All Chapters of Bukan Istri Pemuas Nafsu: Chapter 11 - Chapter 20
66 Chapters
Bab 11. Rinay Kabur
“Tidak, Bik! Aku enggak tega melihat wajah kecewa Bapak sama Ibuku, bila aku pulang ke kampung dengan situasi seperti ini. Aku kabur dari rumah suamiku, karena sumiku tak menerimaku. Tak menerima janin di perutku. Bagaimana aku bisa mengatakan hal ini kepada Bapak dan Ibu. Bagaimana caraku menjelaskan kalau ternyata suamiku sudah punya istri baru di kota ini, wanita pilihan orang tuanya, sedangkan aku dibuang begitu saja. Aku enggak tega, Bik!” “Iya, tapi kamu bisa apa? Kita ini orang miskin, lemah, enggak punya kekuatan apa-apa! Ingat, Nduk! Kita cuma bisa nerima kenyataan! Manut pada nasip yang sudah ditetapkan oleh Allah buat kita yang lemah dan miskin ini!” “Tidak, Bik! Aku yakin, Allah juga tidak mau melihat aku diinjak-injak seperti ini. Dia juga pasti ingin aku bangkit.” “Buktinya kita dia ciptakan menjadi manusia miskin, Nduk!” “Aku memang miskin, aku perempuan kampung yang sempat tertipu mulut manis laki-laki kaya tapi licik itu. Tetapi, aku bukan perempuan bodoh yang h
Read more
Bab 12. Pertengkaran di Meja Makan
“Iya … iya, ayo!” Aman buru-buru membuka pintu gerbang. Membawakan tas kain milik Rinay yang tadi dia sembunyikan di pos jaga. Bik Lastri segera melambai ke sebuah beca yang melintas. “Tolong antarkan gadis ini ke Ladang Bambu Pancur Batu. Jalan Krakatau No 40 A. Ini ongkosnya, bisa, ya, Bang!” titahnya kepada sang supir beca. “Wah, jauh banget itu! Mana cukup dua puluh ribu,” tolak sang supir cepat. “Ya, sudah, ini, aku tambahi!” Aman mengeluarkan uang sepuluh ribu. “Lima ribu lagi, kalau enggak cari beca lain saja. Jauh itu, dibayar cuma segitu!” sungut sang supir. “Ya, sudah ini … ini! Antar sampai tempat, ya!” Aman menambahi lagi. “Sementara kamu tinggal di rumah anak bibik! Nanti bibik telpon dari sini, biar dia enggak kaget kedatanganmu! Baik-baik di sana, ya, Nduk!” Rinay memeluk Bik lastri, menyalam dan mencium punggung tangan bang Aman. “Non …! Nyonya …! Non Tatiana …! Nyonya …!” Terdengar Bik Lastri berteriak-teriak panik. Segera para penghuni rumah berhamburan
Read more
Bab 13. Rinay Mendapat Pekerjaan
Bab 13. Rinay Mendapat Pekerjaan “Enggak usah minta maaf, Pa! Papa benar, Rinay itu lebih sempurna dari saya. Buktinya dia udah bisa hamil, anaknya Mas Bagas, cucu Papa. Sedangkan saya belum tentu. Saya mundur saja, Pa! Karena biar bagaimanapun, saya enggak mau dimadu. Sejak awal saya bilang, saya mau nikah sama Mas Bagas kalau dia talak perempuan kampung itu. Saya enggak mau berbagi suami, Pa. Jadi, lebih baik saya saja yang mundur!” tutur Tatiana dengan suara bergetar, seolah sedang begitu menderita. “Ya, tidak bisa, dong! Kamu itu menantu pilihan kami, biar saja Rinay yang pergi. Enggak usah dicari, toh, dia enggak hamil lagi. Enggak ada lagi ikatan antara Bagas dengan dia. Sudah, ayo makan, lupakan perempuan itu!” tukas Rahayu menyudahi. ** “Makan dulu, yuk! Biar kamu kuat! Kamu sedang hamil, janinmu butuh nutrisi!” Rina, putri Bik Lastri menghenyakkan bokongnya di tepi kasur kecil. Rinay berbaring dengan menghadap ke arah dinding di sana. “Aku tidak lapar, Kak. Terima kasi
Read more
Bab 14. Bos Baru Rinay Seorang Duda
