All Chapters of Menantu Kuadriliuner: Chapter 211 - Chapter 220
245 Chapters
Bab 210. Di Balik Kasih Sayang Nugraha
“Siapa kamu, Raja?” tanya Nugraha. “Kenapa kamu bisa seenaknya berada di kamar pribadi direktur?”“Duduklah dulu, Kek,” pinta Raja.Nugraha mendaratkan tubuhnya di kursi, tatapannya masih terfokus kepada Raja. Ada sejumlah pertanyaan yang menyeruak hatinya. Siapa Raja sebenarnya? Apakah Raja yang menyelidiki kasus 20 tahun silam dan memberitahunya kepada Anton?“Aku mendengar perusahaan SFM semakin maju pesat. Selamat, Kek,” ucap Raja.Nugraha malah merespon dengan sebuah pertanyaan, “Ada apa ini, Raja? Apa yang sebenarnya terjadi?” dia mencari kebenaran, karena apa yang dilihatnya masih bagaikan mimpi.“Apa maksudnya, Kek?” Raja pura-pura tidak mengerti.“Ada hubungan apa kamu dengan semua ini?” tanya Nugraha. Dia juga menoleh ke arah Anton, seolah-olah meminta penjelasan.“Jelas sekali ada hubungannya,” sahut Anton sembari melirik ke arah Raja. “sebelum aku meminta Bapak datang ke sini, aku terlebih dahulu mengintrogasi Raja. dan ternyata dia tidak tahu sama sekali dengan masalah in
Read more
Bab 211. Membantu Shinta
“Bolehkah aku tarik gajiku duluan?” tanya Shinta dengan senyuman canggung. “aku sedang butuh uang buat keperluan keluarga.”Ayyara yang sudah mengenal lama Shinta, dia bisa merasakan kalau temannya itu sedang berbohong.“Kamu punya masalah di luar sana? Ayo cerita sama aku,” bujuk Ayyara.“Ya, itu. Masalahku butuh uang, hehe,” jawab Shinta dengan senyuman meyakinkan, walaupun raut wajahnya berkata lain.“Benaran cuma butuh uang?” tanya Ayyara memastikan.“Beneran kok. Jadi boleh 'kan aku tarik gajiku duluan?” Shinta berbalik bertanya.Ayyara sebenarnya tidak mempercayai ucapan Shinta, tetapi dia berujung menanggapi, “Emangnya kamu butuh berapa?”“Aku butuh 7 juta,” jawab Shinta.“Oh gitu,” respon Ayyara sembari melepas tangan Shinta, lalu merogoh ponsel dari tas kecilnya. “berapa nomor rekeningmu? Aku ambilkan dari uang pribadiku.”“Ya ampun, makasih banget Ayya.” Shinta tampak senang. “gantinya ambil dari gajiku ya nanti.” dia lalu membacakan nomor rekeningnya.Saat berhasil melakuka
Read more
Bab 212. Shinta Terancam
“Dibeli berapa sama si Om-Om?” sindir si sopir.“Maksudnya?” Shinta tidak mengerti.“Udah jangan malu. Aku sering ke sini nganterin penumpang,” jawab si sopir sembari melihat Shinta dari kaca spion. “baru pertama ya?”Shinta masih belum mengerti maksud dari si sopir. Lantas dia pun menanggapi, “Iya, aku baru pertama datang ke sini.”Si sopir terus memperhatikan Shinta dari kaca spion, “Lumayan juga.”Jika sebelum ini diperhatikan dengan tatapan mesum seperti itu, Shinta pasti akan merasa risih. Namun, saat ini di pikirannya diselimuti rasa takut, membuatnya sama sekali tak memperhatikan tatapan mata nakal si sopir.“Dapat bayaran berapa?” tanya si sopir sekali lagi, tampak penasaran karena belum mendapat jawaban dari Shinta. “kalau perawan biasanya bayarannya tinggi. Ya, 'kan?”Mata Shinta melebar, barulah dia mengerti maksud si sopir, “Jaga omongan Bapak! Aku bukan seorang pelacur.”Si sopir malah tertawa terbahak-bahak, “Halah jangan bohong. Semua orang tahu di hotel ini tempat esek
