Semua Bab Menantu Kuadriliuner: Bab 201 - Bab 210
245 Bab
Bab 200. Mengintrogasi Haston dan Joni
Tendangan Anton membuat Haston jatuh terlentang di lantai. Semua orang yang menyaksikannya tampak semakin ketakutan, apalagi mereka tidak bisa keluar dari tempat ini yang dijaga oleh banyak pria bertopeng.Anton maju dan menginjakkan kakinya di perut Haston.“Jangan! Lepaskan!” Haston menjerit kesakitan.“Sekarang katakan siapa saja oknum polisi yang memberi izin klub malam ini beroperasi?” tanya Anton sembari menekan kakinya di perut Haston.“Am-pun.” Haston terengah-engah akibat perutnya terinjak. “saya akan memberitahu semuanya.” Haston pun menyebutkan oknum polisi maupun pejabat yang sering datang ke klub malam ini. Nama yang disebut salah satunya adalah Marcel Putra Wirdoyo yang merupakan pelanggan setia.“Baiklah. Sekarang kamu akan menerima hukuman yang setimpal. Semua ucapanmu terekam jelas,” ucap Anton sembari mengeluarkan alat perekam kecil di saku celananya. “aku akan menyerahkan rekaman ini ke pengadilan pusat.”Di tengah kesakitannya, Anton terlihat begitu panik, “Tolong
Baca selengkapnya
Bab 201. Undangan Dari Bambang
“Kalau begitu aku akan membunuhmu!” seruan Raja sama sekali tidak main-main. Joni gemetar sejadi-jadinya dengan detakan jantung yang terdengar keras. Dia tampak ingin berbicara, tetapi suaranya tertahan. Rasa takutnya lebih besar dari rasa sakitnya, seolah-olah tidak menyadari bahwa ada banyak darah yang mengalir deras dari kepala dan tangan kirinya. Anton yang juga benar-benar murka, dia pun mengambil pecahan beling. “Binatang sepertimu pantas dibunuh!” Saat Anton hendak menancapkan beling itu ke wajah pria itu, tiba-tiba tangannya tertahan. “Pak Raja?” Anton bingung karena Raja mencegahnya. “Joni harus mati!” dia sangat kesal kala menoleh ke arah Joni yang sudah tidak sadarkan diri. “Sialan! Bangun, kamu!” teriaknya. “Anton! Jangan membunuhnya!” ucap Raja serius Anton sedikit terkejut mendengarnya. Dia menoleh dan bertanya, “Bukankah Pak Raja tadi ingin membunuhnya?” “Tidak! Aku hanya menggertaknya,” tegas Raja. “aku hanya memberinya sedikit pelajaran, selebihnya biarkan hu
Baca selengkapnya
Bab 202. Insiden Di Perusahaan Bangshion
“Ada apa, Pak?” tanya Ayyara. “Mohon maaf sekali lagi, Bu. Yang boleh masuk ke dalam hanyalah seorang petinggi perusahaan. Saya harap Ibu mengerti.” Ayyara memahaminya. Di titik ini dia merogoh ponsel miliknya dan menghubungi Bambang. Setelah sambungan telepon terhubung, Ayyara berkata, “Hallo, Pak.” “Ya, Bu Ayya.” Suara Bambang terdengar karena Ayyara sengaja menghidupkan loudspeaker ponselnya. “Pak saya sekarang ada di lobi perusahaan. Kalau boleh, izinkan suami saya menemani saya masuk ke dalam,” pinta Ayyara. “Gimana, ya.” Bambang terdengar ragu-ragu. “Suami saya hanya menemani saja,” ucap Ayyara meyakinkan. “Baiklah, silahkan masuk,” jawab Bambang, lalu sambungan telepon terputus. Dengan senyuman kecil, Ayyara menatap security itu dan berkata, “Jadi boleh 'kan suamiku ikut denganku?” Security itu mengangguk lalu segera menggeser tubuhnya ke samping, “Silahkan, Bu.” Raja dan Ayyara berjalan berdampingan dan memasuki lift. Mereka menekan tombol lift untuk segera tiba di
Baca selengkapnya
Bab 203. Kehormatan Suami Jauh Lebih Penting
