All Chapters of Mengejar Cinta Sahabat Jandaku: Chapter 51 - Chapter 60
79 Chapters
Ditangkap Tian Kembali
“Oh jadi dia di rumah, ya? Soalnya tadi saya ada liat seperti Agni, deh,” tutur Bu Ningsih mulai membuat Damar penasaran. Bisa dilihat, Damar adalah om yang tidak layak untuk gadis sebaik Agni. “Apa?” Damar yang mendengar langsung berdiri dari duduknya. “Di mana dia?” Damar bertanya kembali, penuh semangat. “Tapi kata pak Damar, dia ada di rumah?” ujar Bu Ningsih. “Saya gak begitu yakin, karena memang sepengetahuan saya Agni jarang keluar rumah.” Damar mulai mencari alasan. “Oh bentar ya, Pak. Saya juga kurang tau.” Bu Ningsih langsung Mematikan sambungan teleponnya dan langsung menelepon Axel. Saat di toko itu Axel sedang sendiri menunggu Agni keluar dari ruang ganti. Dan menerima telepon dari mamanya. “Halo, Ma?” Axel menjawab datar. “Kamu di mana?” Bu Ningsih berusaha memelankan suaranya.“Di toko baju puffy, Ma,” sahut Axel singkat. Tanpa balasan bu Ningsih langsung mematikan sambungannya sepihak dan membuat Axel heran tapi tak terlalu dia pikirkan dan kembali fokus k
Read more
Agni Dibawa Pulang
“Diem, Lo!” Tian ikut marah. Tatapan mata yang membesar, wajah marah sembari menarik tangan Agni dengan kuat dan menyendat-nyendat karena Agni yang seperti menolak untuk masuk. “Sakit, Tian.” Agni meringis kesakitan sembari melonjak-lonjak karena tak ingin mengikuti tarikan dari Tian. “Kalau Lo gak diem, gue bunuh sahabat Lo itu!” bentak Tian dengan tatapan yang sangat menakutkan, rahang yang mengeras karena marah dan berhenti sejenak untuk ancaman itu. Agni mendengar ancaman itu langsung ciut dan tak berani melawan serta memberontak lagi. Dia tersentak dan tercengang dengan penuturan Tian yang amat menakutkan. Ketika Tian kembali menarik badan Agni menuju kamar mereka, Agni tak ada perlawanan lagi dan terus tertunduk karena takut dengan Tian. Dia mengikuti setiap perintah yang di berikan pria berstatus suami sahnya itu. “Kenapa gak dari tadi, sih,” kesal Agni yang tiba-tiba menurut saat menyangkut sahabatnya itu. Bi Ira yang menyadari akan keributan langsung keluar dari dapur d
Read more
Agni Disekap
“Biii ....” Agni beranjak dari tempat tidur menuju pintu yang dibaliknya terdapat bi Ira dengan tangisan rengek seperti ingin mengadu pada orang tuanya.“Non?” Bi ira tidak mengerti dengan apa yang terjadi dalam. Tapi setidaknya ia tau, Agni tersiksa.“Sabar ya Non, Bi Ira bakalan buka kuncinya kalau den Tian sudah tidur.” Bi Ira dengan nada memberi semangat bahwa masih ada jalan jika dicari. “Jangan Bi, kalau nanti Bi Ira ketahuan sama Tian, Bi Ira bakalan kena masalah. Jangan ada lagi orang yang terkena masalah cuman gara-gara Agni.” Agni sembari menangis dan teringat akan Axel yang babak beluk dipukuli oleh Tian. “Terus gimana, Non?” Bi Ira bicara lirih dengan nada putus asa. “Untuk sekarang Bi Ira enggak usah pikirin itu, nanti biar Agni sendiri yang cari cara buat ke luar.” Agni sedikit tenang mendengar bi Ira yang sangat perhatian kepadanya. “Kalau sewaktu-waktu, Non butuh bantuan, bilang aja, Bibi bakalan bantu, Non,” Bi Ira dengan lembut. “Makasih, Bi.” Agni tersenyum men
Read more
Axel Di Rumah Sakit
