All Chapters of Bukan Istri Pemuas Nafsu: Chapter 31 - Chapter 40
66 Chapters
Bab 31. Tatiana Di Rumah Aldo
“Kamu baik-baik saja?” tanya Aldo saat Rinay sudah keluar dari toilet. Netranya memindai wajah wanita itu. “Saya baik, Pak. Maaf, saya sempat membuat masalah. Maaf juga karena saya telah lancang mengaku kalau saya adalah ….” Kalimat Rinay terjeda. Wajah pucatnya menunduk dalam. Ketakutan kembali mendera. Kedua mata sayunya menekuri lantai. “Kenapa kau mengaku sebagai calon istriku?” Aldo melanjutkan kalimat Rinay. “I-iya, saya lancang, Pak. Maaf!” Rinay terbata-bata. “Saya tidak bilang kamu lancang! Saya hanya bertanya, kenapa kau mengaku seperti itu?” Suara Aldo meninggi, dia memang typekal orang yang tak bisa bertele-tele. Emosinya bisa tersulut kalau disuruh berpikir apalagi menerka nerka. “Sa-saya terpaksa, Pak. Soalnya dia … dia … dia mau ngusir saya dari ruangan ini. Katanya saya enggak pantas. Jadi, saya nekat aja bilang kalau saya calon istri Bapak,” terang Rinay masih terbata-bata. “Lalu, kenapa dia mau menampar kamu?” cecar Aldo lagi makin membuat Rinay gugup. “Itu
Read more
Bab 32. Sengaja Menghindari Tatiana
“Ya, kenapa ada Tatiana? Heri, putar balik!” perintah Aldo mengagetkan Rinay dan sang supir. “Kenapa Pak Aldo seolah paham kalau aku tak ingin bertemu Tatiana?” batin Rinay bertanya-tanya. Namun, dia bersyukur, kali ini dia lepas lagi dari pergokan Tatiana. “Putar balik, ini, Pak?” tanya Heri, sang supir kebingungan. “Iya, putar balik!” Mobil itu segera berputar arah dengan pelan. Tatiana dan Reni yang sudah menyambut di teras depan melongo kebingungan. Tatiana bahkan langsung mengejar ke halaman. “Tunggu! Mas! Mas Aldo!” teriaknya seraya mengetuk-ngetuk jendela samping kanan, tepat di sebelah Aldo. Heri menginjak pedal rem. Mobil berhenti. Repleks Rinay menoleh ke samping kiri. Berharap Tatiana tak melihat wajahnya dengan jelas. “Kenapa kalian gak jadi turun, mau ke mana lagi, Mas?” tanya Tatiana, saat kaca jendela mobil diturunkn sedikit oleh Aldo. “Ada yang ketinggalan, maaf, kami buru buru! Heri, jalan!” jawab Aldo dan langsung memberi perintah kepda Heri. “Kenapa ka
Read more
Bab 33. Makam Maya Hilang
Mobil melaju perlahan, jalanan desa yang berlubang dan banyak air tergenang karena musim hujan, membuat Heri harus mengemudikan mobil dengan hati hati. “Eeeemmmh .…” Rinay menggeliat. Kedua matanya mengerjab. Mobil yang berguncang karena jalanan berlubang membuatnya terjaga. “Eh, aku ketiduran. Den Deo di mana?” tanyanya panik seraya menoleh ke samping. “Oh … dia sama Bapak? Maaf, saya benar-benar teledor, Pak,” ucapnya merasa bersalah. “Tidak apa-apa, kamu kurang tidur selama berjaga di rumah sakit!” Aldo menenangkan hatinya. “Sini Den Deonya, Pak!” kata Rinay meraih tubuh Deo kembali. “Tidak usah, biar saya gendong saja!” Rinay mengangguk. “Bentar lagi kita sampai di makam Mama. Setelah dari makam Mama, kita ke rumah nenek dan kakek. Pasti mereka senang sekali bertemu kamu.” Aldo berucap di dekat telinga Deo yang masih saja terlelap. Rinay menatap ayah dan anak itu dengan penuh haru. Seorang ayah yang membesarkan anaknya sendirian. Repleks dia merba perutnya. Terasa pe
Read more
Bab 34. Maya Hidup Lagi Atau Memang Masih Hidup
