All Chapters of Misteri Cinta di Lokasi KKN: Chapter 41 - Chapter 50
81 Chapters
41. nyanyian Rindu
🎵🎼🎵🎶🎼🎸🎤🎼🎵🎶Trauma akibat penculikan itu tidaklah berlarut-larut. Aku mampu melakukan trauma healing dibantu teman-teman yang tidak pernah meninggalkan aku sendirian. Mereka kwatir komplotan Bos Tabri akan mencelakaiku lagi. Bahkan beberapa anak lelaki dikomandoi Bang Joseph sudah menyatroni rumah Aswan, namun sayang Aswan kini bak ditelan bumi, orangtuanya pun tak tahu di mana rimbanya.Mimpi-mimpi penculikan mengerikan itu tidak pernah datang lagi. Berkat pertolongan lelaki misterius itu, aku merasa percaya diri dan tidak ketakutan lagi, namun ... ah, namun bayangan lelaki itu makin lekat di kepalaku, tidak bisa pergi ... semakin kulupakan, bayangannya semakin jelas, ada di mana-mana. Sepertinya aku sudah gila, kadang wajah-wajah yang kutemui berubah menjadi wajahnya menyatapku dengan senyum tipisnya yang cool itu. Akupun jadi sering tersenyum sendirian, atau menatap seseorang dengan pandangan aneh, kata teman-temanku.Oh, ya Allah ... gejala apa ini? Jika di kampung ini a
Read more
42. Pertemuan 1
Hari minggu terakhir di desa ini. Minggu depan kami sudah meninggalkan lokasi. Hari minggu pagi aku habiskan menyusuri pasar kalangan, bersilaturahim dengan para pedagang pasar dan memberikan mereka kenang-kenangan, sebuah stiker yang kubuat bertuliskan KUD Harapan Jaya, di bawah stiker tertulis by KKN desa Manau. Rani dan Widya ikut denganku, sedangkan anak-anak yang lain akan memasang plang nama jalan, nama gang, plang nama RT, RW dan pengurus desa lainnya. Sedangkan Plang KUD yang masih bermarkas di salah satu ruangan kantor desa sudah dipasang kemaren.Alhamdulillah uang beasiswa dari Astra Indonesia sudah cair jumat kemaren, sebesar satu juta rupiah, kusuruh Rani mengambilnya di ATM waktu pergi ke kota kabupaten kemarin sebesar lima ratus ribu, sisanya untuk bayar SPP semester depan sebesar 450 ribu rupiah.Uang lima ratus ribu itu rencana untuk membeli baju kenang-kenangan untuk Rofita, Atikah, Aida dan nyai Rudiyah. Kami menjelajah los baju-baju. Akhirnya aku dapat kaos oblon
Read more
43. Pertemuan 2
"Apa kabar, Lidia?" tanya lelaki itu, senyuman dan tatapan itu ... uh, membuatku meleleh ..."Baik. Nggg, kok tahu namaku Lidia?" tanyaku tak lepas memandangnya sambil tersenyum malu-malu."Itu ... barusan temanmu memanggilmu Lidia" Dagunya mengarah pada rombongan Widya."Oh ... kenalkan, namaku Lidia Khairunnisa. Hmm, dirimu siapa?" tanyaku sambil mengulurkan tangan. Pria di hadapanku tersenyum lebar. Disambut jabat tanganku dengan erat dan hangat."Aku Bayu ... Bayu Arya," ujar pria itu, senyumnya masih terus menghiasi wajah tampannya. Oh, namanya Bayu Arya, nama Arya mengingatkan aku akan pendekar di drama kolosal Tutur Tinular, Arya Kamandanu. Yah ... jagoannya sama sih dengan Arya Kamandanu.Aku melepaskan jabat erat tangannya, takut terbawa suasana. Padahal uuh, berat sekali melepasnya."Oo, namanya Bayu?" Dia mengangguk, senyum itu oh ... tidak juga lekang, aku benar-benar meleleh sekarang. Tidak akan kulepaskan dirimu, tampan."Baiklah ... aku akan memanggilmu Mas Bayu ya
Read more
43. Pertemuan 3
Kami memasuki kedai tersebut. Dia memesan semua jenis panganan yang dijual di kedai tersebut."Banyak banget yang di pesan," kataku protes."Kau harus mencicipi semua, enak semuanya," katanya mengerling padaku.Tak lama pesanan datang, ada Pempek kapal selam, lenggam, tekwan dan berbagai bentuk pempek dan kuah cuka yang aromanya menggoda."Wah, apa dulu yang harus kumakan ini?" tanyaku dengan mata berbinar, wow makanan kesukaan hadir semua di depan mata."Coba dulu yang panas, nanti keburu dingin," katanya sambil menyodorkan semangkuk tekwan ditaruhnya sendok dan garpu ke mangkuk. Aku menikmati makan siangku dengan lahap. Tiga bulan di lokasi KKN tidak pernah menemui makanan itu. Mas Bayu hanya menatapku sambil tertawa, kalau soal makan aku tidak bisa ja'im di hadapan siapapun. Selama makan aku banyak bercerita, sedang dia mendengarkan sambil sesekali menimpali. Dia tidak banyak bercerita tentang kehidupannya, jika aku bertanya saja dijawab seperlunya. Aku hanya tahu dia bekerja di