“Haruskah aku merobek bibirmu atau langsung membunuhmu karena berani menuduh istriku?!” seru Raja. Seluruh tubuh Bagas bergetar diselimuti ketakutan. Namun, statusnya sebagai seorang petinggi perusahaan membuat pria gendut tersebut tidak ingin kalah dengan seorang kalangan bawah seperti Raja. Bagas bangkit dan menatap Raja dengan mata melotot, “Berani kamu mengancamku?!” walaupun suaranya lantang, raut wajahnya tidak bisa menyembunyikan rasa takutnya. “kamu hanyalah seekor semut yang bisa aku injak-injak!” Bahkan semua orang juga merasakan aura kemarahan Raja yang seolah-olah membakar seisi ruangan. “Kalau begitu buktikan ucapan anda!” seru Raja kemudian. “Silahkan.” Bagas hanya bisa menahan amarahnya. Tentu saja dia tidak berani melawan Raja saat ini juga, bisa-bisa tubuhnya sendiri yang babak belur. Namun, perlahan senyuman licik terbit di bibirnya. Bagas menoleh ke arah Ayyara, “Apakah dia suami yang baik? Sikapnya yang kayak binatang, tidak pantas buat kamu. Sudah terbukti, d
Baca selengkapnya
Bab 204. Membuka Pikiran Ayyara
Marcel tengah berada di kamar pribadinya. Dia begitu kesal, merasa seperti singa yang terkurung.“ARGH! Sialan!” teriak Marcel sembari menyandarkan punggungnya di pintu dan menjambak rambutnya sendiri.Marcel lalu mulai melampiaskan amarahnya dengan merusak barang-barang yang ada di kamar miliknya.“Raja! Ayyara!” teriaknya lagi penuh emosi. Kali ini dia memecahkan sebuah gelas.Di titik ini pintu kamar terbuka. Marcel tersenyum kecut kala mengetahui Ferdi yang datang menemuinya.“Ada apa lagi, Pa?” sindirnya. “Mau memperketat pengawasanku? Silahkan lakukan sesuka hati Papa.” nada bicaranya menunjukkan kekesalannya.“Dengarkan Papa. Kita harus melakukan sesuatu untuk menghentikan laju perusahaan SFM.” Ferdi tanpa basa-basi langsung mengutarakan maksud kedatangannya.Ferdi sama sekali tidak peduli dengan sikap kekanak-kanakan Marcel. Baginya masa depan WNE Group kini jauh lebih penting.“Tidak ada waktu lagi. Kita harus bergerak cepat,” ucap Ferdi dengan raut wajah yang begitu serius.
Baca selengkapnya
Bab 205. Tanganku Terlalu Kuat!
“Wajahmu sesuai dengan foto yang dikirimkan Pak Bagas!” seru pria itu. “kamu adalah target kami hari ini!”Raja masih dengan wajah datarnya, “Untuk apa Pak Bagas mengirim kalian?”“Untuk mematahkan tulangmu!” jawab pria itu penuh penekanan dengan tatapan mengintimidasi.Raja menatap mereka satu per satu dengan raut wajah tanpa ekspresi, “Pergilah. Aku tidak banyak waktu.”Kelima orang itu malah tertawa renyah dengan tatapan meremehkan.Pria itu mendecakkan lidahnya, “Kamu takut? Sayangnya kami tak 'kan membiarkanmu pergi sebelum tulang-tulangmu patah.”“Jangan bilang aku tidak memperingati kalian. Pergilah. Tanganku terlalu kuat! Aku tidak ingin melukai kalian.” Ucapan Raja yang jujur itu malah membuat kelima orang itu naik pitam. Di detik selanjutnya pria itu menerbitkan senyuman meremehkan, “Sekuat apa pukulanmu? Aku ingin mencobanya. Lebih sakit dari gigitan semut, 'kah?”“Dia barusan cuma menggertak, Bos. Dipukul nanti nangis ngadu ke istrinya.”“Dia pikir kami anak kecil yang mu
Baca selengkapnya
Bab 206. Undangan Jebakan
“Ya, Pak Raja. Dan ini sangat mengejutkan,” jawab Anton.Raja semakin penasaran setelah mendengar jawaban dari Anton. Lantas dia pun masuk ke ruangan. Tanpa kaki tangannya itu mengikutinya dari belakang.“Apa maksudmu barusan?” tanya Raja sembari mendaratkan tubuhnya di sofa.Anton mengambil sebuah laptop yang sudah menyala dan menghadapkannya layar benda tersebut ke arah Raja.“Ini, Pak Raja,” ucap Anton sembari menekan keyboard.Sebuah video sedang diputar, rekaman CCTV yang memperlihatkan keakraban keluarga Nugraha dengan Bambang, tepatnya 20 tahun yang silam.Rekaman CCTV itu hanyalah permulaan. Anton lalu memutar rekaman CCTV lainnya. Raja pun memperhatikannya dengan seksama. Rekaman tersebut, nampak Nugraha dan seorang polisi tengah berada di ruangan mayat rumah sakit. Kakek tua itu membuka kain yang menutupi mendiang orang tua Ayyara. Sesudahnya, mereka bersitatap lalu sang Kakek mengeluarkan sebuah kartu dari saku celananya dan memberikan kepada polisi itu.“Sangat mencurigak
