Semua Bab Bodyguard Kesayangan Nona Muda: Bab 71 - Bab 80
173 Bab
Hanya Mencintai Tanpa Bisa Memiliki
"Gue nggak ngerti sesakit apa rasanya ketika lo dilanda depresi, Do. Tapi yang perlu lo tahu, jangan pernah menyelesaikannya dengan jalan bunuh diri." Kemudian Risty melepas pelukan yang terasa nyaman bagiku. Ini adalah pelukan nyaman yang kudapatkan selain dari Mbak Sasha, ipar yang kucintai namun tidak bisa kumiliki. Andai Risty tahu, aku tidak ingin dia melepas pelukan tadi. "Yang lo butuhin ketika depresi itu datang cuma teman yang bisa lo jadiin sandaran. Teman yang bisa ngasih lo pelukan menenangkan." Ya, Risty benar. Bahwa sebuah pelukan itu memiliki kekuatan ajaib yang membuat seseorang merasa tidak lagi sendiri. Kemudian otak dengan cepat dipenuhi ion positif yang membuat suasana hati mendadak begitu tenang. "Yuk, duduk di luar." Aku menuruti perintahnya kemudian duduk di bangku kayu hutan kota GBK. Kami tidak sendiri, karena ada pengunjung lain yang juga datang ke tempat ini. "Waktu perselingkuhan nyokap gue terbongkar, itulah awal terjadinya badai dalam hidup gue. Y
Baca selengkapnya
Meninggalkan Aku Yang Terluka Sendiri
"Ini aku, Mamanya Risty." "Ada apa Nyonya menghubungi saya?" tanyaku penasaran. "Bisa bertemu sebentar?" "Maaf, Nyonya. Saya tidak berani bertindak jauh tanpa sepengetahuan Nona Risty." "Aku perlu bantuanmu untuk membuat Risty memaafkan aku. Tolong, Rado." Akhirnya aku menemui ibunya Risty di sebuah kafe and restauran yang berada di jalan Sudirman. Tidak jauh dari hutan kota GBK. Di sore yang redup itu, wanita dengan kulit yang masih kencang meski usianya tidak lagi muda itu menungguku di kursi yang berdekatan dengan kaca. Dengan dua gelas banana ovaltime yang sudah tersedia di meja. "To the point saja. Aku perlu bantuanmu untuk membuat Risty berhenti terus menerus bertikai dengan Ziany. Bagaimanapun mereka adalah saudara." Aku sedikit mengernyitkan dahi mendengarkan ucapannya. Karena setahuku, selama ini Ziany lah yang terus mengganggu Risty. "Aku harap kamu bisa membantu mengakurkan mereka berdua, biar mereka saling bekerja sama membangun bisnis mereka sendiri. Risty itu j
Baca selengkapnya
Kamu Lebih Butuh Dia Daripada Aku
"Rado, ikut kami. Jangan berontak." Aku menatap keenam orang itu dengan wajah waspada. Apalagi salah satunya melangkah mendekat. "Sekali maju, gue patahin leher lo semua!" "Kami nggak akan kasar kalau kamu kooperatif." Ketika mereka bergerak akan menangkapku, dengan cepat aku memberi pukulan-pukulan mematikan di beberapa titik vital. Kemampuanku sebagai bodyguard kukerahkan semaksimal mungkin hingga keenam lelaki yang tidak terlalu pandai bela diri itu tersungkur. Meski aku sempat mendapat pukulan di pipi. Dengan nafas memburu, aku meraih kerah baju salah satu lelaki itu dan mengangkat wajahnya. "Siapa yang nyuruh lo?! Bilang!" "Ng ... nggak ada." "Bilang atau gue patahin leher lo!" Ketika aku akan mengayuhkan tangan untuk memukulnya dengan mata berkilat marah, dia membuka suara. "Kian! Kian yang nyuruh." Aku menyentak tubuhnya ke tanah lalu kembali mengendarai motor dengan pikiran carut marut. Jadi Mas Kian menyewa orang untuk membawaku paksa? Apa dia benar-benar ingin m
Baca selengkapnya
Kamu Di Bawah, Aku Di Atas