Arkan langsung bergegas untuk menunjukkan kamar di mana Axel tadi dirawat. Saat mereka sampai di sana, mereka belum melihat seorang dokter pun ke luar dari ruangan Axel dirawat. “Mana Axel, Kan?” tanya bu Ningsih jadi sangat panik jika benar yang di dalam adalah anaknya. “Sebentar Bu, dokternya belum ke luar.” Arkan mencoba menenangkan mamanya Axel yang sudah tidak bisa berpikir apa-apa lagi jika anaknya sampai kenapa-kenapa. Arkan mendudukkan wanita itu di ruang tunggu depan. Karina yang ingin mencari muka kepada bu Ningsih pun mencoba menenangkannya yang terduduk di bangku begitu panik. “Tante jangan panik, ya? Axel bakalan baik-baik aja kok.” Karina menenangkan bu Ningsih dengan mengelus-elus pundak bu Ningsih yang tertunduk sembari menggigiti jarinya. Arkan yang tak percaya dengan yang dia lihat dan dengan itu membuat dia menaikkan alisnya sebelah, heran dengan yang di ucapkan Karina. “Hah ... ... Katanya gak percaya.” Arkan memutar bola matanya malas melihat kelakuan Karina
Read more
Agni Trauma Dengan Tian
Bu Ningsih menjadi merasa bersalah pada anaknya sendiri. Karena ulah dia anaknya malah menjadi sasaran orang yang mencari Agni. Kalau saja dia tak bersikap gegabah dan memikirkan semua matang-matang sebelum melakukannya, maka ini tak akan terjadi. Dia hanya membuang napas penuh dengan penyesalan. Hanya karena ingin memisahkan Axel dan Agni yang terlalu dekat, dia membuat anaknya sendiri celaka. Akhirnya seperti seorang ibu yang menjemput kuburan anaknya sendiri. ‘wah ... ... Gila, dong, tu cewek ya, masa udah punya suami tapi masih deketin cowok lain. Axel juga tau dia punya suami tapi kok kayak biasa aja sih?” Karina yang tak memahami setiap sudut cerita Axel dan Agni hanya membatin sambil berasumsi. “Sekarang entah apa yang orang itu lakuin sama Agni di sana.” Axel melamunkan seperti tatapan bersalahnya kepada Agni. “Gue takut Agni di apa-apain sama Tian.” Sambung Arkan takut dengan yang akan terjadi dengan Agni. “Tunggu maksud kamu di apa-apain? Agni kan sudah bersuami jadi dia
Read more
Penelpon Misterius
“Agni nanti Den Tian bangun.” Bi Ira jadi menggertak Agni karena dia tahu Agni sangat takut dengan Tian. Itu dilakukan agar Agni mau menghentikan tangisnya.“A iya.” Agni langsung menghentikan tangisannya namun masih seperti menahan sedih yang dia rasakan jadi dia membentuk mulutnya menjadi manyun dengan sesenggukkan sesekali ke luar dari mulutnya.Bu Ira pun melepaskan pelukan dan mengelap air mata yang ke luar dari matanya. Agni selalu berpikir bahwa dia tak pernah bahagia di rumah ini. Yang ada, dia benci hidup di sini bersama moster keji dan sayangnya berstatus suaminya. Berpikir bawa tak ada yang pernah memandangnya sebagai manusia bebas di rumah yang dia benci. Agni ingin kebebasan sebagai mahluk diperjuangkan. Bukan terasing dan dikurung seperti ini.Ternyata di rumah yang benci inilah salah satu penghuninya sangat menyayangi dirinya layaknya anaknya sendiri. Saat bi Ira masih membersihkan air mata yang ke luar dari mata Agni, tiba-tiba suara Tian terdengar dengan melalui te
Read more
Agni Ketahuan Telepon Axel
“Hi hi hi.” Suara cekikkan seorang pria yang dia hafal tersiar di telinga Agni. Dia terkejut karena suara tawa itu sangat mirip dengan suara Axel. Tapi mana mungkin?“Ini Axel?” Agni memelankan suaranya seperti ingin memastikan apakah itu benar Axel. Namun, mendengar itu semakin membuat orang yang ada di balik panggilan itu semakin tertawa geli.“Bener, Axel, kan?” Agni masih ingin memastikan apakah dugaannya tentang suara Axel itu benar.“Kalau Lo gak mau ngejawab gue bakal matiin dan gak akan pernah ngejawab telepon dari Lo lagi,” ancam Agni dengan nada kesal. “Iya, iya, ini gue Axel.” Axel berbicara dengan sisa-sia tawa yang tertinggal karena tingkah lucu Agni saat dikerjain. “Axelll!” Agni dengan nada merengek kesal dengan lelucon yang membuat Agni naik darah itu. “Gue jantungan gue pikir tadi ada orang yang mau neror gue,” Agni kesal dengan kelakuan Tian. “Maaf, maaf.” Tian meminta maaf karena sikapnya yang berlebihan menurut Agni, namun sangat menyenangkan menurut Axel. “Ta
