All Chapters of Bukan Istri Pemuas Nafsu: Chapter 51 - Chapter 60
66 Chapters
Bab 51. Rinay Minta Pulang Demi Deo
“Kenapa? Apa kata Bik Yuni? Pasti Maya yang memaksanya menelpon kamu, kan?” tuduh Aldo langsung curiga.“Bukan sepertinya, Pak. Kata Bik Yuni Den Aldo nangis gak berenti berenti.” Rinay yang masih begitu lemah terlihat tegang.“Deo? Deo menangis saja?” sergah Aldo ikut tegang.“Ba-baik, Bik! Aku segera pulang. Tolong tenangkan dulu Den Deonya, ya!” kata Rinay menutup telepon. Itu mengejutkan Aldo.“Ada tiga perempuan di rumah, tapi tak ada yang bisa menenangkan Deo?” sesalnya memukul kasur bankar.“Saya mau pulang! Tolong panggilkan perawat untuk melepas jarum infus ini! Tolong panggilkan, Pak!” kata Rinay memohon.“Apa? Kamu tidak dengar tadi aku biilang apa? Habiskan dulu satu botol infus ini, baru kau boleh pulang!” Suara Aldo meninggi. Kekesalannya kepada orang yang menjaga Deo di rumah, tak sadar dia limpahkan kepada Rinay.“Saya sudah kuat, Pak! Den Aldo bru saja keluar dari rumah sakit. Saya enggak mau di kenapa-napa! Tolong panggilin perawat, atau aku tairk paksa aja jarum inf
Read more
Bab 52. Rinay Memilih Ikut Aldo, Bukan Bagas
“Apa yang terjadi sebenarnya? Kenapa kamu sampai pingsan tadi, Sayang?” Bagas tak perduli dengan keberadaan Aldo, dia langsung saja menerobos masuk dan mendekati bangkar.“Berhenti memanggilku ‘Sayang’! Kita bukan siapa-siapa! Jangan ganggu aku lagi!” Rinay berkata dengan tegas. Aldo masih berdiri kaku di dekat pintu. Tangannya merogoh intercom di saku celana.“Di mana kalian? Kenapa bajingan ini bisa masuk ke ruangan Rinay?!” bentaknya emosi lalu segera mengembalikan benda itu lagi ke dalam saku. Dia tatap tajam Bagas yang sedang berusaha meraih tangan Rinay.“Nay, jangan begini! Kamu itu masih istri aku! Berapa kali lagi harus aku katakan, Nay!” Bagas meraih telapak tangan Rinay. Segera wanita itu menepisnya. Namun, Bagas tetap memaksa. Gerakan Rinay yang terbatas membuat Bagas berhasil meraih dan menggenggam tangannya dengan erat.“Lepaskan, Mas! Jangan sentuh aku!” bentak Rinay menolak. Namun, Bagas dengan kencang mencengkramnya.“Hey! Lepaskan! Berapa kali lagi kubilang janga
Read more
Bab 53. Talak Dari Bagas Untuk Rinay  
“Apa maksudmu Rinay masih hamil?” tanya Aldo heran. Pria itu mengernyitkan keningnya dengan kencang.“Rinay! Jawab dengan jujur, aku mau mendengar dari mulutu! Bagaimana bisa kau masih hamil, Nay?!” Bagas mengguncang bahu Rinay diiringi tatapan tajam.“Sakit, Mas!” sergah Rinay meringis.“Jadi kau sebenranya sudah tahu kalau dia hamil? Dan kau bertanya kenapa dia masih hamil? Maksudmu apa?” Aldo melepas cengkraman tangan Bagas di bahu Rinya.“Pak Aldo, saya masih menghormati Anda sebagai mitra bisnis perusahaan mertua saya yang paling kompeten. Tolong jangan pancing saya bersikap kurang ajar! Ini urusan saya dengan istri saya, tolong jangan ikut campur!,” bentak Bagas.“Rinya, bicaralah! Apa maksud kalimat laki-laki tengik ini?” Aldo tak menghiraukan perkatan Bagas.“Bukan urusan kamu, bangsat!” Bagas mendorong bahu Aldo. Keributan kembali terjadi. Kedua laki-laki itu saling pukul, saling tendang. Mereka bergumul di lantai ruangan.Dua orang perawat yang mendengar dari meja jaga d
Read more
Bab 54. Deo Di Pangkuan Rinay
