All Chapters of SYUKURAN PERNIKAHAN SUAMIKU: Chapter 31 - Chapter 40
71 Chapters
Bab 31
Anton sakit"Orang tuanya Nak Pandu datang dari kota tadi subuh!""Ow, itu. Bela sudah tahu, Mak. Adit yang bilang." Adit dan juga Aziz sekarang menjadi teman karib. Semenjak kasus pemukulan itu. Mereka tampaknya menjalin persahabatan. "Tapi Bapaknya Pandu pulang karena sakit."Mendengar ucapan Emak seketika aku terkejut. Kalau soal sakit aku benar-benar tidak tahu. Yang Adit katakan tempo hari hanya mereka akan datang, itu saja."Sakit? Sakit apa, Mak?""Emak gak tahu. Ada yang bilang sakit jantung, tapi benar atau tidaknya Emak gak tahu. Ow ya, Bel. Bukannya kamu dekat dengan Pandu?""Ya enggak deket-deket amat sih, Mak." Aku salah tingkah mendengar pertanyaan Emak. Sosok Pandu memang spesial apalagi jika dia tersenyum. Ah, rasanya aku ingin sekali menyimpan senyumannya itu. Jadi malu sendiri, kalau Emak tidak ada hadapanku mungkin aku sudah cengar-cengir sendiri membayangkan senyuman itu.Astagfirullahaladzim."Bela,""Eh, ya Mak?" "Malah ngelamun, mikirin apa?""Bukan apa-apa."
Read more
Bab 32
BAB 32POV authorBela menarik napas dalam-dalam. Masih jelas teringat di kepalanya tentang ucapan Nia kala itu. Dia harus bersikap tenang dan juga harus mampu mengontrol emosi saat bertemu dengan Imam. Akan dia tunjukan padanya bahwa keadaannya baik-baik saja tanpa Imam."Ada perlu apa ya?" Bela bertanya dengan mengulas senyum."Eh, Mas. Hati-hati sama dia, nanti dia bikin ulah, berusaha memisahkan kita lagi! Licik, Mas. Perempuan Ini!" Lia datang menghampiri suaminya. Berkacang pinggang meski perutnya sudah besar. Ah, wanita itu seharusnya menjaga sikap dan ucapan.Bela tampak tak mengindahkan ucapan wanita yang bergelayut manja di lengan kekar Imam."Aku hanya mengembalikan semua barang yang tertinggal dirumah." Imam menyerahkan paper bag lumayan besar yang berisi barang-barang mantan istri. Imam menatap lekat sang mantan. Pikirannya berkecamuk seperti terselip rindu pada wanita yang kini sudah tidak memiliki ikatan itu. Bela tampak lebih tenang dan juga lebih segar. Tubuhnya tak
Read more
Bab 33
BAB 33Tari jelas terlihat tidak suka dengan sikap suaminya itu, Anton. Yang sering meminta Pandu menikahi anak dari teman sesama bisnis. Tari tidak suka jika suaminya itu terlalu ikut campur dengan masa depan putra bungsunya itu. Bagaimanapun Pandulah yang akan menjalani sisa umurnya bersama istrinya. Jadi Tari berfikir dia pantas mencari wanita yang benar-benar dicintai. Tari tidak ingin Pandu menikahi seseorang karena terpaksa."Papa itu milihin istri dilihat dari bobot, bebet dan juga bibitnya, Ma. Papa itu pilihannya gak kaleng-kaleng!" "Kenapa gak wafer-wafer aja? Kan enak dimakan." Anton yang mendengar ucapan Tari lantas memeluknya dan menghujani istrinya itu dengan ciuman mesra di pipi. Sedangkan Pandu yang melihatnya hanya bisa tersenyum. Melihat kedua orang tuanya nampak rukun meski kadang berselisih paham.***Bela meletakan rantang yang tadi dia bawa dari rumah Pandu. Menggantinya ke piring lalu meletakkannya di atas meja yang ditutupi tudung saji. Rona wajahnya berseri
Read more
Bab 34