Racauan itu semakin meyakinkan Aldo. Itu ciri khas Maya bila sudah meracau kala mereka bersama. Dulu, saat Maya masih ada. Ini tidak benar. Aku sudah gila! Ini tidak benar. Ini hanya halusinasiku! Tidak ada Maya di dalam sana! Tidak mungkin ada! Aldo tiba-tiba berjalan cepat ke arah pintu masuk rumah, menggenggam handel pintu dengan kencang, lalu sekali sentak, dia dorong dengan kuat. Nanar, Aldo terbelalak kaget. Netranya menemukan pemandangan yang teramat menyakitkan di sofa panjang, di ruang tamu rumah panggung itu. Sepasang manusia tak berbusana sedang menyatu dengan begitu eratnya. Nuansa asmara membalut keduanya. “Maya …,” lirih Aldo menyebut nama itu. Lututnya tiba-tiba lemas, dia terduduk di lantai papan berlapis karpet rumah itu. “Mas!” Perempuan di sofa panjang repleks mendorong kasar dada pria yang masih menindihnya. Kaget, membuat pria pasangannya itu mematung tanpa tahu harus berbuat apa. Untung si perempuan masih memiliki kesadaran. Meski kaget setengah mati
Read more
Bab 35. Pengakuan Orang Tua Maya
“Nak Aldo?” Sebuah sepeda motor memasuki halaman. Sepasang suami istri berusia setengah baya langsung menghampiri. Mereka adalah orang tua Maya. Bu Siti dan Pak Kamil. “Nak Aldo, kami ditelepon oleh tetangga, katanya ada keributan di rumah ini. Ternyata Nak Aldo yang datang. Ya, Allah, ini cucuku, ya? Deo … sini, Sayang!” Bu Siti dan suaminya langsung memburu Deo. Aldo tak melarang saat kedua orang tua itu meraih Deo dari gendongan Rinay. Mereka memeluk dan menciumi kening dan pipi Deo dengan penuh kerinduan. Tetapi Deo langsung menjerit saat dipisahkan dari gendongan Rinay. Terpaksa mereka mengembalikan Deo lagi kepada Rinay. “Kamu pengasuhnya, ya?” tanya Bu Siti kepada Rinay. “Ben ….” “Tidak, dia adalah calon istriku, pengganti Maya!” potong Aldo memutus kalimat Rinay. Semua tersentak kaget mendengar pengakuan itu. Rinay juga terperanjat, namun dia tak berani membantah. Deo sibuk menenangkan Deo di dalam gendongannya. Heri sudah selesai membuat susu, dia berlari dari mob
Read more
Bab 36. Rahasia Kematian Maya
“Ibuku? Kenapa dengan Mama? Kenapa justru dia yang akan membusuk di penjara?” tanya Aldo dengan dahi berkernyit. Pria itu juga langsung membalikkan badan. Kedua netranya menatap tajam Bu Siti dan suaminya bergantian.“Ya, karena dia adalah otak semua ini.” Bu Siti menjawab ketus.“Mama? Mama adalah otak semua ini?” tanya Aldo tak percaya.“Ya. Ibumu mengancam kalau Deo akan dia lenyapkan kalau Maya tidak mau mengikuti perintahnya. Pikir olehmu, Aldo! Ibu mana yang akan tega anaknya terancam dalam bahaya? Maya berada dalam dilema. Pergi dari kehidupanmu tapi anaknya selamat, atau tetap berada di sisimu tetapi dia harus kehilangan anak,” papar Bu Siti panjang lebar.Aldo tercekat. Tatapannya kini tertuju kepada Maya. Wanita itu menunduk, menekuri tanah halaman rumah panggung itu. Air bening mulai menetes di pipi putih bak pualam. Sedunya terdengar halus.“Sabar, Sayang!” hibur Agam mengusap bahunya penuh kasih sayang.“Aku tak percaya ini,” gumam Aldo menggeleng lemah.“Kami tidak me
Read more
Bb 37. Permohonan Maya Untuk Anaknya
“Tidak! Jangan pernah kau sentuh anakku! Deo anakku, bukan anakmu! Camkan itu!” Aldo berkata kasar.“Mas, aku minta maaf! Aku sangat sayang sama Deo, Mas. Aku melakukan ini karena sayangku pada dia. Aku rela menderita menahan beban rindu demi keselamatannya.” Maya memohon.“Bohong! Kau bohong! Kau pikir aku percaya dengan cerita murahan ini, hah?”“Ini benar, Mas! Mama mengancamku, dia akan mencapur racun ke dalam susu formula Deo di dalam dotnya kalau aku tidak menuruti perintahnya. Aku tidak mau anak kita kenapa napa, Mas. Itu sebab aku menurutinya.”“Kenapa tidak kau katakan padaku? Kenapa kau iyakan saja permintaan ibuku, tanpa merundingkannya denganku!?”“Karena Mama megancam, Mas! Aku harus mengiyakannya menit itu juga. Dia tak mau menunggu meski hanya seperempat menit. Aku terpaksa menurut, Mas.”“Lalu kau pergi dari rumah dengan mobilmu? Begitu? Lalu, tiba-tiba datang kabar padaku bahwa kau kecelakaan? Mobilmu remuk jatuh ke dalam jurang yang begitu dalam. Begitu sampai d
