All Chapters of Menantu Kuadriliuner: Chapter 221 - Chapter 230
245 Chapters
Bab 220. Surat Penangkapan
Suara Ayyara menyadarkan Raja dari lamunan, “Mas?”“Tunggu sebentar. Aku dalam perjalanan,” jawab Raja, lalu memutus sambungan telepon usai mendapat jawaban dari Ayyara.Raja bergerak cepat. Dia menghubungi Anton untuk menangkal hal buruk yang tidak diinginkan. Di dering ke tiga teleponnya terangkat, “Halo, Pak Raja,” sapa Anton dari seberang sana.Tanpa basa-basi Raja mengutarakan keinginannya. “Ada tugas untukmu. Sekarang Kakek meminta istriku untuk menemuinya. Kamu pastikan kalau dia tidak akan menceritakan masalah itu kepada istriku.”“Baik, Pak Raja.”“Pastikan Kakek tidak curiga,” pesan Raja.“Baik, Pak. Aku mengerti.” Raja memutus sambungan telepon, lalu menghidupkan mesin mobil dan melajukan menuju rumah sakit umum.Setiba di rumah sakit, Raja menghentikan mobil di samping Ayyara yang sudah menunggunya di pinggir jalan.Ayyara masuk dan duduk di samping Raja. Dia langsung mendekatkan wajahnya untuk mencium pipi sang suami.“Ke rumah Kakek dulu ya, Mas,” pinta Ayyara yang dib
Read more
Bab 221. Kecemasan Raja
Ayyara yang membaca pesan itu seketika melebarkan senyuman. Baginya, Nugraha sangat lucu karena seperti orang jauh yang merasa tidak enak hati hanya persoalan membatalkan pertemuan.Ayya pun membalas pesan itu sambil menyengir, [Haha Kakek ada-ada saja. Ayya tidak akan pindah Negara, jadi masih banyak waktu untuk melepas rindu.]Sementara, polisi itu menyampaikan permintaan maaf kepada Raja.“Baiklah, Pak. Aku mengerti Bapak hanya menjalankan tugas. Justru aku apresiasi kinerja kepolisan yang bergerak cepat menanggapi aduan masyarakat. Hanya saja aku berharap polisi jangan tebang pilih dalam menangani kasus hukum.” Raja setengah memuji, juga setengah menyindir.“Tentu saja. Kami sangat tegas. Setiap menangani kasus, kami tidak memandang status pelaku dan korban,” balas polisi itu dengan wajah serius.Raja yang sudah malas berada di tempat itu, lantas dia pun bertanya, “Kalau begitu boleh aku pulang sekarang?”“Tentu saja. Bapak bisa pulang dengan tenang.”Raja menoleh ke arah Ayyara,
Read more
Bab 222. Lebih Sensitif
Ayyara langsung membalas pesan itu, [Bisa, Pak. Di mana dan jam berapa saya harus menemui Bapak?]Menunggu sesaat, pesan itu terbalas, [Di restoran Chinese dekatnya Jaya Kosmetik, jam 1 siang.][Baik, Pak,] balas Ayyara.Setelah melihat Ayyara memasukkan ponselnya ke dalam tas, barulah Raja bertanya, “Dari siapa?”Ayyara menoleh dan menjawab, “Dari Pak Bambang, Mas. Dia ingin bertemu besok. Katanya ada hal penting yang ingin dibahas. Kemungkinan besar perihal kerja sama.”Raja manggut-manggut, walau dalam benaknya dia sedikit khawatir Bambang meminta bertemu dengan Ayyara karena ingin menceritakan kasus pembunuhan yang terkubur selama 20 tahun itu.“Besok ikut aku ya, Mas. Kebetulan Pak Bambang ingin bertemu di restoran Chinese dekat kantor kita,” ucap Ayyara kemudian.Raja mengangguk cepat, “Tentu.”“Tapi masalahnya kalau Mas ikut aku terus nanti semua karyawan curiga dan manganggap aku nggak profesional, karena setahu mereka Mas cuma bekerja di bagian ob, bukan asisten pribadiku. Gi
Read more
Bab 223. Warisan Keluarga Nugraha
