All Chapters of Bahagia Setelah Terusir: Chapter 61 - Chapter 70
76 Chapters
Razia (2)
Entah berapa lama ia hanya menatap tanaman teratainya yang membentang luas. Pikirannya kembali memutar bersama Evan dan Sanad. Ah, betapa anak dan bapak itu membuatnya rindu. Tanpa sadar bibirnya tersungging, tetapi beberapa detik kemudian menghilang. Ia memang harus sadar diri, siapa dirinya, siapa Evan dan Sanad. Perlahan matahari terus berpendar. Senja kembali menyapa, keemasannya menghiasi tanaman teratainya. Perlahan, bumi mulai gelap. Takut tentu saja ada, tapi enggan untuk pulang. Untuk saat ini, ia hanya bisa berdoa. Semoga tidak terjadi apa-apa. ***Habis salat Subuh Rudi meluncur menjajakan kerupuknya. Beberapa buah warung makan dan kue langganannya yang buka pagi-pagi sekali, sedang toko-toko camilan buka agak siang. Rudi menepikan motornya di depan sebuah warung tempat ia menitip kerupuknya. Setelah melakukan transaksi dan menitip kerupuknya, ia membuka ponselnya. Terlihat banyak panggilan tidak terjawab dari ibu
Read more
Imbas Tragedi Masa Lalu
“Percepat, Keane!” Keane menambah kecepatan mobilnya. “Maaf, Tuan. Sebenarnya apa yang terjadi?”“Di Bangkau ada razia illegal fishing.”“Lalu apa hubungannya dengan Tuan?”“Tera ditelpon tak kunjung diangkat. Aku kira sekarang ada di danau.”“Maaf, Tuan. Saya masih belum mengerti.”“Semoga tidak terjadi apa-apa. Sewaktu mencari informasi tentangnya, aku memang sempat baca kalau Danau Bangkau lumbung ikan yang memang menjadi incaran beberapa warga dari kabupaten HSU dan HST. Parahnya lagi mereka melakukan dengan cara tercela, yang membuat warga Bangkau sebagai pemilik danau itu bertindak. Di antaranya melakukan razia dengan kerjasama polres. Yang tak terelakkan terjadinya perlawanan saat razia dengan warga, tak jarang ada yang terluka, bahkan meninggal. Yang luput dari pemberitaan, ada dendam yang berkepanjangan di balik suatu tragedi. Tak jarang mereka melampiaskan dendam secara acak, asal ketemu warga Bangkau. Bahkan menurut A
Read more
Imbas Tragedi Masa Lalu (2)
Tawa salah seorang memecah segala pertimbangannya. Mereka semakin maju, sedang badannya sudah terhalang dinding lanting. Saat semakin dekat, spontan ia menarik sebatang bambu kecil yang biasa digunakan untuk menopang jemuran ikannya, lalu memukulkan ke kaki dua orang itu. Krak. Dari bunyinya dapat diketahui bambu itu telah rapuh. Setidaknya dapat memecah perhatian kedua orang itu. Ia bergerak cepat ke arah sampan, malangnya salah seorang menariknya, lalu melemparnya, hingga kembali terpental. Si jangkung kali ini benar-benar kesal. Tera cepat berdiri. Meski kekuatan tidak berbanding, ia tidak akan membiarkan dirinya dihina orang lain, apalagi penjarah seperti mereka. “Ho, kuat juga ternyata.” Si gempal bersuara.“Setidaknya tenagaku sudah dilatih dari nol, tidak seperti kalian tenaga instan. Bisanya cuma mengambil punya orang lain.”Seketika keduanya terbahak-bahak. "Ternyata bisa bicara," ejek jangkung.“Dan, gadis ini menarik juga," ucap si gempal.“Iya. Aku tahu seperti gadis ga
Read more
Orang Dari Masa lalu
