Semua Bab SYUKURAN PERNIKAHAN SUAMIKU: Bab 11 - Bab 20
71 Bab
Bab 11
BAB 11 "Kamu kan tahu, Sayang. Aku lagi sakit, nanti kalau sudah sembuh pasti aku belikan!" "Iya, Lia ngerti kok. Ini diminum dulu, Mas. Air putihnya. Mas harus banyak-banyak minum. Biar cepet sembuh!" Segera aku minum air putih yang sudah dibawakan Lia hingga tandas tak tersisa."Tapi kan, Mas. Jaman sekarang kita gak perlu pergi, cukup dirumah barang bisa datang sendiri. Kita beli secara online? Gimana? Kalau Mas kontrol ke rumah sakit butuh motor. Lia periksa ke dokter juga pake motor. Motor itu penting! Tapi kalau motor model begituan, Lia gak bisa, Mas. Kita beli motor sekarang ya, Mas?" Lia mengerlingkan matanya entah kenapa menolaknya aku tak bisa. Aku hanya bisa mengiyakan semua permintaan Lia. Istri tercantik ku yang kini bersamaku.*******POV BelaAku segera masuk kedalam rumah. Menyelesaikan pekerjaanku membungkus jus dan lainnya."Itu tadi bukannya mertua kamu ya, Bel?""Eh, Emak. Ngagetin Bela aja. Iya, Mak. Tapi Bela usir. Bela gak mau balik lagi! Katanya Mas Imam kec
Baca selengkapnya
Bab 12
Bab 12"Bela baru saja mengantar dagangan ke warung, Mak." Ada keraguan untuk melanjutkan ucapanku. Namun Emak memperhatikanku dengan serius. Wanita tua itu adalah malaikatku. Bagaimana bisa aku tak jujur dengannya? Memendam sakit itu sendiri rasanya sangat luar biasa."Ada apa?""Bela takut, Mak!""Kamu takut apa khawatir? Ada Allah. Kamu berserah diri sama Allah. Dia maha segala-galanya. Dialah yang memberi kita cobaan, tanyakan pada-NYA bagaimana mengatasinya?" Emak mengusap rambutku dengan lembut. Bulir-bulir air bening pun berdesakan ingin keluar. Sedangkan tanganku masih sibuk menyatukan piring kotor yang hendak dicuci."Semua tetangga membicarakan Bela, Mak. Status Bela saja masih diproses belum juga jadi janda. Bela khawatir banyak fitnah nantinya!"Emak mengulas senyum. Wanita itu memang bisa diandalkan. Semua beban ku bagi dengannya."Kamu takut jadi omongan orang? Kamu takut jadi janda? Terus kalau kamu jadi istri Imam lagi, kamu mau berbagi suami? Kamu mau disakiti lagi?"
Baca selengkapnya
Bab 13
Bab 13 bimbangAku membalas sapaan Mbak Arumi tak kalah ramah. Dia menyuruhku memanggil Mbak. Katanya agar lebih dekat saja ujarnya. Mbak Arumi duduk berdampingan dengan Mas Arya. Entah mengapa melihat keharmonisan rumah tangga mereka rasanya aku iri. Kenapa tak kudapati dengan rumah tangga yang aku bina selama ini? Mas Imam berubah setelah aku mengatakan diriku mandul. Apakah ada yang salah? Padahal semua orang sudah mempunyai jalan hidupnya sendiri-sendiri. Tapi apakah hanya sedalam itu dia mencintaiku?Aku mengambil napas dalam-dalam lalu membuangnya perlahan. Entah mengapa nama Mas Imam masih saja hinggap di pikiranku. Padahal jika aku mau bisa saja aku kesana dan menanyakan keadaannya. Tapi tak kulakukan. Nia menyenggol lenganku. Hingga membuyarkan lamunanku."Mikirin apa sih, Bela?" tanya Mbak Arumi. Reflek aku hanya tersenyum sambil membenahi rambut yang ternyata sudah tertutup dengan jilbab.Tidak mungkin jika aku menjawab sedang memikirkan calon mantan suami. Ah, membayangk
Baca selengkapnya
Bab 14