Raja penasaran dengan maksud dan tujuan kedatangan Nugraha dan temannya, tapi akan tidak sopan jika dia menanyakan hal itu tanpa mempersilahkan mereka masuk terlebih dahulu.“Masuk, Kek,” ucap Raja sambil membuka pintu lebar-lebar.Nugraha dan dua temannya itu pun masuk menuju ruang tengah, lalu mereka mendaratkan tubuhnya di sofa panjang.“Ayya masih sibuk?” tanya Nugraha.Raja memilih duduk di sofa yang menghadap Nugraha, “Mungkin 3 menit lagi Ara turun … Kakek ke sini sekedar mampir atau ada keperluan?” tanyanya kemudian.“Ada keperluan penting yang ingin aku bicarakan dengan Ayya,” jawab Nugraha terlihat serius.“Kenapa mendadak sekali? Atau Kakek dan Ayyara sebelumnya sudah janjian?” pancing Raja.“Tidak.” Nugraha menggelengkan kepala. “emang ini keperluan yang sangat mendadak.”“Bukan masalah itu, 'kan?” Raja memastikan.Nugraha yang mengerti maksud Raja pun menjawab, “Bukan. Kamu tenang saja, Kakek pasti menepati janji. Kakek tidak ingin terjadi apa-apa dengan Ayya dan kandunga
Read more
Bab 224. Perubahan Sikap Shinta
Walaupun tidak terlalu keras, Shinta sangat terkejut mendapatkan tamparan dari sahabatnya sendiri.“Ayya? Kenapa kamu menamparku? Apa salahku?” Shinta menatap lurus ke wajah Ayyara.Ayyara menggeleng singkat melihat Shinta belum menyadari kesalahannya“Pantaskah kamu menatap suami sahabatmu sendiri dengan tatapan seperti itu?” Ayyara menjawab dengan melemparkan sebuah sindiran. “pantaskah kamu mengajak suamiku untuk makan berduaan? Apa kamu tidak memikirkan perasaanku?”“Aneh, kamu. Berlebihan, aku cuma ingin mentraktir suamimu sebagai bentuk rasa terima kasihku. Itu aja, nggak lebih,” sangkal Shinta.“Oh, ya? Kalau memang itu tujuanmu, kenapa kamu tidak mengajakku juga? Bukankah itu lebih baik?” tanya Ayyara.Pertanyaan Ayyara membuat Shinta tampak gelisah, seolah-olah sedang berpikir mencari alasan yang tepat.“Apaan sih, kamu. Apa salahnya aku cuma ngajak suamimu? Lagian dulu kita sudah sering makan bersama,” jawab Shinta.Ayyara menggeleng tak percaya. Dia merasa Shinta bukanlah s
Read more
Bab 225. Rencana Licik Shinta
“Haruskah aku mempertegasnya lagi?” tanya Raja–dingin. Shinta malah menunjukkan senyum manisnya, walau sebenarnya dia mulai kesal. “Jangan berpikiran buruk tentangku. Aku cuma ingin membalas kebaikanmu. Hanya satu malam saja,” bujuk Shinta. “Tidak!” Raja menjawab dengan tegas. “Jika kamu ingin berterima kasih, bersikaplah seperti biasanya.” “Aku nggak berubah kok. Aku hanya merasa nggak tenang kalau aku belum memenuhi hajatku buat mentraktir kamu,” balas Shinta. Shinta sengaja mengulur waktu untuk lebih lama dekat-dekat dengan Raja, karena tujuan sebenarnya agar dilihat oleh sebagian karyawan yang ujung-ujungnya akan menjadi buah bibir di lingkungan perusahaan. Raja memalingkan wajah ke arah lain, menatap seorang security yang kebetulan lewat di tempat itu. “Pak,” panggil Raja, dan seketika security itu menghentikan langkahnya. Security itu menoleh ke arah Raja, “Bapak memanggil saya?” tanyanya memastikan. Raja mengangguk, “Benar, Pak. Kami butuh bantuan Bapak.” Security itu
Read more
Bab 226.
Melihat Ayyara masih terdiam, Bambang semakin merasa berdosa. Namun, dia tidak punya pilihan lain. “Sebagai gantinya, aku janji akan membantu mencarikan perusahaan besar yang mau berkerja sama dengan Jaya Kosmetik,” ucap Bambang kemudian. Ayyara mengatur napas sambil memejamkan mata sejenak, mencoba bersikap profesional walaupun masih sulit menerima kabar buruk ini. “Segala sesuatu yang terjadi pasti ada penyebabnya. Saya minta penjelasan dari Bapak, dengan begitu saya akan menerima keputusan Bapak,” kata Ayyara dengan wajah seriusnya. Masalahnya Bambang tidak bisa berterus terang. Semakin dia sering berhubungan dengan Ayyara, bayang-bayang kejadian 20 tahun silam langsung muncul di hadapannya. Apalagi saat Anton mengintrogasinya kemarin, dia terus kepikiran. “Saya tidak bisa menjelaskannya sekarang, Bu Ayya. Saya menerima jika Bu Ayya ingin menuntut masalah ini melalui jalur hukum,” balas Bambang. Mendengar jawaban itu, alis Ayyara berkedut. Dia justru curiga Bambang terpaksa m
Read more
Bab 227.
