All Chapters of Misteri Cinta di Lokasi KKN: Chapter 31 - Chapter 40
81 Chapters
30. Mawar hitam Gina
Pagi ini, semua teman sudah berkumpul di posko cewek. Walaupun rasanya capek sekali, tapi kami harus menemukan benda yang dimaksud Kiyai Amran. Semalam aku menginap di posko cowok, karena pulang sudah jam 2 pagi diantar oleh pamannya Gina. Ustad Soleh juga menginap di posko, ketika subuh dia langsung ke masjid.Kami membagi beberapa tim, cewek-cewek menyusuri bagian dalam dan halaman depan. Bagian samping dan belakang di telusuri cowok, aku tidak mau terlibat bagian belakang apalagi di bawah pohon jeruk bali, hiiiii, sereeem!Bagian lantai kami telusuri ternyata tidak ada yang berlubang, kami cari di kamar mandi, kamar tidur dan berbagai tempat ternyata tidak ada benda yang mencurigakan. Begitu juga dengan para cowok, mereka sudah menyusuri tanah dan pepohonan tiap inchi nya diselidiki tapi hasilnya nihil.Seharian kami mencari tapi tidak menemukan apa-apa.Hari kedua kami cari di sekitar posko cowok dan rumah nyai Rudiyah tetapi masih juga belum berhasil. Bahkan Rofita turut membantu
Read more
31. Istikharah, Cinta!
🍂🍂🍂Kuperhatikan dari lorong bersenderkan tembok lelaki yang tengah berbincang-bincang dengan Tante Kamelia dan Om Bastian di bangku taman. Mereka nampak serius sekali, karena jaraknya yang lumayan jauh, aku tidak mendengar pembicaraan mereka. Akan tetapi aku tahu, apa yang mereka bicarakan. Rasanya menyesal kenapa mulutku tidak bisa dikondisikan, seharusnya aku membicarakan dahulu dengannya, ah ... semua sudah terjadi mau gimana lagi?"Apa yang kaulihat, Lid?" tanya Rani yang muncul tiba-tiba. Pandangannya langsung mengarah ke tempat yang tengah kuperhatikan."Semoga Rasyid mau ya, menikah dengan Gina," kata Widya yang juga ikut bersama Rani."Pernikahan bukan hal yang main-main. Kalau Rasyid tidak suka, dia berhak menolaknya," kata Rani, wah ... bijak juga ini anak."Kasihan Gina, semoga Rasyid punya rasa kasihan, secara dia anak soleh, aku yakin sisi kemanusiaan dia bisa menerimanya," kata Widya menguatkan argumennya."Bagaimana dengan Gina?" tanyaku, dari proses ruqyah tadi ak
Read more
32. Air terjun Perentak 1
Memandang bukit Manau ternyata sudah menjadi kebiasaanku di awal pembukaan hari. Bulir-bulir padi di sawah mulai menguning. Pemandangan yang indah ini mampu sedikit mengusir kegalauan di hati. Huuuufffhhh! Kuhirup napas dalam-dalam, aku berharap Rasyid bisa mengambil keputusan yang tepat setelah Istikharah. Masih menunggu dua hari lagi, sesuai permintaannya meminta waktu tiga hari untuk mengambil keputusan. Apapun keputusannya aku akan tetap mendukungnya, itu adalah jalan hidup yang Allah pilihkan untuknya. Dengan gontai kulangkahkan kaki menyusuri pematang sawah menuju posko cowok. Bulir padi yang telah menguning ini kata Nyai Rudiyah satu minggu lagi akan dipanen. Tidak terasa ternyata sudah hampir dua bulan kami di sini. Sesampainya di posko cowok kulihat mbak Zarima sedang memasak, bersama Nurulia. Astagfirullah ... aku lupa kalau hari ini piket. Aku segera bergabung dengan mereka membantu apa saja yang bisa kukerjakan. "Bagaimana keadaan Gina, Lid?" tanya mbak Zarima yang
Read more
33. Air terjun Perentak 2
