah disiapkan sejak tadi oleh Pak Yono. Pak Budi security baru di rumahku berlari membukakan pagar. Namun saat pagar terbuka Ia ternganga, karena banyak ibu-ibu tetangga yang berkumpul persis di depan pagar. Ternyata mereka sedang berbelanja pada tukan
Read more
Bab 30
Pov Agung"Keluarga Ibu Sera." Seorang suster keluar dari ruang tindakan Unit Gawat Darurat. "Saya suaminya, Dok," sahutku penuh keyakinan. "Silahkan masuk, Pak. Dokter mau bicara. " "Baik suster." Aku memasuki ruang dokter yang berada tidak jauh dari tempatku berdiri. "Bagaimana keadaan istri saya, Dok?" "Sementara tidak ada yang serius, Pak. Kita tunggu pasien sadar. Karena Ada benturan yang keras di kepalanya. "Apa boleh saya melihat pasien, Dok? "Silahkan, Pak." Aku beruntung sedang berada di rumah kontrakan saat ada polisi datang mengabarkan berita kecelakaan ini. Bik Sum terpaksa meminta tolong padaku untuk melihat keadaan Sera ke rumah sakit. Aku memang sengaja tidak ke kantor hari ini. Kesempatan ini tidak akan aku sia-sia kan. Sera kecelakaan. Tapi sayangnya dokter bilang tidak ada luka yang serius. Sebaiknya aku lihat dulu keadaannya. Mungkin aku bisa memanfaatkan keadaan ini untuk dapat merebut semua harta milik mantan istriku itu. Sera terbaring lemah dengan ke
Read more
Bab 31
Pov Agung Ternyata membuat perubahan nama kepemilikan perusahaan dan rumah, tidak semudah yang aku bayangkan. Aku harus menemukan surat- surat penting, seperti sertifikat rumah dan lainnya. Biarlah untuk sementara aku mengurusnya, aku akan menggunakan surat pernyataan pemindahan kekuasaan sementara dengan tanda tangan Sera. "Sayang. Kamu sudah bangun?" Aku menghampiri Sera yang baru saja terjaga. Mantan istriku ini sangat pendiam sekarang. Semoga kamu amnesia selamanya, Dek. Hahahaha ... Aku tertawa dalam hati. Sudah tak sabar rasanya ingin menjadi orang kaya. "Maaf Pak, ibu Sera tidak bisa di besuk. Mohon pengertiannya." Aku mendengar suara keributan di depan kamar Sera. "Saya harus menemuinya, Suster. Ada sesuatu yang penting harus saya sampaikan." Sepertinya ada yang datang ingin membesuk Sera. Siapa ya? Aku seperti mengenal suaranya. "Sera ...!" Laki-laki yang memaksa masuk itu ternyata si Arief. Kurang ajar! Dia berhasil masuk ke ruangan ini. Arief terheran melihat Se
Read more
Bab 32
Beruntung aku selamat dari kecelakaan itu. Sayangnya truk yang menabrakku melarikan diri. Semoga Polisi bisa menemukannya dan membongkar kejanggalan-kejanggalan yang terjadi. Aku ingat betul wajah pengemudi truk itu. Terlihat sekali ia sengaja ingin menabrak mobilku. Beruntung Pak Yono bisa meghindar dengan cepat. Atas Kuasa Allah SWT aku bisa selamat dari kecelakaan itu. Saat aku tersadar, hanya ada Mas Agung yang aku lihat. Aku sangat yakin dia juga sangat ingin menghancurkanku. Saat ini aku memang lemah dan mudah ia kuasai. Sebaiknya aku pura-pura lupa ingatan. Aku belum bisa mempercayai siapapun kecuali Dido. Entah siapa lagi yang bisa aku percaya. Corri sedang berada di medan saat ini. Beruntung Aku bisa menghubunginya secara diam-diam dengan ponselku yang di berikan oleh seorang suster. Bersyukur suster yang menemukan ponselku tidak memberikannya pada Mas Agung. Jadi diam-diam aku bisa atur rencana untuk menjebak orang-orang yang hendak menghancurkanku, terutama mantan suami
