Semua Bab BENIH 2 MILIAR: Bab 41 - Bab 50
167 Bab
PoV Naya : Kenyataan Pahit
"Bang!" Kutahan tangannya sebelum sempat menyodorkan sendok makanan.Dia menatap dengan kernyitan dahi. "Udah dua hari."Bang Khalid mengempaskan tubuhnya ke sandaran kursi yang sengaja ditarik mendekati ranjang."Besok Bunda sama Ayah datang. Abang pulang, ya!""Pulang gimana maksud kamu? Rumah Abang, kan di sini!"Kuraih sebelah tangannya, lalu genggam erat dengan kedua tangan."Sekarang rumah abang bukan cuma di sini, yang nunggu abang pulang bukan cuma aku lagi."Dia terdiam.Selagi ada kesempatan. Bergegas kuambil kunci yang sebelumnya Mbok Warmi berikan, lalu meletakkannya di telapak tangan Bang Khalid."Ajak Nindi keluar. Bawa dia liburan!"Bang Khalid menatapku dengan sorot yang kurang menyenangkan."Ini, kan kunci villa tempat kita bulan madu dulu. Kamu udah gila, Nay?"Aku menggeleng pelan, lalu tersenyum lebar meski sesak terasa tiap tarikan napas dihela."Nindi berhak diperlakukan dengan cara yang sama. Dia istrimu juga!"...Aku tersenyum melihat foto-foto kebersamaan B
Baca selengkapnya
Pulau Rindu (1)
"Di villa ini cuma ada tiga kamar. Jadi, kemungkinan Neli dan Roy menempati masing-masing kamar di lantai dasar. Sementara Nindi dan saya mengisi kamar utama di lantai dua." Khalid langsung menjelaskan begitu kami sampai di sebuah vila yang tak jauh dari tepi pantai. Untuk mencapai pulau ini kami hanya perlu menepuh lima belas sampai dua puluh lima menit perjalanan menggunakan speedboat dari Sekupang Batam menuju Belakang Padang. Kebetulan Belakang Padang termasuk salah satu pulau yang masih satu kecamatan dengan Kota Batam.Julukan Pulau Penawar Rindu tak lain karena mitos yang beredar di masyarakat, bahwa siapapun yang sudah meminum air di pulau ini, akan selalu rindu untuk kembali.Setelah melihat secara langsung keadaan pulau yang langsung berhadapan dengan Negara Singapura ini, sepertinya tanpa melakukan hal itu pun orang-orang ingin kembali setelah disuguhi view seindah ini."Interupsi!" Aku mengangkat tangan begitu Khalid menjelaskan."Ya?" Dia menoleh sembari mengangkat dua k
Baca selengkapnya
Pulau Rindu (2)
Dari vila kami berjalan kaki sekitar seratus meter menuju pusat wisata Pulau Penawar Rindu. Menyusuri jembatan penghubung sembari menikmati pemandangan asri yang masih terjaga di pulau ini.Tak ada polusi, karena menurut keterangan pengendara speedboad yang mengantar kami, kendaraan empat belum tersedia di pulau yang sebagian besar bersuku Melayu ini. Hanya beberapa motor yang kulihat lalu-lalang sesekali. Benar-benar jauh bila dibandingkan dengan padatnya ibu kota."Siapa yang suruh kamu pake baju begini?" Akhirnya pertanyaan itu terlontar setelah sekian lama Khalid hanya menatapku dari atas ke bawah dengan pandangan yang entah."Eyke!" Dengan percaya dirinya Roy mengaku dan menunjuk diri.Tatapan lelaki itu menajam. Sorot mata yang akhir-akhir ini sering dia tunjukan khususnya untuk sahabatku yang satu ini."Jatah makan kamu saya kurangin malam ini."Sontak ekspresi Roy berubah, dia mengerucutkan bibir, lalu beralih dari sisiku menuju sisi tubuh Khalid."Ih, Babang, kok gitu? Jangan
Baca selengkapnya
Memenuhi Kewajiban