“Hati-hati jalannya! Aku tak mungkin menuntunmu, kau harus bisa jalan sendiri!” kata Aldo begitu mereka tiba di rumah.“Baik, Pak,” sahut Rinay pelan. Pelan dia turunkan kaki kirinya, berpegangan [ada daun pintu mobil, dia turunkan lagi kaki kanannya. “Auuw!” ringisnya bersender ke dinding mobil. Jemarinya memijit kening.“Kau kenapa? Aku sudah bilang hati-hati, bukan?” sergah Aldo spontan. Tangannya terjulur hendak memegangi bahu Rinay.“Tidak usah, Pak! Saya bisa jalan sendiri! Saya hanya pusing sedikit!” tolak Rinay cepat.“Hem, bagus! Aku akan panggilkan Ningrum untuk membantumu masuk! Tunggu di sini!” titah Aldo menarik tangannya kembali. Pria itu buru-buru berjalan masuk. Namun, belum juga sampai di ruamg tamu, sudah terdengar suara tangis Deo yang mengoar.Setengah berlari pria itu menapaki anak tangga menuju ke lantai dua. Dia lalu bergegas menuju kamar putranya.“Deo!” panggilnya menyerbu masuk ke dalam kamar.“Kamu sudah pulang, Mas?” Maya menyambutnya dengan wajah pani
Read more
Bab 55. Maya Mengusir Rinay
“Apa yang Ibu lakukan, aaauw … perut saya sakit, Bu!” rintih Rinay terpaksa mengikuti langkah kaki Maya. Sang istri majikan menyeretnya dengan paksa menuju gerbang.“Kau perempuan kampung! Beraninya kau mencuri perhatian suamiku! Beraninya kau membuat putraku terikat padamu! Apa yang sudah kau lakukan untuk mempengaruhi otak mereka, hah? Pelet dari kampungmu, iya? Atau guna-guna warisan bapakmu? Aku tahu, perempuan kampung sepertimu andalannya pasti itu! Kau mau jadi isrti orang kaya di kota, iyakan? Enggak bisa! Pergi kau dri rumahku sekarang juga!” makian, hinaan, dan tuduhan Maya meluncur dengan begitu derasnya.“Sakit perut saya, Bu! Tolong lepasin …!” Rinay memohon sembari memegangi perut.“Gak usah akting! Mas Aldo memnag bisa kau tipu dengan drama murahn kamu itu! Tapi aku tidak! Aku tau bukan pertumu yang sakit, wowokmu itu yang gatal minta disedot oleh suamiku, kan? Jangan harap! Pergi kau dari rumahku!” pungkas Maya semakin kencang menyeret tubuh Rinay.“Maaf, Bu Maya! To
Read more
Bab 56. Obat Tidur Dalam Minuman  
“Jangan menangis! Air matamu jauh lebih berharga dari pada laki-laki tak bertanggung jawab itu!” kata Aldo seraya menyeka butiran bening yang menggelincir di pipi mulus nan lembut milik Rinay. Wajah bersih tanpa polesan bedak itu terlihat sangat cantik di matanya.“Maaf, Pak!” lirih Rinay gugup. Dia geser wajahnya dari sentuhan tangan Aldo. Dia tepis halus sentuhan sang majikan di pipinya. Sontak Aldo tersadar. pria itu langsung menegakkan tubuh.“Kenapa kamu masih menangisi pria bangsat itu? Tidak bisakah kau melupakannya?” tanyanya sedikit ketus. Kelembutan yang dia tunjukkan barusan hilang seketika.“Saya-saya, bahkan tak ingat dia sama sekali, Pak,” jawab Rinay masih gugup.“Lalu, kenapa kau masih menangis?” ketus Aldo dengan wajah ketat. Betapa dia merasa malu karena sempat terbawa perasaan. Pria itu sangat menyesal telah begitu lancang menyentuh pipi sang pengasuh. Harga dirinya serasa terkoyak kala Rinay menepis halus sentuhannya.“Kau tak ingat suamimu?”“Tidak, dan maaf
Read more
Bab 57. Maya Di Kamar Aldo 
“Sudah, ini sudah tanak. Ning, taruh buburnya di mangkuk, lalu antar ke kamar Den Deo! Suruh si Rinay makan yang banyak! Biar cepat kuat. Aku akan mengantar susu kepada Bapak!” titah Bi Yuni kepada Ningrum. “Baik, Bik!” jawab ART yunior itu patuh. Bik Yuni kembali ke meja makan. Meletakkan segelas susu panas dia atas nampan kecil, lalu mengantarkannya ke kamar utama di lantai atas. Maya memperhatikan semua gerak geriknya dari ruang tengah. Wanita itu tengah berpura-pura menonton saluran televisi di sana. “Ibu, mau saya buatkan minum juga?” tanya Bik Yuni saat melintasinya. Wanita empat puluh tahun itu masih tetap hormat kepada sang Nyonya Majikan. “Enggak usah, Bik. Nanti kalau aku mau, aku bisa buat sendiri,” sahut Maya, tatapannya tetap fokus ke layar tv. “Baik, Bu. Saya naik dulu.” “Hem.” Maya berdebar. Semakin jauh langkah Bik Yuni, dadanya makin kuat berdebar. Dia harus menyiapkan diri sekarang. Sesaat lagi, rencananya akan dia jalankan. * “Ini susunya, PaK,” ucap Bik