BAB 34"Maksud Mas Arya apa?" Bela menanyakan kembali maksud lelaki yang ada di depannya saat ini. Jelas saja apa yang diucapkannya tak bisa dicerna oleh Bela begitu saja. Meskipun sangat lah tidak mungkin jika Bela tidak mengerti. Hanya memastikan saja."Ya, saya bercerai dengan Arumi!""Kenapa?" "Tenang, bukan karena kamu kok. Memang itu murni karena saya sudah muak menjadi suami yang tidak pernah dihargai!""Bagaimana dengan Cleo?""Dia bersama ibunya! Dan saya sekarang bukan seorang pengacara lagi!" Kali ini Arya menunduk dan juga memainkan sendok yang ada didalam gelas minuman yang ada di depannya.Sepertinya meninggalkan pekerjaan yang selama ini membesarkan namanya tidaklah mudah baginya.Bela sejenak turut sedih mendengar ucapan Arya baru saja. Apakah itu semua membuatnya kembali meminta Bela menjadi istrinya? Karena dia kesepian atau karena memang dia sangat mencintai Bela?"Saya tidak mau, Mas. Maaf!" Bela berdiri berniat meninggalkan Arya yang terkejut mendengar jawabanny
Read more
Bab 35
BAB 35"Apa yang ingin kamu bicarakan? Sepertinya tidak ada yang perlu dibicarakan!" Lagi-lagi Bela bertingkah gugup dan seolah-olah dia tak menginginkannya. Meskipun sebenarnya dalam hati dia meminta.Pandu hanya tersenyum. Dia hapal betul sikap perempuan. Dia tahu bahwa Bela sedang gugup dan tidak bisa mengontrol apa yang ingin dia katakan. Dia hanya berbicara asal agar Pandu tak tahu apa yang dirasakannya. Bela perempuan baik, dia tidak pernah pacaran semasa mudanya. Imam adalah suatu perjodohan yang berlabuh hingga ke pelaminan. Jika saja dia tidak dijodohkan entah apakah dia sudah menikah atau belum? Bela adalah perempuan baik. Dia mampu bertahan 10 tahun lamanya bersama Imam. Lelaki yang berubah setelah tahu Bela tidak bisa memberikan keturunan. Meskipun pada akhirnya kenyataan pahit yang Imam rasakan."Masuklah sebentar, tidak perlu baper. Akan aku jelaskan semuanya!""Untuk apa?""Kan ada yang cemburu, ketika ada yang memanggil Ayang tadi!""Tidak, saya tidak cemburu. Siapa ya
Read more
Bab 36
BAB 36"Silahkan dicicipi, Pak, Bu! Maaf seadanya." pinta Lastri, wanita paruh baya itu seakan sungkan menempatkan tamu dari keluarga berada dengan hidangan sederhana. Anton dan juga Tari begitu menikmati setiap hidangan yang disajikan di hadapan mereka. Apalagi Aziz, dengan lahap dia memasukan makanan satu persatu ke dalam mulutnya.Sedangkan Pandu, mencoba mengikis rasa penasarannya dengan menikmati minuman panas yang sudah tersaji.Setelah dirasa cukup. Anton segera menarik napas dalam lalu menatap Sukino dengan seksama. Kedua kepala rumah tangga itu kini duduk berhadapan. Anton menarik napas dalam-dalam. Sejenak semua orang yang ada di ruangan itu terdiam hingga terdengar Anton memulai pembicaraan."Bapak Sukino, saya disini selaku orang tua Pandu berniat melamar putri Bapak. Demi menjaga kehormatan putri bapak, dan juga menghindari omongan orang-orang." Semua orang terkejut. Pandu pun tak kalah terkejutnya mendengar ucapan Anton. Lelaki berbadan tegap itu memandang Anton lalu T
Read more
Bab 37
BAB 37Tapi sayang seribu sayang. Lelaki yang baru saja menurunkan buket bunga lalu menyerahkannya kepada Bela bukanlah Pandu. Melainkan Arya, duda yang memiliki satu putra."Mas Arya?""Buat kamu!" Buket bunga mawar merah diserahkan Arya dengan senyum merekah. "Maaf, Mas. Saya sepertinya tidak perlu seperti ini!" Bela menolak dengan sopan. Bagaimanapun Arya adalah mantan pengacara yang dulu pernah membantunya. "Gak papa, terima aja. Ini hadiah dari saya!""Maaf, Mas. Sekali lagi saya minta maaf. Karena jika saya menerima bunga ini. Takutnya calon suami saya akan marah!" Arya terkejut bukan kepalang mendengar pengakuan Bela baru saja."Ca-calon suami?""Iya, Mas. Kami sudah bertunangan dan sebentar lagi kami menikah! Maaf, Mas Arya. Saya permisi!" Bela menstater motor. Kali ini niat itu ia lakukan. Berjalan mengendarai motor perlahan dengan kaca helm yang terbuka. Bela menikmati udara yang menabrak wajahnya dengan lembut. Tangan Arya mengepal. Ada amarah yang di rasa. Hingga punca