Hal yang tersulit dari semua ini adalah status sebagai seorang istri yang dituntut untuk mengabdi. Ketika dinding yang semula dibangun untuk membatasi akhirnya luruh dalam diri. Ketika ego dan martabat yang dibumbung tinggi akhirnya dilucuti demi hak dan kewajiban yang tak terpenuhi selama tujuh bulan ini.Aku tahu Khalid sudah berusaha dengan keras sejak kesepakatan itu terjadi, memenuhi apa yang seharusnya dia lakukan sebagai seorang suami. Menyirami tiap benih yang bersemi agar kelak tak kembali mati. Walaupun banyak yang terjadi dan ego dalam diri masih tak mampu menerima semua kenyataan yang ada. Aku berusaha untuk berdamai dengan keadaan. Mencoba menerima tiap luka dan derita yang ditorehkan mereka. Menjalani hidup yang tersisa bersama dengan pahit dan manis yang terasa di tiap perjalanannya.Ini adalah giliranku untuk berbakti, memenuhi kewajiban sebagai seorang istri, meski waktu yang tersisa hanya beberapa bulan lagi. Akan kubawa dia terbang ke langit yang tinggi, menghiasi
Baca selengkapnya
2 Ratu dalam Satu Istana
"Beresin barang kalian, besok kita pulang!" Kuhampiri Roy dan Neli yang tengah mengobrol di ruang tamu."Lah, ini liburan atau tahu bulat? Kok, dadakan?" tanya Roy heran."Iya, Mbak. Kenapa bentar banget kayak study tour," sahut Neli menimpali."Intinya tujuan udah terpenuhi. Selain mandiri, kita juga harus tahu diri. Masa Naya belum pulih sepenuhnya kita malah senang-senang di sini?"Keduanya pun terdiam."Iya juga, sih." Neli menggaruk rambut yang kuyakin tak gatal."Sebenernya gue juga kepikiran." Roy mengikuti gerakan Neli. Sama bingungnya.Aku tersenyum getir. Sejak awal aku sudah merasa ada yang janggal. Kalau pun hubungan yang terjalin memang murni keinginan Khalid, tapi aku yakin semua itu pasti didorong oleh Naya. Sejak awal juga begitu, kan? Kesepakatan pernikahan yang terjadi juga awalnya memang Naya yang usulkan untuk mengikatku demi kepentingan mereka?"Lain kali kita rencanain liburan yang beneran. Nggak dadakan, nggak ada tujuan. Intinya cuma seneng-seneng.""Tapi kapa
Baca selengkapnya
Pamit
"Jangan lupa makan, jaga kesehatan, kalau ada apa-apa tolong langsung bilang. Kontak Mama masih kamu simpen, kan?" Aku mengangguk pelan saat Bu Sarah melerai pelukan. "Pokoknya jangan sungkan kalau ada yang kurang, Mama bakal pastiin Khalid memenuhi kebutuhan kamu dan transfer tiap minggu." Aku mengangguk lagi saat wanita berjilbab itu menangkup wajah seolah meyakinkan bahwa anak semata wayangnya tak akan lupa dengan kewajiban."Pa ...." Aku beralih pada Pak Ali, lalu mencium punggung tangannya dengan takjim. "Jaga dirimu, ya, Nak. Di mana pun berada, kamu sudah menjadi bagian dari keluarga Prasetya. Jangan sungkan untuk meminta bila hal itu memang dirasa perlu." Gambaran Khalid di masa tua itu mengusap kepalaku, lalu tersenyum lembut. Aku mengangguk pelan, lalu menggeser posisi ke tempat yang sebenarnya ingin sekali kulewati bila tak mengingat adab karena ada Pak Ali dan Bu Sarah di sini.Bagian terberat dari semua ini adalah berhadapan langsung dengan pasangan suami istri dan anak
Baca selengkapnya
Kangen
"Cuma ini kost yang deket dari rumah. Nggak ada aturan, lingkungannya open BO, eh open minded, bebas juga karena yang punya orang luar kota. Jangan heran kalau banyak yang kumpul kebo atau mabok-mabokan di sini. Jaraknya juga cuma seratus meteran dari rumah gue sama Mami. Lo bisa dateng kapan aja kalau butuh sesuatu. Awas aja kalau ada apa-apa lu nggak bilang sama gue." Roy menjelaskan dengan panjang lebar tentang indekos berukuran 6 x 6 yang sudah difasilitasi dengan ranjang dan lemari. Setelah melakukan transaksi dengan pemiliknya tadi, aku bisa langsung menempati tempat ini."Iya, iya. Gue ngerti, makasih dan maaf kalau selama ini gue selalu ngerepotin kali--""Sttt ...!" Roy meletakkan telunjuknya di bibirku. "Lu nggak ngerepotin sama sekali." Sesaat setelah menarik tangannya, dia tiba-tiba menatapku sayu. "Padahal kalau liat sikon, rumah yang saat ini Bu Nia sama Nana tempatin gue tahu ada hak, lu, Nindi. Karena lu juga bantu selesain proses pembangunan sampe tuh rumah layak huni