Read more
44. Bayu Arya, who are you?
"Lidiaaa!" panggil Rani berteriak histeris, aku kaget sampai cubitan di tangan Andre terlepas. Nampak Widya mengekor di belakangnya."Dari mana saja kamu? Dari semalam gak pulang?" tanyanya kemudian"Kau jadi ke rumah Bibik kau, Lid?" tanya Widya."Apa maksud, kalian?" Aku tidak mengerti dengan apa yang mereka bicarakan."Hei, kau nginap di mana semalam gak pulang? Benar gak kata Widya kau ke rumah Bibik kau, Lid?" tanya Rani tambah berapi-api."Kalian ini ngomong apa, sih? Siapa yang gak pulang semalam?" tanyaku masih tidak mengerti."Kau itu pergi sejak kemaren siang, Lidia. Nih, baru pulang. Sudah sehari semalam kau dak pulang," kata Andre menjelaskan.Spontan kulihat HP-ku, di monitor menunjukkan hari Senin tanggal 7 Agustus. Padahal aku pergi hari Minggu tanggal 6 Agustus jam 10 siang. Haa? Sebenarnya apa yang terjadi? Benarkah di layar HP ini? Kalau benar berarti aku pergi selama sehari semalam, ah ... tidak masuk akal rasanya pergi selama itu. Aku nginap di mana, coba? Apakah
Read more
45. Pakdo kenal Bayu Arya?
Sesampainya di Posko teman-teman menyambutku dan sekarung rambutan dengan antusias. Mereka berkumpul semua di Posko pesta makan rambutan. Kusisihkan dua plastik kresek untuk Nyai Rudiyah dan Pakdo Marlin. Aku pergi ke rumah Pakdo Marlin ditemani Rani. Kami bercengkrama di beranda rumah, Pakdo Marlin dan Makdo Halimah asyik memakan rambutan yang kubawa. Makdo Halimah sendiri menghidangkan pisang goreng dan lapek ubi. "Manis nian rambutannya, Lid!" kkata Makdo Halimah sambil menggigit buah rambutan. "Kenapa kau repot-repot nian belikan Makdo jilbab, Lidia ... elok nian jilbabnya, enak dipakainya," kata Makdo Halimah, jilbab yang kubeli sudah berada di kepalanya. "Iyo, kopiahnya pas pula di kepala Pakdo," kata Pakdo Marlin sambil meraba-raba kopiah di kepalanya. "Ai, Makdo nak ngasih apo yo? Oya, Lidia, Rani besok ajaklah kawan-kawan kau makan di sini, nanti Makdo masakin tempoyak ikan belido," kata Makdo Halimah. "Wah, cocok itu, besok kamis sore, yo?" kata Pakdo Marlin menimpali.