“Sorry, Rado. Gue ingkar janji.” Aku bergeming ketika Risty tetap memelukku. Tanganku tidak membalas pelukannya dan hanya bisa mengepal dengan tatapan lurus ke depan. “Gue tahu lo pasti kecewa dan … kesel. Sorry, Rado. Mulai sekarang gue bakal --- .” Tanganku bergerak mengurai pelukan Risty. Karena aku tidak mau mendengar janjinya lagi yang kupikir akan menjadi angin lalu lagi. “Nggak usah ngasih gue janji. Cukup lepasin gue sebagai bodyguard lo, Ris.” Aku menatap kedua matanya dengan tatapan tegas meski aku tidak tega melukai hatinya atau menjauh darinya. Tapi, bukankah kata Kak Rafa aku harus menikmati sakitnya proses kehidupan ini agar mentalku sembuh? “Lo lupa kalau Richard cuma sebuah alat biar Ziany makin iri sama gue?” “Lo bilang dia cuma buat alat, tapi lo memperlakukan dia seakan-akan dia itu yang utama!” “Lo cemburu?” Pertanyaan apa itu? Sial! Aku terpancing emosi dan secara tidak langsung menunjukkan kecemburuanku padanya. Tidak! Risty tidak boleh tahu jika aku
Baca selengkapnya
Hobi Bikin Gue Naik Darah
"Ris, minggir! Jangan duduki perut gue kayak gini!" aku memperingatkannya.Risty tetap duduk di atas perutku tanpa tahu malu dengan aku yang masih terlentang di atas lantai dapur. Sebenarnya aku bisa menyingkirkan dia namun aku tidak setega itu melukai perempuan yang kucintai. Ditambah, Risty adalah majikanku. Dalam keadaan apapun aku harus memastikan dia tidak terluka sedikit pun."Gue minggir kalau lo mau janji sama gue.""Janji apa?"Risty menggunakan kedua telapak tangannya di atas dadaku untuk menopang tubuhnya. Sialan sekali majikanku ini. Pasalnya, karena posisi Risty yang seperti ini, ada gairah yang mulai mendominasi kewarasanku. Jika Risty tidak segera menyingkir, aku tidak bisa menjamin untuk tidak menyentuhnya."Janji jangan minum obat anti depresan lagi.""Asal lo harus ada sama gue. Melibatkan gue dalam segala urusan lo.""Well. Lo cemburu karena Richard sama gue?!""Gue cuma nagih janji. Kalau lo selalu sama Richard, kapan lo ada sama gue?""Oke. Tapi kalau malam hari,
Baca selengkapnya
Aku Ikut Kemanapun Kamu Pergi
"Biarin aja dia mau apa. Gue nggak peduli. Yang penting Richard udah kembali ke gue, Kai.""Kalau Ziany diam-diam nemuin Richard terus menghasut lo, gimana?" "Richard yang bakal rugi. Karena lebih milih bunga bangkai dari pada bunga tulip.""Satu lagi, Ris. Gimana kalau teman-teman kelas pada kompak gosipin lo sama Rado? Apa bener Richard ntar nggak marah?"Satu doaku untuk hubungan Risty dan Richard, bolehkah aku berharap mereka segera berakhir saja? Karena aku siap seminal Risty memintaku jadi pacar rahasianya. ***Seperti janjinya, Risty melibatkan aku dalam segala kegiatan beberapa hari ini. Aku menemaninya mulai dari berangkat kuliah, menemaninya menuju apotek-apotek miliknya, dan mengerjakan tugas kuliah bersama. Dan kami menggunakan taksi demi penyamaran bersama."Eh, Ris, mobil lo kemana? Kok lo belakangan ini naik taksi? Jalan kaki pula," celetuk Faina, teman satu kelas kami.Kami bersepuluh yang tengah mengerjakan tugas kuliah bersama pun menoleh ke Faina. "Gue lagi pen
Baca selengkapnya
Penjara Jiwa Mini
"Sha ... Shakira?" gumamku. Keponakan kecil yang sangat kucintai itu berlari ke arahku dengan dua rambut indahnya dikuncir dua. Senyumnya mengembang ketika melihatku. Maklum, dia jauh lebih akrab denganku dari pada dengan ayahnya, Mas Kian, kakak kandungku. Dia langsung memeluk kakiku dan mendongak. Wajah lugu dan imutnya membuatku tidak bisa untuk tidak menyapanya lebih dulu. Aku menekuk kaki hingga sejajar dengannya lalu ia memelukku erat. Mencari kenyamanan dari tubuhku seperti yang ia lakukan ketika aku masih tinggal seatap dengannya juga dengan kedua orang tuanya. "Om Ado kemana? Aku kangen." Tanganku membelai lembut rambutnya lalu memberi satu kecupan dan memeluknya sama erat. "Om kuliah," ucapku tak sepenuhnya benar. "Tapi kenapa nggak pulang?" Aku menatap Mbak Sasha yang hanya bisa mematung melihatku memeluk Shakira. Pancaran matanya menyiratkan banyak tanya yang tidak ingin kujawab barang satu pun. Dia datang ke Plaza Senayan hanya dengan Shakira, tanpa Mas Kian.