Setelah membawa perbekalan dalam tas, tak lupa kubawa kamera digital Gina, dia sudah memasrahkan barang itu untuk digunakan keperluan kegiatan kami. Segera kami berkumpul di posko cowok. "Kabar gembira, oi ... kabar gembira!" Ilham berteriak, ketika aku baru tiba di posko cowok, langsung saja aku dan Rani berlari ke arahnya, kepo tahu, ada apa? "Kabar gembira apa, Ham?" tanya Dedi, yang lain ikut berkumpul. "Barusan Rasyid menelpon, katanya dia sudah mengambil keputusan. Dia sudah mantap mau menikah dengan Gina," kata Ilham masih menggenggem HP-nya "Alhamdulillah ...," ujar kami serempak. Alhamduliillah, Rasyid bisa mengambil keputusan secepat ini. Semoga berkah ... tak terasa bulir bening mengalir di pipi ini, aku turut bahagia, ya ... jujur dari hati yang paling dalam, aku terharu dan bahagia. Aku bisa secepatnya menghapus perasaan ini, semua ini tidak sedalam yang dibayangkan. "Pernikahannya lima hari lagi di Ponpes Buya Amran. Mereka akan menikah resmi bukan siri. Rasyid s
Read more
34. Lelaki Misterius 1
Sejenak aku meringis kesakitan, kukumpulkan suara dan keberanian untuk berteriak."Tooloooong!!" Kataku sekuat tenaga, namun sepertinya percuma tidak ada yang mendengar.Aku meringkuk menahan sakit, beberapa saat kemudian terdengar suara auman.AAAUÙUMMMMHa? Apa itu?? Aku benar-benar ketakutan sekarang.Aku segera merogoh kantong celana jeans yang kukenakan, mencari handphone dan segera menghubungi Rani. Ah, sial... tidak ada sinyal. Kutatap lama layar monitor handphone ini, di sana tertera jam 13.15 siang. Ya Allah, gimana ini? Mana kakiku sakit sekali, ah sepertinya terkilir.Untuk mengurangi kecemasan segera tanganku memeluk lutut, aku benar-benar ketakutan. Bibir ini bergetar mengucapkan ayat-ayat kursi, sialnya kenapa setengah bacaan jadi sering lupa kelanjutannya. Aku tidak tahu harus bagaimana sekarang, aku pasrah. Ya Allah ... tolonglah hambamu ini.Lamat-lamat terdengar suara mendekat, aku membenamkan wajahku semakin dalam ke lutut, aku tidak berani melihat sekitar. Aku bena
Read more
35. Lelaki Misterius 2
"Hei, Bangun! Sudah sampai ini." Lamat-lamat terdengar suara. Tubuhku ada yang menggoncang-goncang. Aku terbangun, ah sepertinya aku tertidur diatas motor. "Bangun, sudah sampai," kata lelaki itu. Kubuka mata sepenuhnya, aku sudah sampai di depan posko cowok. Segera aku turun dari motor. lelaki itu segera memutar balik kendaraannya, langsung tancap gas melaju membelah jalanan. "Hei ...," panggilku melambai ke arahnya. "Yah ... main pergi saja, aku belum bilang terima kasih. Belum tahu namanya siapa? Ah, sudahlah ... siapapun dirimu terima kasih banyak, ya," kataku sambil menatap titik hingga lelaki itu menghilang dari pandangan. Dengan gontai aku berjalan masuk ke dalam posko. "Assalamualaikum," ucapku Ah ... sepertinya posko sepi, apakah orang-orang belum pulang? "Walaikumsalam." Terdengar jawaban dari ruang tengah, itu suara mbak Zarima. Segera aku menuju ruang tengah, kulihat mbak Zarima sedang rebahan sambil membaca majalah, di sampingnya dedek Zidan tengah tertidur den
Read more
35. Lelaki Misterius 2
"Hei, Bangun! Sudah sampai ini."Lamat-lamat terdengar suara. Tubuhku ada yang menggoncang-goncang. Aku terbangun, ah sepertinya aku tertidur diatas motor."Bangun, sudah sampai," kata lelaki itu.Kubuka mata sepenuhnya, aku sudah sampai di depan posko cowok.Segera aku turun dari motor. lelaki itu segera memutar balik kendaraannya, langsung tancap gas melaju membelah jalanan."Hei ...," panggilku melambai ke arahnya."Yah ... main pergi saja, aku belum bilang terima kasih. Belum tahu namanya siapa? Ah, sudahlah ... siapapun dirimu terima kasih banyak, ya," kataku sambil menatap titik hingga lelaki itu menghilang dari pandangan.Dengan gontai aku berjalan masuk ke dalam posko."Assalamualaikum," ucapkuAh ... sepertinya posko sepi, apakah orang-orang belum pulang?"Walaikumsalam."Terdengar jawaban dari ruang tengah, itu suara mbak Zarima.Segera aku menuju ruang tengah, kulihat mbak Zarima sedang rebahan sambil membaca majalah, di sampingnya dedek Zidan tengah tertidur dengan pulasny