Baca selengkapnya
PoV Naya : Tak Lagi Sama
"Mau dimasakin apa Abang hari ini?"" .... " Tak ada jawaban, kulihat Bang Khalid masih sibuk dengan ponsel seolah menunggu balasan dari seseorang."Bang?!" Sekali lagi aku memanggil."Eh, iya." Bang Khalid terhenyak hingga membuat ponselnya hampir terlepas dari genggaman tangan."Mau makan apa buat sarapan?""Ng--minta Neli buatin martabak mie aja, Nay."Aku tertegun sejenak, dan sontak memastikan. "Martabak mie?"Dia mengangguk. "Iya, tanya Neli, dia pasti tahu. Kalau gitu Abang sepedaan keliling perumahan sebentar, ya. Habis itu baru kita makan." Bang Khalid bangkit setelah memasukan ponsel ke saku celana training pendek yang dikenakan. Dia mengecup keningku sejenak, sebelum berlari kecil ke luar.Kuperhatikan dia dari balik balkon kamar, bagaimana suamiku mengeluarkan sepeda dari garasi, kemudian mulai mengendarai.Memang sudah jadi kebiasaannya tiap akhir pekan. Olahraga dua kali dalam sepekan selalu dia sempatkan. Namun, ada yang janggal ketika dia tiba-tiba meminta mie untuk s
Baca selengkapnya
PoV Naya : Tentang Orang tua Nindi
Seminggu kembali berlalu, berarti tepat dua pekan sejak kepergian Nindi. Tidak ada hal berarti yang terjadi. Namun, tak bisa dipungkiri ada yang mulai berubah dari semua ini.Perubahaan yang baru kusadari terasa asing dan mengganggu. Perubahan yang membuatku tak bisa menyangkal bahwa aku mulai cemburu. Tenggelam, jiwaku dalam anganTersesat, hilang, dan tak tahu arahKu terjebak masa lalu yang kelamTak kulihat lagi cahaya cintaSuara dering yang berbunyi menginterupsi. Sayup-sayup suara yang terdengar seperti rekaman seseorang yang tengah bernyanyi mengikuti irama yang diputar.Dan kamu hadir coba bawa bahagiaKetika ku masih mati rasaKuikuti asal suara dan menemukan ponsel Bang Khalid yang tergeletak di meja kerja samping laptop yang masih menyala. Seperti dia lupa bawa saat pergi lari pagi tadi.Dia yang pertama membuatku cintaDia juga yang pertama membuatku kecewaKamu yang pertama menyembuhkan lukaTak ingin lagi ku mengulang keliru akan cintaJadi kisah yang ....Klik!Dering
Baca selengkapnya
Berdamai dengan Keadaan
"Tiap hari selama hampir tiga minggu kerjaan lu cuma begini?" Roy bertanya sesaat setelah aku menyodorkan piring berisi nasi dengan lauk sayur asam, ikan asin, sambal, dan tempe goreng."Emangnya apa lagi yang bisa dilakuin orang bunting? Benerin genteng? Ngaduk semen? Atau manggul bata?" jawabku sekenanya sembari meraih remot dan menyalakan TV di ruang tamu yang kecil ini. "Emangnya salah kalau gue cuma suka bebersih, masak, sama nonton series?"Roy mendengkus. "Ya, nggak gitu juga, Zubaedah. Lu, kan bisa main-main ke tetangga, ngerumpi sambil ngemil kuaci. Atau bisa juga daftar aerobik di Gor tiap seminggu sekali," usulnya sambil sesekali menyuap nasi."Nggak tertarik. Menurut gue gabung circle Mak-Emak kompleks bukannya nambah temen, malah nambah musuh. Belum lagi ngomongin orang tiap hari. Bikin keki.""Dih, emang agak laen cewek yang satu ini." Roy mengeritingkan bibirnya. Ekspresi yang khas sekali bila dia sudah mulai nyinyir. "Padahal shopping atau jalan-jalan, kek sesekali. Ny
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
17
DMCA.com Protection Status