“TERA!” teriak Sanad dari kejauhan. Teriakannya semakin bergema, ketika sosok yang dipanggilnya tidak menunjukkan batang hidung. Juru kemudi mematikan mesinnya. Sanad melompat begitu sampan itu mendekat. Ia masuk ke dalam lanting. Panik semakin menguasainya karena Tera tidak terlihat. Tak lama Rudi pun datang. “Tera mana?” tanya Rudi sambil menepikan sampan. “Aku juga ingin bertanya padamu,” sahut Sanad.“Apa?” Tiba-tiba pandangannya tertuju pada sebuah sampan yang terhanyut jauh. “Itu sampan Tera.”Rudi langsung melajukan sampannya menunju sampan Tera. “Tuan!” Keane menunjuk warna merah di air yang tak jauh dengan sampan mereka. Sayang, gelombang yang diakibatkan sampan Rudi membuat warna itu memudar, Tidak membuang waktu, Sanad langsung melompat dan menyelam hingga sampai di dasar danau. Terlihat Tera tergeletak dengan tidak sadarkan diri. Ia bergegas mengangkat tubuh itu, lalu muncul ke permukaan. “CEPAT KEJAR ORANG ITU!” teriaknya set
Read more
Orang Dari Masa Lalu (2)
Saat itu motor butut yang dikendarai Tera mogok di tengah jalan. Cukup jauh Tera menuntun motornya hingga akhirnya menemukan sebuah bengkel. Selama perbaikan, hujan turun cukup lebat. Ia terus menunggu, tetapi sampai malam hujan tak kunjung reda. Akhirnya ia memutuskan pulang.Meski menggunakan jas hujan, tetap saja tak luput dari basah. Hingga di sebuah desa yang sangat jauh dengan rumah penduduk, ia melihat sebuah mobil rusak di tepi jalan. Hujan deras menyebabkan desa itu seperti mati. Tidak ada aktifitas di jalan, kecuali sesekali orang lewat. Licinnya jalan membuat ia tidak berani menjalankan motor dengan kecepatan tinggi. Ia pun ingin abai dengan mobil itu, tetapi jerit tangis bayi  membuat nalurinya tergerak untuk berhenti. Ia menepikan motornya, mendekati mobil itu. Tangisan bayi makin jelas. Ia menengok di balik kaca mobil yang sudah rusak, dua orang dewasa terluka parah dan tidak sadarkan diri. Sementara seorang bayi terus menangis diasuhan ibunya yang t
Read more
Jujur pada Hatimu
Sepeninggal Bastiah dan Kembang, Sanad duduk di kursi, bersebrangan dengan Evan. Ia memerhatikan bekas-bekas luka di tangan Tera. Ia mencium tangan itu dengan pelan dan lembut. Ia menggenggam tangan itu dan mendekatkan ke wajahnya."Tera, ternyata kamu sudah ada dalam kehidupan kami sejak lima tahun yang lalu. Kamu yang menyelamatkan kami, terutama Evan. Dan sekarang kamu juga membuat Evan sembuh. Aku janji berusaha membalas jasamu seumur hidupku." Tanpa sadar air matanya menetes. Evan mengerjap, menatapnya."Kamu harus bangun, Tera. Kamu harus berumur panjang. Tak kan kubiarkan lagi kamu tinggal di danau. Tak kan kubiarkan lagi kamu menderita seperti ini. Aku tidak akan membiarkanmu tinggal di lanting itu." "San."Sanad terkesiap. Ia menoleh ke arah Tera. Tera tersenyum geli. Evan tersenyum penuh arti. "Kamu sudah sadar?" tanyanya tak percaya."Dari tadi," sahut Tera setengah berbisik. "Aku terbangun, gara-gara mendengar orang bicara ngawur." Evan tertawa. Sanad memasang wajah
Read more
Jujur Pada Hatimu
“Jika ada cinta, akan ada kemauan. Ada, kemauan pasti bisa,” jawab Sanad. Sesaat hening. Tenggelam dalam pikiran masing-masing. Tera berusaha mencerna ucapan Sanad. Cinta membuat orang ada kemauan dan kekuatan. Di usianya sekarang ini, ia masih tidak ingin memikirkan cinta. Selalu ada takut, jika berusaha mencerna perasaannya. Takut situasi akan semakin rumit. “Terima kasih, San,” ucap Tera lirih. “Untuk?!” “Aku hutang nyawa padamu.”“Hiduplah baik-baik jika ingin berterima kasih padaku.” Sanad berdiri, mengambil wadah makanan jatah dari rumah sakit, lalu duduk  menghadap Tera. “Jangan ke danau lagi. Kamu mau kan?”“San, danau itu habitatku. Aku harus ke sana.”“Menikahlah denganku,” ucapnya ringan, sambil membuka penutup wadah. Tera tersentak.“Aku yakin, jika kau terus bersama Evan, kau bisa mengalihkan perhatianmu. Kamu bisa ke danau, sesekali bersamaku, atau minimal bersama Keane.”Ter