Read more
Bab 33
[Sera, orang yang nabrak lo sudah tertangkap. Sekarang sedang di periksa di kantor polisi] Sebuah pesan dari Dido baru saja masuk. Syukurlah orang itu tertangkap. Terimakasih Ya Allah. Tapi aku penasaran, kira-kira siapa yamg menyuruhnya? Semoga saja secepatnya terkuak. Aku sudah muak dengan sandiwara ini [Sera, si Agung datang ke kantor. Gayanya seperti bos besar. Sombong banget mantanlo itu. Tapi sewaktu meeting dengan direksi dan para pemegang saham, dia nggak ngerti apa-apa. Ditanya-tanya malah bingung. Akhirnya di bully rame-rame. Hahaha .... Dia sekarang pindah ke ruanganlo. Tapi tenang, cctv di ruangan itu sudah gue hubungkan ke ponsel gue] Aku tertawa sambil memegang perut membaca beberapa pesan dari Dido. Tidak terbayangkan olehku wajah pucat Mas Agung ketika ditanya-tanya saat meeting dengan para pemegang saham. Mas Agung hanya lulusan sekolah menengah atas. Selama kerja di kantorku dia hanya bertanggung jawab atas pengadaan barang keperluan kantor dan karyawan. Jadi ma
Read more
Bab 34
Siapa yang datang menyelamatkanku? Aku segera membuka mataku. Terlihat sosok laki-laki yang sedang nyalang menatap Mas Agung. Rahang kokohnya mengeras dengan kedua tangannya mengepal. Tiga orang laki-laki berbadan besar berpakaian preman berdiri di belakangnya. Membuat nyali mantan suamiku itu ciut seketika. "Rani, Kamu nggak apa-apa?" tanyanya dengan wajah khawatir. Rasanya aku ingin melompat dan memeluk laki-laki itu. Laki-laki yang kurindukan setiap malam. Namun aku tersadar masih dalam sandiwara menjadi seorang yang lupa ingatan. Akupun belum bisa mempercayai Arief, sampai semua bukti-bukti terkuak. Aku menggeleng tanpa kata seolah-olah bingung dengan apa yang terjadi. "Rani, kamu nggak ingat sama aku ? "Maaf ..." Aku menggeleng. Arief menatapku penuh harap. Ya Allah, kenapa aku jadi sedih begini. "Kamu jangan ganggu istriku!" ketus Mas Agung seraya melotot pada Arief. Arief yang tersulut emosinya, menghampiri Mas Agung, lalu menarik kasar kerah baju mantan suamiku itu.
Read more
Bab 35
Dua buronan yang tertangkap itu di bawa ke halaman oleh polisi. Satu persatu kedua tangan mereka di borgol. "Maaf, Pak polisi. Apa kesalahan mereka?" "Bapak Bowo ini menggelapkan uang perusahaan, Bu. Dan Bu Yuyun ini dicurigai ikut terlibat," jelas salah satu polisi. Bukankah Bowo bekerja di perusahaan Pras? Aku harus cari tau sendiri nanti masalah ini. Wajah Mas Agung semakin memucat. Tubuhnya bergetar. Tunggu saja, Mas. Sebentar lagi kamu akan menyusul Lastri ke penjara. "Yuyun ...Yuyun ...! Jangan bawa anak saya Pak Polisi. Hu hu hu ... Kasian dia lagi hamil, Pak. Tolong, Pak." Tiba-tiba Bu Senia berlari-lari memasuki halaman dan menghampiri para polisii yang menangkap Yuyun. "Agung! Kenapa kamu diam saja? Yuyun itu sedang hamil anakmu!' teriak Bu Sania Lantang.Sontak semua warga terkejut. Spontan mereka semua saling berbisik dan memandang jijik pada Yuyun. "Bu-bukan, Bu Sania. Yang dikandung Yuyun bukan anak saya. Tapi anak dari laki-laki itu," sahut Mas Agung sambil men