Read more
46. Foto pernikahan Pakdo Marlin
🖼🤵👰Kamis pagi kami membantu Makdo Halimah memasak untuk acara makan malam bersama. Anak-anak cowok fokus membuat panggung dan memasang tenda di halaman posko untuk acara perpisahan Sabtu besok dibantu oleh pemuda Karang Taruna. Pakdo Marlin ijin tidak masuk kerja."Pakdo, kok masang tenda di halaman?" tanyaku penasaran sambil melihat tukang tenda sedang bekerja."Nanti tamunya banyak Lidia, gak muat kalau di dalam rumah," jawabnya sambil menghitung tikar yang dipinjam dari para tetangga."Loh, emangnya Pakdo ngundang siapa saja? Bukan cuma kami, anak KKN?" tanyaku lagi, tidak menyangka Pakdo membuat acara yang cukup besar."Banyak yang Pakdo undang, Pak Camat, Datuk Kades, guru-guru SMA,SMP, SD. Semua pegawai kecamatan, pegawai Desa, Pengurus dan Anggota KUD. Semua warga RT sini," terangnya."Apa? Pakdo itu acara besar-besaran. Lebih seratus orang yang diundang, wah ... Pakdo, sumpah ... kami jadi dak enak hati, biayanya pasti banyak kan, Pakdo?""Aih, tenang saja Lidia ... Pakdo
Read more
46. Galau
Terdengar suara seseorang tengah membaca doa, para jamaah serentak menyahut dengan kata "Amiiin" disetiap jeda doa tersebut. Aku terbangun, sepertinya aku tengah tertidur di salah satu kamar Pakdo Marlin. Kulihat di lantai, Rani dan Widya tengah menengadahkan tangan ikut berdoa. Apakah aku tertidur di sini? Ah, tidak ... setelah melihat foto pria di sebelah Pakdo Marlin, aku langsung pusing, tiba-tiba pandanganku gelap. Sepertinya aku pingsan.Bayu Arya, benarkah dirimu adalah Aslan? Ini sungguh tidak masuk akal. Logikaku terus bekerja dan memastikan jika semua ini hanya kebetulan belaka. Siapa tahu Bayu Arya bukanlah Aslan, bisa jadi orang lain. Tapi kenapa wajahnya sama persis? Namanya juga sama Bayu Arya, cuma beda di tambah Bagindo di awal dan Aslan di akhir namanya. Bisa jadi Bagindo adalah nama gelar kebangsawanannya, sedangkan Aslan nama keluarganya. Jadi nama sesungguhnya adalah Bayu Arya. Aduh ... pusing kepalaku memikirkan ini.Jika dia Aslan tentu dia sudah tua, waktu Pakd
Read more
47. Cepi
Para tamu berangsur-angsur pulang dari rumah Pakdo Marlin. Kami anak KKN masih bertahan di sini untuk membantu beres-beres. Anak-anak cewek segera ke belakang membantu mencuci piring dan menata perkakas masak dan makan. Anak-anak cowok membereskan tempat acara, menggulung tikar, terpal dan memunguti sampah. Aku mengawasi mereka dari beranda rumah, mereka benar-benar melarang aku membantu. Yah, aku hanya mengawasi mereka seperti mandor. Mereka tidak ingin aku kecape'an dan pingsan lagi. Tiba-tiba seorang pria paruh baya datang mencari Pakdo Marlin. Pakdo Marlin segera menemuinya. "Pakdo, keadaan Cepi sudah parah, tapi Bapaknya belum jugo balek, sebaiknya sekarang kita bawa ke Buya Amran sekarang," kata lelaki itu. "Kalau gitu, saya panggilkan Ustaz Soleh, ya? Biar ustaz Soleh yang ngantar ke Buya Amran, Ustaz Soleh akrab dengan Buya Amran. Pakwo, dah siapain mobilnya?" Kata Pakdo Marlin sambil mengeluarkan motornya dari bagasi di kolong rumah. "Sudah, Pakdo. Sayo lah dapat mobilny
Read more
48. Jumat kelabu
Suara Azan Subuh lamat-lamat terdengar dari Masjid Raudatul Jannah. Aku segera bangkit menuju kamar mandi dengan langkah lesu. Segarnya air yang membasuh muka, telinga dan sebagian kepala membawa kesadaranku pulih sepenuhnya, kuguyur organ kaki dan memijat di sela-sela jarinya.Sebelum salat Subuh kubangunkan teman-teman, namun mereka sulit sekali untuk bangun pagi ini, sepertinya udara dingin di subuh ini yang tidak seperti biasanya membuat mereka lebih nyaman meringkuk dalam selimut. Baiklah, selepas salat nanti kubangunkan lagi. Selesai salat kuraih Alquran yang terletak di atas meja, kubuka surat ke 18, Al kahfi. Hari jumat terakhir di desa ini akan kuawali dengan bacaan surat Al Kahfi, semoga aku kuat menjalani hari-hari terakhir di sini, terutama dari peristiwa tidak terduga seperti yang sering kualami.Suasana hening ini membuatku lebih khusuk, lebih mendalami membaca ayat-ayat suci. Bahkan tiap ayat aku baca juga arti terjemahannya. Baru membaca ayat ke sepuluh, terdengar suar
Read more
PREV
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status