Read more
Bab 38. Maya Menyusul Ke Rumah Aldo
****Security yang berjaga di rumah Aldo segera membukakan pintu gerbang. Ferari hitam itu memasuki halaman rumah. Aldo segera turun, saat mobil sudah berhenti dengan sempurna di car port rumah megah itu.“Langsung naik ke lantai atas! Mulai sekarang kamu tidur di kamar Deo!” perintahnya sambil membukakan pintu mobil buat Rinay.“Baik, Pak,” sahut Rinay patuh, lalu mengikuti langkah Aldo menuju teras. Reni, ibunda Aldo sudah menunggu di sana. Sempat Rinay merasa gelisah, khawatir Tatiana masih ada di sana. Wanita itu mengedarkan pandangan, menarik napas lega karena istri sah suaminya itu ternyata sudah tak ada. Reni hanya sendiri di sana. Dua orang ART yang menyusul, mereka setengah berlari mneyambut kepulangan sang putra majikan.“Kalian ke mana saja, sih? Katanya ada yang tertinggal. Kenapa lama sekali kalau hanya unutk mengambil barang yang tertinggal?” sambut Reni begitu mereka menginjakkan kaki di lantai teras.Aldo tak menjawab, wajah tegangnya kian menghitam menahan emosi yan
Read more
Bab 39. Aldo Mengusir Halus Sang Bunda
“Ya, ini aku, Maya. Maaf, Mas Aldo. Aku nekat datang ke sini karena biar bagaimanapun rahasia besar ini sudah terbongkar. Tak ada gunanya ditutupi lagi.” Perempuan yang berambut ikal sebahu melangkah gontai memasuki ruang keluarga. Wajah kusam serta pakaian penuh debu jalanan melekat di tubuhnya.“Sama siapa kamu ke sini? Kau diantar oleh pasangan mesummu itu?” Aldo mengernyitkan dahi dengan kencang. Matanya liar mencari sosok Agam ke arah depan.“Aku sendirian, Mas. Aku sudah memutuskan hubungan dengan Mas Agam. Dia bukan siapa-siapaku lagi,” kata Maya tegas. Kini dia sudah berdiir tepat di hadapan Reni dan Aldo.“Kamu, Maya? Tidak mungkin! Ini bukan Maya! Kamu bukan, Maya, kan? Tidak ush ngaku-ngaku!” Reni bangkit dari duduknya, langsung mencengkram kuat lengan wanita itu. “Pergi dari sini! Jangan ganggu rumah anakku!” katanya seraya menarik paksa lengan Maya keluar dari ruangan itu.“Aku Maya, Mama! Mama juga tahu, kalau aku ini beneran Maya! Sudahlah, rahasia ini sudah terbon
Read more
Bab 40. Karena Kau Sudah Tidur Dengannya, Maya
“Mama tidak akan meninggalkanmu, Aldo! Kau anak laki-laki mama satu-satunya! Biarkan mama tetap tinggal di sini, Nak!” Reni memelas.“Maaf, Ma! Beri aku waktu untuk berpikir. Ini terlalu sulit untuk aku percaya! Tolong, sementara jangan dulu menunjukan wajah Mama di depanku. Bukan maksudku mau durhaka. Tapi, aku sudah terlanjur sangat kecewa.” Aldo memalingkan wajahnya.“Aldo .… Tolong jangan usir Mama! Mama sayang sama kamu, Nak! Semua yang mama lakukan ini untuk kebaikan kamu!” Reni kembali memohon.“Bawa dia pergi!” titah Aldo tegas.“Kita berangkat, Bu!” Anggota Aldo menarik tangan wanita itu dengan paksa.“Semua ini gara-gara kamu, Maya! Kenapa kaum balik ke sini lagi! Aku sudah membayar mahal kepada orang tuamu! Bapakmu sudah aku belikan kebun sawit selebar sepuluh hektar di kampung sana! Kurang apa lagi, hah! Kenapa kalian tidak bisa menjaga rahasia ini! Kau kembali ke sini, untuk apa, Maya! Kau mau kembali menjaid istri Aldo, iya? Dengar, sampai kapanpun, aku tak akan pernah
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status