Read more
Rencana Axel
Agni semakin membesarkan matanya ketika melihat Tian meletakkan handphone ke telinga dan berbicara kepada orang di balik panggilan itu. “Hallo,” Tian dengan nada datar dan suara Low tone memanggil siapa yang ada di seberang sana.“Hallo,” suara dari balik panggilan yang menjawab panggilan dari Tian. Tian yang mendengar suara itu langsung menjauhkan panggilan itu dari telinganya dan melihat Agni dengan tajam. Tatapannya bahkan membuat Agni menelan salivanya karena takut. “Maksud Lo apa?” Tian mengulurkan handphone karena panggilan di dalamnya. “Lo mau mainin gue?” tanya Tian dengan nada kesal kepada Agni. “Maksud Lo?” Agni heran dan bergetar, Agni takut ketahuan Tian sedang mengorbol dengan Axel.“Siapa dia?” Tian kembali bertanya masih dengan tatapan yang sama. Agni semakin tersudut dan tak bisa menjawab pertanyaan yang ditujukan oleh Tian. “Hufff ....” Tian mengendus kan napas karena dia tak kunjung menjawab pertanyaannya. Tian lalu menghidupkan loudspeaker dan bertanya kepa
Read more
Cara Membebaskan Agni
"Bantu gue!” Axel dengan memegang tangan karina dan memasang wajah orang yang memerlukan bantuan. “Apa yang bisa gue bantu.” Karina merasa senang hati. Akhirnya Axel membutuhkannya. Senyum manis nampak di wajah, tentu Karina bersedia membantu Axel.“Lo harus jawab Telpon ini nanti kalau ada suara laki-laki yang ngomong!” Perintah Axel dengan cepat yang membuat Karina tak mengerti. “Hah?” Karina yang tak mengerti dengan apa yang di maksud Axel. Cuma terangga.“Hallo” tiba-tiba suara Tian terdengar dari balik panggilan dan membuat dia panik bukan kepalang untuk menyuruh Karina menjawab panggilan itu. Axel mengulurkan tangan yang berisi panggilan telepon lalu menyuruh Karina bicara dengan gestur wajah Axel. “Hallo.” Karina singkat dengan nada sedikit takut karena dia melakukannya hanya karena permintaan dari Axel. Setelah beberapa lama mereka mendengarkan pembicaraan antara Tian dan Agni yang masih belum terputus panggilannya. Axel dengan wajah marah dan kesal ingin menjemput Agni d
Read more
Mencari Barang Bukti
"Permisi Mbak,” Axel dengan sopan berbicara kepada salah satu staff yang berkerja di situ. “Iya pak, ada yang bisa saya bantu?” staff itu melayani penuh senyuman ramah. “Saya boleh ketemu sama managernya?” Axel langsung menampakkan wajah datar dan berterus terang. “Tapi apakah ada yang salah dengan toko kami, Pak?” staff itu dengan rasa cemas dan sedikit tersenyum. “Oh, enggak Mbak, kami kamu ketemu kepala managernya karena memang ada perlu,” ucap Axel tenang. Kali ini dia menyinggulkan senyum tipis.“Baik kalau begitu, tunggu di sini sebentar pak!” staff menyuruh Axel dan Arkan untuk menunggu sampai staff tadi kembali bersama dengan kepala managernya. Mereka pun terduduk di sofa yang ada di dalam toko, dan tak lama kemudian staff tadi kembali bersama dengan kepala managernya. “Baik Pak ini adalah kepala manager kami, silahkan bicara, saya permisi dulu.” Staff itu dengan sopan dan senyuman di di barengi dengan bungkukan sebagai tanda hormat kepada pelanggan. “Baik pak ada yang
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status