Bab 14 kedatangan RatnaAku menghela napas panjang. Meskipun bapak tidak melanjutkan ucapannya. Tapi aku mengerti akan seperti apa pada akhirnya.Aku terdiam sejenak. Menyatukan kata agar terdengar tidak egois."Bela, masuk dulu! Biar nanti Bela nyari solusi gimana baiknya. Masalah pengacara, biar nanti saya bicarakan dengan Nia dan Mas Arya. Mereka lebih tahu!"Emak mengusap punggungku dengan lembut lalu mengangguk. Keluargaku sedang tidak baik-baik saja. Ada banyak uang yang kami butuhkan. Ah, andai waktu bisa kuputar kembali. Sudahlah, tak baik jika terus merutuki jalan takdir yang sudah diberikan Allah. Aku beranjak dari tempat duduk. Berjalan gontai menuju kamar. Kujatuhkan bobot tubuhku diatas kasur. Sedangkan tas masih dalam dekapan.Aku meraih ponsel yang berada di dalamnya. Keningku mengkerut tak percaya melihat beberapa pesan di aplikasi berwarna hijau."Ibu? Ngapain ibu kirim pesan sama aku?" Banyak pertanyaan yang muncul begitu saja dalam pikiranku. Segera aku buka pesan
Baca selengkapnya
Bab 15
Bab 15Apakah aku tidak salah dengar? Wanita itu tanpa malu meminta ku kembali kerumah yang seperti neraka. Tak ada raut wajah bersalah atau sekedar meminta maaf. Tapi rasanya sulit sifat manusia itu berubah dengan cepat. Melihatnya saja, aku sudah bisa menebak. Dia dijadikan menantunya pembantu di rumah anak sendiri. Sehingga mencoba memintaku kembali agar semua tugas aku yang mengerjakan. Ow, tentu tidak akan pernah terjadi. Aku bersumpah untuk itu."Anda bicara seperti itu tidak mempunyai hati apa? Anda tidak mempunyai malu dengan kami? Meminta maaf kepada kami saja tidak anda lakukan. Dan sekarang tanpa malu meminta anak saya pulang?! Jangan pernah berharap itu terjadi. ku, Ibu yang sudah melahirkannya. Akan menjadi orang pertama yang menolak Bela rujuk dengan Imam. Dengar itu baik-baik!" Emak menahan amarah. Terlihat dari tangannya yang mengepal. Rahangnya pun mengeras, wajah yang tadi teduh berubah menjadi merah padam."Sabar, Mak!" Bapak mencoba menenangkan wanita yang duduk
Baca selengkapnya
Bab 16
Bab 16"Motor kamu baru, Mam? Bukannya kamu habis kena musibah? Kok sudah bisa beli motor?" tanya Pakde Hamdani. "Memang kenapa, Pakde. Toh, aku juga beli motor pake uang sendiri, gak minta sama Pakde. Ngapain situ sewot?!""Pakde gak sewot. Pakde cuma nanya. Kamu kok udah beli motor baru? Padahal baru aja kena musibah kecelakaan. Syukur deh, berarti punya duit banyak! Terus Bela istri kamu, kamu kasih nafkah enggak?""Bela? He, Pakde. Dia itu minta cerai terus sekarang juga sudah diproses di pengadilan dia yang mengurus semuanya jadi buat apa aku ngasih dia nafkah? Toh sebentar lagi kita resmi bercerai. Buang-buang duit aja. Buat sesuatu yang gak penting!""Astagfirullahaladzim, kamu kok bicaranya seperti itu sih, Mam? Kamu ngerti agama tapi kok kelakuan begitu?! Heran, Pakde sama kamu!""Dah ah, Imam pergi dulu! Pusing dengerin omongan Pakde yang gak jelas itu!" Aku sengaja pergi untuk menghindari Omelan Pakde yang pasti akan menuju satu nama yakni Bela. Jika itu mengenai dia aku a
Baca selengkapnya
Bab 17
BAB 17[Memangnya Mbak Arumi dimana?] Balasku berbohong. Seakan tadi aku tidak melihat mereka, mustahil.[Apakah kau berniat menghindari Mas Arya juga?] Membaca pesan dari Mbak Arumi keningku mengkerut. Sejenak berfikir apa yang harus aku jawab? Apakah permintaan menikah dengan Mas Arya itu juga keinginan dari lelaki itu? Padahal mereka sudah dikarunia seorang putra. Aku kembali memasukan ponsel ke dalam tas. Pikiranku sudah tidak bisa merangkai kata untuk menjawab pertanyaan Mbak Arumi.Aku membiarkan Mbak Arumi menerka-nerka sendiri jawabanku. Sebagai seorang wanita dia pasti paham. Aku yang masih status istri orang. Sedangkan putusan pengadilan juga belum diumumkan. Apakah pantas sudah merencanakan suatu pernikahan? Ah, memikirkan masalah keluarga ku saja menyita banyak waktu. Apalagi harus mengurusi suatu hal yang menurutku diluar nalar. Tak aku hiraukan lagi Mbak Arumi, mungkin itu hanya sebuah lelucon baginya.****Seperti biasa Emak dan juga Bapak pergi ke ladang selepas subu
