All Chapters of Istri yang Kabur di Malam Pertama: Chapter 91 - Chapter 100
183 Chapters
Bab 48C Syukuran
"Tapi nggak gitu juga kali, Ras. Kalau mendadak pas aku nggak bisa menemani trus kamu kerasa mau melahirkan gimana?" "Mas suka berprasangka buruk, sih." "Bukan prasangka, Ras. Mas lebih ke jadi suami siaga aja," ujar Ardi dengan senyum tersungging di bibirnya. Ucapannya seakan berbangga diri siap menjadi suami siaga. "Ough. Mas Bintang, perutku..." "Kenapa, Ras?" "Perutku mulas, Mas." Gita meringis seraya memegangi perutnya. Dia mencoba mengusap lembut untuk mengurangi kontraksi yang tiba-tiba datang tak menentu. "Kamu salah makan apa tadi sarapan?" tanya Ardi penuh selidik. "Astaga, ini mulas mau melahirkan kayaknya, Mas. Bukan salah makan." Ardi tergelak dengan ucapan konyolnya barusan. Katanya mau jadi suami siaga, eh tak tahunya istri kontraksi dikira mulas salah makan. Menyadari dirinya masih awam menjadi suami siaga, Ardi segera membawa Gita menuju RS ibu dan anak. Sesampainya di lobby RS, beberapa pasang mata memberikan perhatian pada keduanya. Ada yang berbisik salut, a
Read more
Bab 49A Bahagia
Bab 49A Bahagia Dua tahun berlalu, seiring perkembangan putranya, Ardi dan Gita belajar dari orang tua mereka dalam mendidik Sakha. Tak lupa ilmu parenting pun dipelajari berdua. Meskipun tak jarang keduanya justru berdebat dengan apa yang dipelajari dibanding realita yang terjadi di lapangan. Sakha bagai objek kelinci percobaan mereka berdua. Namun, Ardi dan Gita sangat bersyukur bekal ilmu agama dan ilmu pengetahuan dari sekolahnya dulu masih terekam di memori. "Bi, tolong jagain Sakha dulu! Umi mau nyiapin buat ujian Skripsi, besok." "Siap, Mi!" Gita tak sungkan meminta bantuan suaminya menjaga sang putra, karena di akhir kuliahnya dia harus ujian skripsi untuk mendapatkan gelar sarjananya. Dia tertinggal satu semester dari waktu yang ditargetkan karena harus cuti melahirkan. "Ayo, Sakha, main sama Abi!" Sakha tak mengindahkan ucapan Ardi. Dia sibuk bermain dengan kertas dan pensil yang biasa digunakan Ardi untuk membuat sketsa. Ardi berpikir putranya mungkin memiliki hobi seper
Read more
Bab 49B Bahagia
BAB 49B ***** Tidak sampai satu bulan revisi skripsi Gita selesai. Dia dibantu suaminya, mengingat Gita sudah sibuk mengurus Sakha dan rumah tangga. Ardi masih bisa membantu mengetik dan mencetak berkas. Hari ini hari bahagia Gita di wisuda. Orang tua, adiknya, dan mertua pun datang menghadiri. "Om, ponakannya kok satunya lucu dan kakaknya cantik banget. Boleh dikenalin ke saya, nggak?" Ardi melongo tak percaya. Bisa-bisanya laki-laki sepantaran Gita entah mahasiswa atau kerabat yang datang wisuda mengucapkan kalimat yang menyesakkan. Dia anggap Ardi Omnya Sakha dan Gita, padahal wajahnya menurutnya masih tampan malah kelihatan menawan pikirnya. "Kamu kenapa mukanya ditekuk sih, Mas?" seru Gita tak terima suaminya nggak merelakan senyum saat mau foto keluarga memakai toganya. "Masak temanmu atau siapa itu tadi, mengira Sakha dan kamu ponakanku. Dia pikir aku sudah setua om om." Gita tak hentinya menahan tawa. Ingin terbahak takut dosa mentertawakan suami sendiri. Usia suami meman
Read more
Bab 49C Bahagia
Bab 49C "Tapi Abi kok murung? Umi mana?" "Umi baru ke kamar mandi, Kha. Abi hanya..., hmm Sakha malu nggak punya Abi yang cacat?" Ardi menahan diri untuk tidak melelehkan air matanya. "Abi bicara apa, sih? Sakha bangga sama Abi, juga Umi. Terima kasih ya, Bi, sudah mendidik Sakha." "Eh, Sakha hebat lho tadi. Ini kenapa Abi menangis?" Ardi membuang muka malu dilihat istrinya. "Ini, Mi. Abi terharu melihat Sakha di panggung. Eh tapi mata Umi juga merah, kenapa, Mi?" "Umimu habis menangis mendengar bacaanmu, Kha," bisik Ardi di telinga Sakha. Sontak saja Sakha tertawa mendengar abi dan uminya terharu sampai menangis. "Awas ya, Sakha malah menertawakan abi dan umi." Keduanya justru berlari kecil di sepanjang koridor sekolah mengejar Sakha yang sudah tak tahan meledakkan tawanya. Haru dan bahagia terlihat dari keluarga kecil Anggita Larasati dan Bintang Lazuardi yang melahirkan buah hati bernama Sakha. "Aduh, Mas. Perutku mulas." Gita yang hamil besar tampak kesusahan berjalan.