Read more
Bimbang
"San, aku ingin bicara denganmu. Ada waktu?" tanya Rudi.Sanad mengerutkan keningnya. Sesaat ia menoleh ke arah Tera. Gadis itu terlihat cemas. Ia juga menoleh ke Bastiah."Asal tidak sekarang, kapan?""Nanti kasih kabar, jika kamu punya waktu."***Sepeninggalan Sanad, Bastiah membuka kulkas. Sesaat matanya membesar. Melihat kulkas yang terisi penuh. Mulai roti, buah, cake, susu cair, yogurt, teh botol dan air mineral. "Kalian mau jualan?" ejek Bastiah. Tera menengok sebentar, tapi lalu kembali berpaling. Bahkan menoleh pun masih terasa sakit.Rudi duduk berhadapan dengan Tera yang sedang menyuap buburnya. "Bubur sumsumnya tidak dimakan?" tanya Rudi."Habiskan ini dulu. Sayang, sudah terlanjur. Itu kan masih belum bergerak, nggak papa disimpan lama." Rudi terkekeh. Tera memang selalu begitu, penuh dengan pertimbangan. Tidak bisa kah di saat sakit seperti ini mengutamakan rasa
Read more
Bimbang (2)
Tera membuka mulut, tetapi menutup kembali. Tidak memungkinkan ia membela diri di saat sama-sama emosi. Selain itu, ia tidak tahu betul bagaimana hubungan Sanad dengan Hayati. Sanad belum bercerita kalau sudah bercerai dengan Hayati. "Terserah Ibu lah," ucapnya akhirnya, lalu menutup diri. Dalam selimut ia masih saja mendengar wejangan Bastiah. "Tera, aku tahu perlakuan laki-laki itu sangat baik padamu, tapi jangan jadi perusak rumah tangga orang. Selain itu, sebesar apa pun ia mencintaimu, kalian dari kasta yang berbeda. Aku sudah dengar dari Arbain. Dia putra bosnya yang memiliki banyak minimarket. Dari segi keturunan, mereka juga dari kaum bangsawan, bergelar Gusti."Tera tercenung. Ia masih belum berani berharap pada Sanad. Namun membayangkan perbedaan yang sangat jauh membuat nyalinya ciut. Bahkan berbanding dengan Evan saja dia masih ketinggalan jauh. Antara langit dan bumi. Ia sering menemani Evan ke berbagai acara keluarga, rata-rata mereka baik dan ramah, tapi itu dulu h
Read more
Orang Kota dan Orang Kampung
"Dia Elang, adikku. Yang masih kuliah di Bjb." Tera mengenalkan.  "Evan ingat tidak?"Evan mengangguk. "Om Elang." "Pintar!" Tera mengeratkan pelukannya.Kedua lelaki itu saling berjabat tangan dan mengenalkan diri. "Akhirnya aku bisa bertemu dengan Anda," ucap Elang nada membuat Tera mengernyit. Mata tajamnya menatap penuh selidik. "Elang, apaan sih kamu?" tegur Tera. "Tidak apa. Aku hanya ingin memastikan orang yang dekat dengan kakakku itu orang baik. Aku tidak ingin kejadian dulu terulang lagi," sahut Elang sambil mengerling ke arah Arbain. "Ngomong apa kamu, Lang?" sela Bastiah. "Oh iya, Nak Sanad. Ini agak kasar, tapi Ibu minta kamu jangan terlalu dekat dengan Teratai. Teratai telah bertunangan dan kamu juga telah beristri. Sebagai seorang ibu, tentu aku tidak ingin putriku jadi perusak rumah tangga orang lain.""Ibu ngomong apa sih?" seru Teratai. Ia mengerling ke arah Evan. Sanad mendekati
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status