Read more
Bab 58. Aldo Tanpa Sehelai Benang
“Nay, kenapa kamu turun? Udah selesai makannya?” Bik Yuni terkejut saat Rinay berjlan lemas ke arah dapur. Bik Yuni tengah membersihkan bekas memask bubur untuk Rinay tadi. Sementara Ningrum sudah masuk ke kamarnya.“Anu, Bik! Saya belum selesai makan sebenarnya. Baru juga beberapa sendok. Tapi, Bu Maya mengusir saya lagi.” Rinay menghenyakkan bokong di kursi kecil di dekat meja kompor.“Bu Maya? Dia naik lagi ke lantai atas?” Bik Yuni mengernyitkan dahinya dengan kencang.Bik Yuni tak habis pikir, kenapa sang Nyonya sebegitu bencinya kepada Rinay. Rinay salah apa, coba? Cemburu? Bukankah harusnya dia lebih cemburu kepada Ningrum? Jelas-jelas Ningrum masih gadis. Kenapa dia malah cemburu kepada Rinay?“Iya, Bik. Saya diusir. Saya tidak boleh tidur di kamar Den Deo. Bagaimana ini, ya? Bagaimana kalau tiba-tiba Den deo terbangun dan nyariin saya? Den Deo bisa mengamuk lagi. Pak Aldo bisa marah. Saya khawatir sekali, Bik.” Rinay meremas jari jemarinya sendiri. Mata cantik yang biasa b
Read more
Bab 59. Rinay Diamuk  Keluarga Maya
“Kamu …!” Aldo berdiri kaku melihat Maya di kamar utama. Netranya membulat sempurna. Sedikitpun tak percaya dengan pemandangan di depan matanya. Tangannya meraba di kening, memijit dengan kencang. Sakit karena kantuk belum hilaang dengan sempurna. Sakit karena hasrat sempat melanda, namun tak tuntas pelampiasannya.“Mas, masuklah! Kenapa mematung di situ? Deo sudah tak bersuara, kan? Dia sudah tenang. Kita lanjutkan permainan, ya? Msih tanggung yang tadi,” sambut Maya seraya mengukir senyum di bibirnya. Perempuan yang belum tak berbusana itu, masih menunggunya.“Kau …!” Aldo tercekat. Dia telan saliva dengan susah payah. Sedikitpun dia tak percaya apa yang Maya perbuat.“Sayang, masuk … sini!” kata Maya datang mendekat. Tubuh polosnya melangkah anggun di depan Aldo. Tubuh yang dulu sangat dikagumi oleh pria itu. Yang dia impi dan rindui setiap detik. Ciptakan dahaga namun tak pernah ada puas-puasnya. Bahkan teramat sering dia sengaja pulang dari kantor hanya untuk mengobati daha
Read more
Bab 60. Talak Tiga Untuk Maya
“Permisi, Pak, maaf, Bapak udah bangun kah?” ulang Rinay mengetuk pintu dengan lebih keras. Dadanya berdebaran, menanti reaksi dari sang majikan. Dia juga mencoba menajamkan pendengaran, berharap ada gerakan dari dalam yang mendekat ke arah pintu kamar.“Hem, sepertinya Pak Aldo masih lelap banget, Nay! Bagaimana ini, ya, tamu dari kampung itu sudah tak sabar.“ Bik Yuni makin gelisah.“Lalu, aku harus bagaimana, Bik? Kalau aku turun, aku takut mereka mengeroyok aku. Kalau aku enggak hamil, aku enggak takut. Tapi, kalau hamil begini, aku takut mereka menyakiti perutku.” Rinay tak kalah.“Eh, ini orangnya, Paman! Ini yang sudah merusak rumah tanggaku, Seret dia keluar dari rumah ini, Paman!”Rinay dan Bik Yuni terperanjat kaget. Maya tiba-tiba sudah berdiri di ujung tangga. Tiga orang pria dewasa mendampinginya. Mereka menatap Rinay penuh kebencian dan amarah yang berkobar.“Seret PELAKOR itu Paman! Campakkan saja ke bawah tangga itu!” perintah Maya menunjuk Rinay.Ketiga pria i
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status