Baca selengkapnya
Bab 207. Terungkapnya Kasus 20 Tahun Silam
Anton melemparkan senyuman. Dia merasa puas karena pada akhirnya Bambang mengakuinya.Bambang melanjutkan ceritanya, “Saya sangat takut, dulu Pak Nugraha mengancamku agar tutup mulut. Pak Nugraha juga bekerja sama dengan polisi untuk memanipulasi kasus itu. Keesokannya semua media memberitakan kedua orang tua Ayyara meninggal karena tabrak lari. Sebagai penebusan dosa, Pak Nugraha mengadopsi Ayyara.”Anton manggut-manggut, “Sudah kuduga. Bukan orang lain pelakunya, melainkan Pak Nugraha sendiri yang menabrak kedua orang tua Bu Ayyara. Walau itu tanpa kesengajaan.”“Hah?” Bambang spontan membelalakkan matanya mendengar kalimat dari Anton. Anton mengangkat wajahnya dan menatap lurus ke wajah pria itu, “Kenapa kamu sangat terkejut, Bambang?”“Bukan begitu. Tapi …”Belum selesai Bambang menjelaskan, Anton terlebih dahulu menyelanya, “Tapi apa lagi? Semuanya sudah jelas. Pak Nugraha harus bertanggung jawab.”Raut wajah Bambang seketika memucat, ‘itu artinya aku juga harus bertanggung jawa
Baca selengkapnya
Bab 208. Memanggil Nugraha
“Ada tugas penting untukmu,” ucap Raja. “Panggil Nugraha sekarang juga.”“Baik, Pak Raja.” “Dengarkan aku …” Raja mulai menjelaskan apa yang harus dilakukan Anton saat bertemu dengan Nugraha.Setelah mendengarkan penjelasan atasannya, Anton pun mengambil ponsel miliknya untuk menghubungi Nugraha.***Di salah satu ruangan perusahaan SFM, Nugraha mengadakan rapat dadakan dengan karyawan berkepentingan.“Walau perusahaan SMF maju pesat, kita harus membuat terobosan baru ….” Kalimatnya terjeda kala ponsel di sampingnya berdering.Mendapati nama Anton di layar ponselnya, Nugraha pun langsung mengangkat telepon itu,“Pak Nugraha?” sapa Anton dari seberang telepon.“Ya, Pak Anton?”“Aku minta Pak Nugraha datang ke Prince Group sekarang juga.” Suara Anton terdengar begitu serius.“Baik, Pak. Saya akan langsung ke sana,” jawab Nugraha, lalu sambungan telepon terputus.“Rapat ditunda besok pagi,” kata Nugraha sembari mengedarkan pandangan ke semua orang yang duduk di meja rapat. “kembalilah k
Baca selengkapnya
Bab 209. Permintaan Nugraha
“Ya!” jawab Anton.Nugraha menghela napas pelan sembari menunduk. Anton mendengus dengan senyuman miring, “Baguslah kalau Bapak sadar.”“Saya bisa jelaskan,” ucap Nugraha sembari mengangkat kepalanya. “Saya menghukum Margareth, karena dia memang pantas mendapatkannya. Aku terpaksa mengusirnya dari rumah, menghukumnya tidur di kandang sapi, dan memasukkannya ke penjara karena kejahatannya sudah tidak termaafkan,” jelasnya dengan nada suara yang begitu serius.Anton memicingkan matanya, “Apa maksudmu? Aku–”“Maaf, boleh saya menyela,” potong Nugraha. “saya akan menjadi manusia laknat jika saya melindungi anak saya yang tak henti-hentinya berbuat kejahatan. Berulang kali cucu saya, Ayyara hampir celaka gara-gara Margareth.” dia sejenak mengatur napas, dan melanjutkan kalimatnya. “apakah tindakan saya dianggap kesalahan besar dan aib oleh Prince Group? Saya harap Pak Anton pikirkan lagi keputusannya.”Anton lagi-lagi menatap Nugraha dengan wajah dinginnya, “Sadarkah dengan ucapan Bapak?”
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1920212223
...
25
DMCA.com Protection Status