Read more
Bab 38
Bab 38Sabtu pagi jam delapan tepat. Akan digelar pernikahan sederhana antara Pandu dan juga Bela. Rumah Bela yang nampak sederhana itu disulap menjadi tempat paling cantik di kampung. Dekorasi bunga mawar putih pilihan Bela. Simple namun terlihat elegan. Wanita itu memang suka dengan mawar berwarna putih. Melambangkan kesucian dan juga rasa kasih sayang yang begitu besar.Bela terlihat di rias di depan cermin yang pinggirannya dikelilingi lampu. Menatap pantulan dirinya membuat Bela mengukir senyum. Wajahnya begitu berbeda. Cantik hingga tak bisa dikenali. Lastri yang melihat dari ambang pintu mengusap lembut air bening yang menetes. Ada rasa haru melihat putrinya bisa menikah kembali. Meskipun bukan pernikahan yang pertama. Namun Lastri yakin ini akan menjadi pernikahan nya yang terakhir. Sukino yang melihat istrinya berdiri di ambang pintu lantas menghampiri. Mengusap bahunya lembut lalu menenggelamkan di dadanya yang bidang. Lastri kembali terisak."Sudahlah." Suara lirih itu mas
Read more
Bab 39
BAB 39Adzan subuh berkumandang. Bela perlahan membuka mata, melihat jam yang melingkar di atas nakas. Pandangannya beralih kepada lelaki yang terlelap disampingnya. Bela membringsut membenarkan posisi tidurnya. Menatap wajah lelaki yang kini sah menjadi bagian dari hidupnya. Tak pernah terbayangkan oleh Bela memiliki suami sebaik Pandu. Dan secepat ini. Matanya masih setia tertuju pada wajah yang kini akan selalu disampingnya. Tak henti-henti Bela mengucap syukur. Pikirannya menerawang jauh, bayangannya mengenai pernikahan dulu pernah gagal tiba-tiba terbesit. Takut akan kegagalan dan juga takut akan kekecewaan. Wajah Imam sekilas terbayang di pelupuk mata. Hingga bulir-bulir air bening menetes. Kesakitan yang dulu pernah ia rasakan kini berubah menjadi kebahagiaan. Pandu menggeliat lalu perlahan membuka mata. Menyaksikan Bela mengusap lembut jejak tangis di pipi."Kenapa, Sayang? Kok kamu menangis, ada yang sakit?" Pandu membuka mata lebar lalu memperhatikan wajah Bela yang sendu.
Read more
Bab 40
"Izinkan Imam bertemu Bela, Mak. Imam ingin meminta maaf untuk semuanya," ucap Imam dengan nada memelas. Namun aku sudah tidak bisa percaya lagi dengan lelaki yang kini memohon dihadapanku. "Pergilah!" "Imam mohon, Mak!" "Minta maaf? Kami sudah memaafkan mu! Pergilah!" "Izinkan Imam bertemu dengan Bela, Mak. Imam rindu." Plak … Aku melayangkan tamparan di pipi Imam. Dadaku bergemuruh hebat menahan amarah yang selama ini aku pendam. Melihat, mendengar dan juga merasakan sakit. Ketika Bela masih menjadi istrinya. "Lancang kamu, Imam! Apakah kau tidak pernah diajari orang tuamu cara menghargai perempuan? Apakah tidak pernah diajari cara memperlakukan perempuan dengan baik? Ha? Lelaki macam apa kamu ini?! Kemana kamu saat Bela menjadi istrimu? Kau sakiti, kau tendang, kau pukul? Kau membawa pulang gundikmu itu lalu meminta ibumu menikahkan kalian. Bersenang-senang membuat acara syukuran. Tanpa perduli hati Bela. Dan sekarang kau rindu? CK," sungutku penuh amarah. Imam benar-benar l
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status