Sekilas pria itu terlihat sangat angkuh. Dua orang wanita berdiri tak jauh dari meja makan. Keduanya mengenakan seragam kemeja berwarna biru dan celana panjang warna senada. Mereka adalah para ART di rumah ini. “Namanya Pak Aldo, semoga dia mau menerima kamu menggantikan babysitter yang akan cuti mulai hari ini, ayo, kita dekati!” ajak Heri melanjutkan langkah, Rinay mengikuti dengan hati berdebar. Dari kejauhan dia belum bisa melihat dengan jelas seperti apa bentuk wajah dan perawakan sang Bos, namun dia sudah bisa merasakan betapa kaku dan dinginnya sikap pria itu terhadap ART yang sudah lebih dulu bekerja di sana. Dua pelayan yang berdiri tak jauh dari meja makan itu terlihat begitu patuh padanya. “Selamat pagi, Pak!” sapa Heri menghentikan langkah setelah jarak merek tinggal beberapa meter saja. Rinay juga menghentikan langkah. “Hem, kau menemukan babysitter pengganti itu?” jawab sang Bos, lalu balik bertanya. Matanya tetap fokus ke layar ponsel di tangannya, sedikitpun ta
Read more
Bab 15. Hinaan Dari Sang Babysitter
“Namanya Deo, usianya baru tujuh bulan. Perkembangan fisiknya sangat lambat. Karena terpaksa berpisah dengan ibunya. Kamu tentu sudah tahu kalau Nyonya meninggal sebulan setelah melahirkan dia. ASI terpaksa diganti dengan susu formula. Entah karena susunya yang belum tepat, atau karena dia merasa kehilangan pelukan hangat ibunya. Sehingga pertumbuhan fisiknya sangat lambat. Tubuhnya juga sangat kurus seperti ini,” papar Suster Lina menerangkan kondisi sang putra majikan. Rinay mengangguk, sesekali menelan saliva. Rasa iba pada bayi itu seketika mengaduk hatinya. Deo terlihat seperti bayi yang kena gizi buruk. “Apakah kamu yakin bisa menggantikan saya selama seminggu ini untuk merawatnya?” tanya Suster Lina terdengar ragu. Rinay menoleh kepada Bik Yuni. Wanita itu mengangguk pasti. “Insya Allah saya bisa,” sahut Rinay akhirnya, meski sedikit ragu. Namun karena Bik Yuni begitu percaya padanya, tumbuh keberanian untuk meneruskan saja. “Baiklah. Nama kamu siapa?” “Saya Rinay,
Read more
Bab 16. Hasutan Suster Lina
“Bapak …?” Bik Yuni dan Suster Lina bergumam bersamaan. Wajah keduanya terlihat tegang. Hanya Rinay yang bersikap biasa saja. Suster Lina yang sudah melepas Deo, membuat Rinay lebih leluasa mengatur posisi bayi itu di dalam dekapannya. Mulut mungil bayi malang itu mulai menyedot kepala dot, pelan dia menghisap isinya. Begitu tenang dan perlahan. Sesekali dia seperti tersedak. Aldo melangkah masuk. “Bik, tolong carikan pasfhoto Nyonya! Mungkin saat bersih-bersih, Bibik pernah menemukannya! Saya butuh sekarang!” perintah Aldo kepada Bik Yuni. “Sepertinya saya pernah lihat di laci lemari hias Nyonya. Sebentar saya ambilkan!” Bik Yuni langsung bergerak menuju kamar utama. “Dan kamu, kenapa belum berangkat juga? Penggantimu sudah datang, kenapa masih menunda?” Aldo mengalihkan tatapannya kepada Suster Lina. “Eem, saya … saya merasa berat meninggalkan Den Deo, Pak. Saya khawatir dia tidak bisa mengurus Den Deo! Saya merasa tidak tenang.” Suster Lina berkata dengan nada penuh tekana
Read more
Bab 17. Niat Terselubung  Sang Babysitter
Aldo dilnda kebingungan. Selama ini, dia begitu percaya kepada sang perawat. Keselamatan putranya dia serahkan sepenuhnya ke tangan babysitter itu. Bahkan, di antara semua pekerjanya, hanya Lina yang mendapat tempat istimewa. Kepada yang lain dia tak pernah bersikap ramah, apalagi bersikap royal. Namun, kepada sang perawat, dia selalu bersikap ramah. Bahkan sangat royal. Apapun permintaan Lina, selalu dia turuti, karena baginya, nyawa Deo ada di tangan gadis itu. Setiap hari dia berkunjung ke kamar putranya, menyapa Lina dengan begitu ramah untuk menanyakan kondisi kesehatan Deo. Menayakan bagaimana perkembangan kesehatan anaknya, dan menanyakan apa saja yang dibutuhkan Lina agar betah menunggui putranya di kamar itu. Aldo begitu percaya dengan semua keterangan Lina, tanpa pernah mengecek sendiri. Bahkan luka radang di punggung putranya baru kali ini dia tahu. Dan menurut Lina itu terjadi barusan saja, karena Rinay memaksa mengeluarkan dari box-nya. Sedangkan menurut Rinay, luka i