Ayyara senang melihat Bambang datang menemuinya lagi. Dia pikir pria itu sudah mau terbuka dengan masalah yang sedang dihadapi. “Ada apa, Pak?” tanya Ayyara basa-basi. Bambang melangkah mendekat, “Maaf, ponselku ketinggalan,” jawabnya sambil mengambil benda pipih itu di kursi. Bambang langsung berbalik pergi setelah berpamitan kepada pasangan suami istri itu. “Sepertinya Pak Bambang masih was-was,” ucap Ayyara lalu menoleh ke arah sang suami yang berdiri di sampingnya. “menurut Mas kira-kira siapa yang mengancam Pak Bambang?” Raja hanya mengedikkan bahu. Dia sebenarnya merasa kasihan kepada Ayyara yang masih salah persepsi. “Yang jelas orang itu memanfaatkan Pak Bambang untuk balas dendam sama kita,” kata Ayyara. “siapapun orangnya, kita harus membantu Pak Bambang.” “Ara tidak perlu memikirkan masalah ini. Serahkan semuanya padaku,” tanggap Raja sambil mengusap lembut rambut Ayyara. Ayyara menyunggingkan senyuman. Dia percaya Raja bisa menyelesaikan masalah ini dengan mudah. “
Read more
Bab 228. Demi Kebaikan Istrinya
[Keputusanku sudah bulat. Saya ingin mengakhiri kerja sama dengan Jaya Kosmetik,] tulis Bambang. Raja yang melihat Ayyara tampak muram, lantas dia pun menyentuh pundak istrinya dan bertanya, “Ada apa, Ara?” Ayyara memberikan ponsel miliknya kepada Raja. “Kita harus segera menemukan siapa yang mengancam Pak Bambang, Mas. Aku yakin dia sedang tertekan dan nggak bisa melawan. Bukan karena Ara nggak ingin kontrak kerja sama ini batal, tapi Ara benar-benar ingin membantu Pak Bambang,” ucap Ayyara. Raja mengerti dengan niat tulus Ayyara, tetapi masalahnya istrinya itu masih belum menyadari bahwa perubahan sikap Bambang disebabkan masalah lain yang lebih rumit. Namun, Raja berujung mengangguk, “Aku janji akan menyelesaikan hari ini juga.” “Makasih ya, Mas,” ucap Ayyara sambil menerima ponsel dari Raja. “Mas, aku mau ganti baju dulu,” imbuhnya kemudian. Raja membalasnya dengan anggukan kecil, “Aku tunggu di sini. Aku mau menghubungi Anton untuk meminta bantuannya.” “Iya, Mas.” Ayyara m
Read more
Bab 229.
“Jangan banyak alasan. Bukannya kamu tadi–” sindir Ema. “Maaf, saya tadi tidak fokus.” Shinta menyela cepat. “saya janji tidak mengulangi kesalahan yang sama.” Ayyara curiga, kentara jelas kalau Shinta berusaha menutupi sesuatu yang diketahui oleh Ema. Saat Ema hendak berbicara, lagi-lagi suara Shinta keluar terlebih dahulu, “Jika saya mengulangi kesalahan yang sama, saya siap menerima hukuman dari perusahaan.” Ayyara justru semakin curiga. Karena itu, dia pun bertanya kepada Ema, “Apa yang dilakukan Shinta?” “Tadi–” Baru satu kata terucap dari bibir Ema, lagi-lagi Shinta menyelanya. “Aku mengaku salah.” Shinta benar-benar tidak memberi kesempatan untuk Ema berbicara. Dia takut kalau wanita itu benar-benar melihat isi pesan di ponsel miliknya dan membocorkannya kepada Ayyara. “Coba kalau orang bicara jangan dipotong terus.” Ema mulai kesal. “tidak tahu sopan santun sama sekali.” Shinta menundukkan kepala dan menampilkan ekspresi bersalah, “Maaf, Bu. Saya janji kedepannya akan b
Read more
PREV
1
...
202122232425
DMCA.com Protection Status