Read more
36. Dibekap
Gina tampak cantik sekali dengan balutan kebaya panjang, kain borkatnya sampai kelantai seperti selayer. Jilbab putih lebar berhiaskan manik-manik keemasan sangat serasi dipadukan baju kebaya putih dan rok batik lebar, mengembang. Sangat cantik dan elegan. Rasyid mengenakan jas hitam dan celana hitam senada. Lapisan dalam memakai kemeja putih lengan panjang dan dasi kupu-kupu. Sangat berkelas sekali, memang dasarnya anaknya gagah, dipakein baju keren ya tambah gagah. Rasyid tersenyum ke arah kami. Tapi ... ya ampun, senyum tipis yang cool itu bukan milik Rasyid, kenapa tiba-tiba si pemilik wajah rupawan itu ada di hadapanku, aku tercekat, bengong seperti orang tolol. "Lihat Rasyid gak pake ngagap gitu juga kali, ntar kemasukan laler tu mulut," kata Sarah sambil kedua tangannya menangkupkan mulutku. Ufh, aku terkejut ... kutepis tangan Sarah yang masih berada di mulutku. Ah, di mana wajah rupawan itu perginya? Aku menoleh ke kanan dan ke kiri mencarinya. Kenapa dia tadi memakai
Read more
39. Oh, my Hero!
Lamat-lamat ku dengar suara laki-laki sedang berbincang, heboh sekali sampai tertawa-tawa. Kubuka mataku, oh dimana ini? Kenapa tanganku terikat di belakang? Mulutku juga di tutup pakai kain. Aku berada di sebuah pondok bambu, di depanku terdapat tiga orang lelaki yang tengah menyalakan api unggun. Suara keretek api unggun membuatku tidak bisa mendengar apa yang tengah mereka bicarakan. Aku mencoba bangkit, berusaha akan kabur. Namun, owww aku terjatuh, rupanya kakiku juga diikat. Suara gedebug, membuat mereka menoleh kearahku, mata mereka menyalang, aku tidak tahu harus berbuat apa, badanku menggigil ketakutan, apa yang akan mereka perbuat?"Woi ... sudah bangun rupanya?" tanya seorang lelaki menghampiriku dan diikuti kedua temannya. Aku terjatuh dalam posisi terngkurap, badanku tidak bisa digerakkan akibat ikatan ini."Lepaskan ikatan kakinya, Bujang!" ucap salah seorang diantara mereka."Ai, nanti kabor pulak," kata pria yang dipanggil Bujang."Kau kasih obatlah biar pingsang," k
Read more
40. Trauma
Sebelum Aswan mendekat kearah my Hero, dia mengambil sesuatu dari balik baju jaketnya, dilemparnya sesuatu itu kearah my Hero, asap pekat kehijaun menyebar dari benda itu."Bagus, Aswan! Racuni dia, buat dia mampus sekalian!" kata Bos Tabri berteriak sambil terkekeh-kekeh.What?? Racun??Aku bergidik ngeri, setelah mendengar racun, aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi. Terbayang perkataan Pakdo Marlin tentang racun bercampur magis desa Manau. Terbayang pula perkataan Kiyai Amran tentang racun Sriti yang dimiliki leluhur Aswan. Aku benar-benar takut, kupejamkan mata, aku tidak mampu menyaksikan apa yang bakal terjadi."Aaarggghh," terdengar sebuah teriakan.Aku bertambah memejamkan mata, jika tanganku tidak terikat mungkin aku juga menutup telinga ini."Siapa, kau?" tanya sebuah suara, itu seperti suara Aswan. Kubuka sedikit mata, mencoba mengintip apa yang terjadi.What? Aku membuka mata ini penuh, terkesima, pemandangan di depan sungguh tidak aku duga, my Hero sudah memi
Read more
PREV
1234569
DMCA.com Protection Status