Baca selengkapnya
Bab 18
Bab 18"Apakabar, Bel?" sapa Mbak Arumi yang langsung menghamburkan pelukannya. Akupun dengan reaksi spontan menerima pelukan Mbak Arumi dengan mengeratkan pelukan."Baik, Mbak. Alhamdulilah." Pikiranku tidak sinkron hingga menanyakan kabar sebaliknya pun enggan ku lakukan. Berbagai pertanyaan hinggap di ot*kku kenapa mereka bisa kemari?"Sidang putusan sebentar lagi turun, Bel.""Terus?""Kok terus sih, Nduk? Ya, berterima kasih no sama Nak Arya. Yang sudah bersedia membantu selama ini! Kamu kok jadi kayak orang bingung gitu tho?""Ow, Iya. Mak, maaf!" Aku menggaruk tengkuk leher yang sebenarnya tidak gatal. Meskipun sudah tertutupi jilbab instan.*****POV Ibu RatnaAku berjalan tergopoh-gopoh menuju warung. Hari ini Imam memberiku uang dua ratus ribu. Dia menyuruhku membeli pulsa listrik sisanya digunakan untuk membeli sayur dan kebutuhan lain. Perut Lia semakin hari semakin membesar alasan yang selalu digunakan jika aku menyuruhnya membantu mengerjakan pekerjaan rumah. Awalnya si
Baca selengkapnya
Bab 19
Bab 19Wah …." Aku membelalak, melihat isi dalam kardus yang lumayan besar itu. Ada pakaian bayi lengkap dari sepatu hingga topi untuk si baby."Baik banget, Bela." Sengaja aku menekankan kata baik. Agar Lia tahu dia tak sebaik Bela. Lia langsung mengalihkan pandangannya ke arahku. Tatapannya tajam. Imam pun tak kalah heran. Mengapa Bela mau memberi mereka hadiah, padahal Imam tau betul bahwa Bela sangat marah mengenai Lia. "Ini apa?" Imam menarik sesuatu yang berada paling bawah. Seperti lembaran foto. Dibaliknya dengan perlahan hingga semua orang yang ada di tempat itu terkejut melihat sosok yang berada di dalam foto, sedang bergandengan tangan dengan seorang pria yang terlihat sangat mesra. "Ini apa maksudnya?!" Imam murka. Tangannya seketika mengepal. Rahangnya mengeras. Ketika menatap lembaran demi lembaran foto yang ia bawa."Lia gak tahu, Mas. Sumpah!""Kalau kamu gak tahu terus ini apa?" Dibuangnya foto itu langsung didepan wajah Lia. Lia memalingkan wajahnya lalu memungut l
Baca selengkapnya
Bab 20
BAB 20"Lho kok gitu, Om? Bukannya kita sudah sepakat ya. Kalau hutang itu dibayar perbulan." Aku terheran-heran mendengar permintaan lelaki ini. "Eh, Bela. Kamu ini dikasih keringanan malah ngelunjak. Dulu aku sudah peringatkan kamu ya! Hutang bapakmu itu akan lunas jika kamu rujuk dengan Imam. Eh, malah kamu tetep ingin cerai. Sekarang mana uangnya?""Belum ada, Om. Besok kalau Bela sudah gajian pasti Bela lunasi!""Om gak mau tahu. Pokoknya kembalikan uang Om sekarang!""Sabar, Pak sabar. Semua bisa diselesaikan baik-baik! Berapa hutang Bela yang belum terbayar?" tanya Mbak Arumi dengan nada biasa saja."Empat juta! Kenapa? Kamu mau bayar?"Mbak Arumi menghela napas panjang lalu meraih dompet yang tersimpan dalam tas."Mbak." Aku menggeleng tanda menolak pertolongan Mbak Arumi. Mbak Arumi pun berhenti dari aktivitasnya lalu menatapku."Eh, Bela. Gak usah sombong kamu! Gak mau dibantu segala. Memangnya kamu punya uang?!""Tu dengar, memangnya jika kamu tidak mau aku bantu, kamu ada
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
8
DMCA.com Protection Status