Read more
Bab 50 Merenda Kasih (Season 2)
Sekian purnama berlalu, hingga tahun pun berganti windu. Gita dan Ardi melewati pernikahannya yang penuh liku dengan secercah pelangi kebahagiaan. Ia dengan telaten mendidik anak-anaknya---Sakha dan Arga menjadi anak yang sholeh dan berbakti pada kedua orang tuanya. Semakin beranjak dewasa, Sakha dan Arga memanggil keduanya dengan sebutan mama papa. Gita dan Ardi pun tidak mempermasalahkannya. Kedua putrannya pun tidak protes saat Ardi harus pindah kota karena ada proyek besar melanjutkan bisnis ayahnya. Ya, saat ini Gita dan Ardi beserta dua putranya yang telah beranjak dewasa, menginjak usia 27tahun dan 24tahun tinggal di ibukota. Bahkan Sakha sudah bekerja mapan di sebuah perusahaan cabang milik ayahnya. Sementara itu, Arga belum lama menyelesaikan kuliah kini bekerja di kantor papanya yang bergerak di bidang pelatihan IT. Ardi masih bekerja di bidang konsultan arsitek sekaligus membangun bisnis pelatihan IT. "Pa, sepertinya rumah ini semakin hari semakin sepi," protes Gita pada
Read more
Bab 51 Awal Jatuh Hati
Seminggu sebelum pernikahan siri, Sakha sedang mendapat tugas meninjau lokasi pembanguan cabang baru perusahaan papanya di daerah Sukabumi. Terhitung sudah dua bulan Sakha bolak-balik berkunjung. Kadang long weekend, ia menginap sekalian jalan-jalan untuk menyegarkan otaknya. Sampai suatu hari ia pun dekat dengan seorang gadis sederhana bernama Ratih Kumala. Gadis itu jualan camilan dengan berkeliling kompleks sekitar lokasi yang ditinjau Sakha. "Halo, Pa." Sakha mengangkat telepon yang bergetar. Dari seberang suara papanya sudah menyapa lebih dulu setelah saling mengucap salam. "Kha, ada om Revan sama tante Melly silaturahim ke rumah." "Terus?" Suara Sakha sedikit mendesah. Ia sudah menaruh curiga papanya pasti bersekongkol dengan sang mama untuk menjodohkannya dengan anak Revan dan Melly. "Ya, papa mau kamu pulang minggu ini." "Maaf, Pa. Sakha belum selesai melakukan seleksi lokasinya." "Tidak masalah. Biar aspri papa yang mengurusnya. Kamu yang penting pulang, oke!" "B
Read more
Bab 52 Restu
Sakha ragu ingin mengakhiri percakapan siang hari bersama Ratih. Dengan membulatkan tekad iapun bersuara. "Aku bukan orang kaya seperti yang kamu takutkan. Tapi aku orang yang bekerja keras demi meraih kesuksesan. Uang yang kudapatkan saat ini adalah hasil kerja keras. Jadi, jangan mengira aku sebagai orang yang kaya mendadak, Ratih," terang Sakha hati-hati. Ia takut Ratih tidak percaya lagi padanya. "Iya, iya. Aku percaya sama Mas Sakha, kok." "Kalau begitu aku melamarmu sekarang?" "Hah? Maksudnya?" "Kita menikah. Aku yang akan memintakan restu pada papa dan mama." "Tapi, Mas? Kondisi keluargaku begini." "Tidak masalah, harta bisa dicari. Lagian aku yang berkewajiban menafkahi. Yang penting kamu tulus menjadi pendamping hidupku." "Kamu bersedia kan, Tih?" Sakha menanti jawaban dari Ratih dengan harap-harap cemas. Senyum gadis itu memudar, tetapi tak lama kemudian Ratih menyunggikan senyumnya lagi. "InsyaAllah, Mas." Ratih mengangguk pelan. Sakha pun mengucap syuku
Read more
Bab 53 Waktu Berlalu