Read more
Bab 36
"Kantor polisi? Kenapa kita ke sini, Pras?" "Tenanglah nona cantik. Kamu akan tau alasannya setelah tiba di dalam nanti." Kami bertiga keluar dari mobil. Seorang anggota polisi menyambut kami di depan pintu masuk. "Selamat datang Pak Tirta," sambut polisi itu seraya menyalami Pras. Saat kami melangkah masuk, hampir semua orang di sana mengangguk hormat pada Pras. Siapa sebenarnya laki-laki ini? Apa karena dia salah satu konglomerat di kota ini, hingga di kenal dari berbagai kalangan? Atau karena dia mantan artis? Ah, entahlah. "Silahkan masuk Pak Tirta dan Bu Sera, silahkan duduk." Seorang polisi yang tampak lebih berwibawa mempersilahkan kami duduk di suatu ruangan yang lebih privat. Mungkin beliau ini adalah komandannya. 'Bawa mereka ke mari!" perintah laki-laki itu. "Siap komandan." Tak lama kemudian, masuklah dua orang tahanan yang masing-masing di bawa oleh dua orang anggota polisi. Dua orang tahanan yang ternyata adalah Bowo dan Yuyun itu berjalan tertunduk menuju kurs
Read more
bab 37
Lega rasanya saat sampai di rumah menemukan Bik Sum dan Giska baik-baik saja. Menurut Pras, di sekitar rumahku ada beberapa orang suruhannya yang memantau. Dan ternyata di antara mereka adalah polisi. Aku merasa lebih tenang sekarang. Hei, ngapain Mas Agung masih berada di rumahku? Pasti dia pikir aku masih lupa ingatan. "Mas, sebaiknya segera kau tinggalkan rumah ini!" Mas Agung yang sedang serius dengan ponselnya tersentak saat melihat kedatanganku. "Maksudmu apa, Dek? Ini rumahku. Kau tidak bisa mengusirku!" tegasnya. "Oh ya? Mana buktinya kalau ini rumahmu, Mas? Mana sertifikatnya? Sini aku mau lihat!" ketusku seraya melipat kedua tangan di dada. Mas Agung gelagapan. "Aku sudah pernah bilang, kalau sertifikatnya masih aku cari. Sudahlah kamu jangan macam-macam ...! hardiknya. "Kalau aku bisa menemukan sertifikat itu bagaimana? Apa yang akan kamu lakukan?" tanyaku dengan sedikit seringai. Mantan suamiku itu makin gelagapan dan cemas. "Jangan coba-coba menipuku, Sera! I
Read more
Bab 38
Hari ini aku harus ke kantor. Bagaimanapun juga aku harus secepatnya membenahi keadaan kantor yang tidak menentu sejak aku kecelakaan. Mas Agung dan Dido, dua orang itu ingin merebut kekuasaan pada perusahaan. Hingga keadaan perusahaan jadi kacau dan mengalami penurunan. Entah bagaimana caranya, banyak uang perusahaan yang berpindah ke rekening sahabatku itu. Manager keuanganpun telah berhasil ditipu olehnya. Dido belum di temukan. Entah kemana perginya sahabatku itu. Polisi terus mencari keberadaannya. "Selamat pagi, Bu Sera." "Selamat datang kembali Bu Serani" "Alhamdulilah Bu Sera sudah sehat kembali." Para karyawan terkejut melihat kedatanganku. Satu persatu dari mereka menyapaku dengan ramah. Hari ini aku mengumpulkan semua manager untuk meeting. Kerja keras harus segera dimulai dari sekarang, jika tidak ingin perusahaan ini bangkrut. Perusahaan ini adalah satu-satunya peninggalan orang tuaku yang harus aku jaga dan aku kembangkan. Karena itu adalah amanat yang aku terim
Read more
PREV
123456
...
26
DMCA.com Protection Status