Read more
Bab 18. Putra Sang Bos dirujuk Ke Rumah Sakit Besar  
“Maaf, Pak Aldo, saya sarankan dengan sangat agar bayi Bapak, kita rawat di rumah sakit. Saya akan buatkan surat rujukannya,” tukas Dokter Fredy mengagetkan semua yang ada di ruangan itu. “Apa? Anak saya …. Harus dirawat di rumah sakit? Separah itukah?” sergah Aldo dengan kedua mata membulat. Wajah tampan itu terlihat tegang. “Maaf, saya bahkan bisa saja menuntut Bapak karena lalai. Maaf, Pak Aldo, saya agak kasar,” sesal sang Dokter lagi. “Astaga! Jadi selama ini anak saya ….” geram Aldo menoleh kepada babysitternya. Perempuan itu mengkerut di tempatnya, wajahnya menunduk dengan jemari saling memilin. “Kau bilang anakku makin sehat, kau bilang perkembangan dan pertumbuhan anakku makin ada kemajuan, kau bilang anakku tak perlu diperiksakan kepada Dokter, kau bilang …. Kau bilang kau bisa aku andalkan! Kau bilang kau sangat ahli dan berpengalman mengurus seorang bayi yatim yang ditinggal mati oleh ibunya, kau bilaaaaang ….!” Tangan kekar Aldo melayang di udara, seperempat detik
Read more
Bab 19. Putra Kesayangan Sang Bos  Di Dada Rinay
Heri melajukan mobil majikannya dengan kecepatan di atas rata-rata. Mereka harus segera tiba di rumah sakit yang telah dirujuk oleh Dr. Ferdy. Dia duduk sendirian di kabin depan mobil mewah itu. Sedangkan sang Bos dengan Rinay duduk di bangku dua. Rinay sangat kikuk saat berada di samping sang majikan. Apalagi sang Bos tak henti menatap ke arahnya. Tentu saja hendak menatap putra kesayangan yang saat ini berada di dalam dekapannya. Posisi kepala dan wajah sang putra tepat berada dan menempel di dadanya. Ya, di dada miliknya yang sedang montok-montoknya karena dia saat ini sedang hamil muda. Apalagi dia hanya menggunakan kaos putih yang agak ketat. Bukan karena sengaja memakai pakaian seperti itu, tetapi karena hanya itu yang paling layak yang dia punya saat ini. Bukan karena mesum, tak ada niat Aldo sedikitpun untuk sengaja menikmati pemandangan di sampingnya. Bahkan hingga detik ini, dia belum pernah menatap langsung wajah babysitter barunya itu. Dia hanya fokus memindai waj
Read more
Bab 20.  Tatiana  Siapanya Aldo
Dengan berat hati Rinay mengikuti sang perawat menuju pintu ruangan. Begitu sampai di luar, pintu langsung ditutup, dan sang perawat kembali masuk ke dalam. Rinay termangu di depan pintu, mencoba mencari celah untuk bisa mengintip ke dalam ruangan. Aldo yang duduk di sebuah bangku panjang tak jauh dari pintu ruangan itu, hanya menatapnya sekilas. Tak ada niat di hatinya untuk memanggil Rinay, agar ikut duduk di bangku itu, di dekatnya. Pikiran masih sangat kacau. “Nay,” panggil seseorang mengagetkan wanita itu. “Eh, Mas Heri, kaget saya.” Rinay menepuk nepuk dengan pelan dadanya, seolah hendak menenangkan pacu jantungnya yang tiba-tiba lebih cepat karena kaget. “Kamu mudah kaget juga rupanya, ya! Maaf,” tutur Hery merasa bersalah. “Yuk, ikut aku!” ajaknya kemudian. “Ke mana?” Rinay menautkan kedua alis lebatnya. “Diperintahkan Pak Aldo untuk membeli beberapa setel pakaian untukmu, karena kamu dia minta menunggui Den Deo di rumah sakit ini!” “Be beli baju?” sergah Rinay
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status