Bab 53 Waktu Berlalu "Pa, Ma. Apa Sakha boleh berterus terang?" ucap Sakha serius. "Ada apa, Kha? Apa kamu sudah punya calon?" tanya Gita sedikit kecewa, pun Ardi lebih heran lagi. "Sebenarnya Sakha mau minta restu papa dan mama. Sakha sudah melamar seorang gadis." "Apa?!" Ardi menghela napas panjang, pun Gita mencoba mengusap lengan suaminya lembut supaya tidak terjadi pertengkaran antara ayah dan anak. "Sakha, kalau kamu ingin melamar gadis itu. Bahkan kamu ingin menikahinya, papa setuju. Akan tetapi, kamu juga harus mau menikah dengan putri Om Revan." Gita terperanjat dengan ucapan suaminya. "Pa." Gita bertanya heran pada Ardi yang memasang wajah serius. "Tapi, Pa. Sakha cintanya sama Ratih bukan Rahma anak Om Revan. Rahma memang perempuan cerdas dan mandiri, tapi Sakha memilih Ratih. Dia gadis desa yang butuh perhatian," mohon Sakha. "Kamu bebas memberikan perhatian pada gadis itu, Kha. Tapi papa dan mama tetap berharap kamu menikah sama Rahma. Papa dan mama berhutang b
Read more
Bab 54 Panik
Bab 54 Ana melangkah gontai menyusuri trotoar depan gedung mirip tempat pelatihan kalau ia tidak salah terka. Laki-laki yang ditemui tadi parkir di sekitar gedung itu. Ia akan mencoba esok lagi harus berhasil menggaet pembeli. Sekarang tekadnya adalah pulang ke kos bertanya teman yang sudah menjadi reseller produk XYZ cosmetic. Panas mentari begitu terik membakar kulit wajah. Ana mengusap peluh yang membasahi dahi. Melewati kedai jus, gejolak hatinya ingin membeli. Tenggorokannya sudah kering kerontang akibat banyak bicara tadi. Namun, ia teringat belum makan siang, juga susu Aira belum terbeli. Membuka dompet ternyata tinggal 2 lembar, satu warna merah dan satunya biru. "Jus, makan siang, susu?" Ana menyugar rambutnya kasar. Kepalanya pusing membagi uang untuk keperluan hari ini. Harapan mendapat tambahan uang tadi ternyata gagal oleh lelaki yang baru saja dijulukinya muka kulkas. "Susu, makan siang, jus." Ana membuang napas kasar. Andai saja berlembar-lembar uang di dalam domp
Read more
Bab 55 Maaf
BAB 55 "Aira....Ai, Sayang. Kenapa jadi panas begini badannya?" Ana menaruh tasnya di meja, pun belanjaan nasi bungkus juga susu untuk Aira. Ia kebingungan melihat kondisi wajah Aira yang pucat seputih kapas. Bahkan di sekitar mulutnya terlihat membiru. Punggung tangannya menyentuh dahi ternyata benar demam tinggi. "Mbok, gimana ini?" Ana panik tak terkira. Selama merawat Aira belum pernah bayi itu panas tinggi hingga kondisinya mengkhawatirkan seperti sekarang. Kedua mata balita mungil itu terpejam, sesekali rewel nangis kencang. Ana menyentuh badan Aira terasa dingin. Ia menyambar jaket kecil lalu dipakaikan. "Ai kedinginan, Mbok." Di dekapnya sang bayi dalam gendongan. Ana menenangkan tangisan Ai sambil menimangnya. Ia meminta tolong Mbok Darmi mengambilkan air anget dan serbet. Setelah datang Mbok Darmi menyerahkannya ke Ana. "Kita bawa ke rumah sakit saja, Na!" "Sebentar, Mbok!" Ana berusaha setenang mungkin. Ia meremas serbet dengan tangan kanan sambil duduk di ranj
Read more
PREV
1
...
89101112
...
19
DMCA.com Protection Status