Baca selengkapnya
Aku Hanya Butuh Kamu
"Aku kecewa sama kamu, Mbak! Aku kira kamu adalah perempuan yang paling ngerti aku, ternyata kamu sama kayak Mas Kian! Pengen aku masuk rumah konseling!""Asal kamu tahu, Mbak. Aku nggak gila! Aku waras!""Kalau Mbak Sasha pengen aku pulang lalu aku dimasukin rumah konseling lagi, jangan pernah harap aku pulang! Aku yakin bisa hidup di luar sana tanpa bantuan Mas Kian atau Mbak Sasha!""Dan satu lagi, aku yakin bisa nyembuhin gangguanku dan menghilangkan cintaku ke kamu, Mbak! Meski aku berhutang luka di hati kalian berdua dan akan kubayar dengan berjauhan dari kalian!""Aku pergi! Dan jangan panggil aku kalau kalian lihat aku lagi. Abaikan aja, anggap aku udah mati!"Baru beberapa langkah, Mbak Sasha kembali membuka suara. "Mama mau kemari, Rado. Mama kangen kamu. Apa yang harus aku dan Mas Kian katakan kalau kamu nggak ada di rumah?"Aku menghentikan langkah lalu menoleh."Bilang aja, aku keluar rumah dan pengen mandiri."Selanjutnya meski suara Mbak Sasha kembali memanggil, aku mem
Baca selengkapnya
Jangan Ada Richard Diantara Kita
Nyatanya, fisikku melemah akibat meminum alkohol untuk pertama kalinya dengan jumlah tak terukur. Lambungku perih dan tidak ada makanan yang bisa diolah. Aku merintih pelan ketika merasa sakit lalu Risty meminta bantuan Kak Alfonso untuk memanggilkan dokter pribadi ke apartemennya untuk memeriksaku. "Gimana, Dok?" tanya Kak Alfonso. "Nanti kalau infusnya habis bisa telfon perawat saya untuk melepasnya. Sementara pasien saya kasih obat pereda rasa sakit dan untuk lambungnya. Kalau bisa makan yang lembek-lembek aja dulu." Mataku terpejam namun tidak tidur jadi aku bisa mendengar percakapan Kak Alfonso, Risty, dan dokter itu. Usai dokter pulang, keduanya kembali ke kamarku. Risty terlihat bersalah namun aku berusaha nampak baik-baik saja. Aku tidak mau membuat dia cemas atau tidak enak hati. Aku lebih suka dia tertawa dan membuat kegiatan konyol daripada tertunduk sedih seperti ini. Bukankah definisi mencintai itu harus bisa membuat orang yang dicintai selalu bahagia? "Gue udah
Baca selengkapnya
Kupilih Risty Daripada Keluarga
"Nggak usah takut. Ada gue." Aku gugup setengah mati ketika mobil Risty membelah jalanan ibu kota menuju tempat dimana kami akan bertemu dengan Mas Kian dan Mbak Sasha. Ya, Risty merealisasikan janjinya untuk menghubungi mereka berdua sebelum keberangkatan kami untuk study lapangan ke Bogor. Mengajak mereka melakukan kesepakatan bersama terkait pencarianku yang masih terus dilakukan Mas Kian. Risty hanya tidak mau aku dikejar-kejar Mas Kian dan kami hidup secara nomaden. "Gue takut, Ris. Ayo balik aja." "Rado, ada gue. Lo percaya sama gue. Oke?" ucapnya sambil mengemudi. Sedang aku duduk di bangku penumpang dengan menahan kecemasan. Menautkan kesepuluh jari tangan dan menggerakkan telapak kakiku yang terbungkus sepatu. "Ya ampun, gue rasanya pengen lari, Ris." Tangan kiri Risty menarik tangan kananku lalu menautkan jemari kami begitu saja. Sifat setia kawannya tidak pernah perhitungan layaknya perhatian seorang kekasih. Dan tanpa sepengetahuan Risty, sikapnya yang seperti ini
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
18
DMCA.com Protection Status