Read more
Bab 213. Menyelamatkan Shinta
“Bajingan!” seru pria tampan itu.“Raja?” Lirih Shinta sambil bangkit dari posisi terlentang.Shinta turun dari tempat tidur dan langsung memeluk Raja sambil menangis sejadi-jadinya.“Dia mau memperkosaku, Raja. Aku takut,” gumam Shinta.“Tenanglah,” balas Raja sambil mencoba melepaskan tangan Shinta yang melingkar di tubuhnya, tetapi tangan wanita itu semakin erat.Ayyara yang baru masuk seketika membelalakkan mata melihat suaminya dipeluk oleh Shinta. Namun, dia membiarkan karena tahu kondisi psikis sahabatnya itu, meskipun jantungnya berdebar merasa cemburu.“Shinta, kamu baik-baik saja, 'kan?” tanya Ayyara sembari berjalan mendekat.Mendengar itu, Shinta melepaskan pelukannya. “Ayya.” Shinta menghampiri Ayyara, dan mereka pun saling berpelukan. “Aku takut, Ayya. Dia hampir merenggut kesucianku.” “Sekarang kamu nggak–”Baru saja Ayyara bersuara, suara lantang pria itu menggema, “Bajingan! Siapa kalian!”Pria itu bangkit dengan wajah merah padam, “Siapa kalian, hah?!” tanyanya sek
Read more
Bab 214. Berry Berada Di Atas Angin
“Berry! Aku akan melaporkanmu ke polisi!” teriak Shinta penuh kemarahan. Berry mengusap wajahnya yang memerah akibat tamparan. Dia lalu menatap Shinta sambil mendengus miring, “Shinta, kamu jangan lebay. Aku ngga salah apa-apa. Kalaupun aku dipenjara, kamu yang bakalan rugi.” “Nggak!” tegas Shinta. “aku nggak peduli lagi! Aku nggak sudi punya Kakak kayak kamu!” “Kamu nggak ngerti ya maksudku?” Berry melemparkan senyuman miring. “Biar aku kasih tahu. Kalau aku dipenjara, orang-orang yang aku hutangi akan mencarimu. Mungkin hari ini kamu bisa selamat dari cengkraman singa, tapi gimana di kemudian hari?” Berry sengaja menakut-nakuti Shinta, karena tujuan yang sebenarnya adalah memaksa Ayyara secara tidak langsung untuk membayar hutang-hutangnya. Dia tahu Ayyara tidak akan membiarkan hal buruk terjadi kepada sahabat akrabnya. “Kamu benar-benar manusia biadap, Berry!” Teriak Shinta penuh emosi. “kenapa manusia kayak kamu dilahirkan ke dunia?!” Berry menanggapinya dengan santai, “Maka
Read more
Bab 215. Bercandalah Dengan Para Napi!
“Sesuai laporan. Seret dia ke kantor polisi!” jawab Ayyara.“Apa?!” pekik Berry dengan mata melebar, tetapi di detik berikutnya dia tertawa awkward. “pasti kamu bikin surprise buat aku.”Ayyara menunjukkan wajah girang, “Ya, benar sekali. Surprisenya berupa hukuman penjara bertahun-tahun. Aku harap kamu menyukainya, Berry.”Berry terdiam seketika. Dia lalu menatap Ayyara dengan mata melotot, “jangan bercanda, Ayya. Kamu nggak mau 'kan hal buruk terjadi sama Shinta? Ingat, Ayya! Aku nggak main-main!” nadanya penuh penekanan.Berry yang bodoh tak menyadari kalau ucapannya adalah sebuah kalimat ancaman. Tentu saja dua orang polisi itu yang mendengarnya tidak punya keraguan untuk menyeret pria itu ke kantor polisi.“Apa-apaan ini?!” Berry terkejut kala dua orang polisi itu tiba-tiba mencengkeram dan memborgol tangannya “Lepaskan aku! Aku nggak bersalah!”“Anda kami tangkap. Dan anda bisa menjelaskan di kantor polisi,” tegas polisi itu. Nyali Berry menciut. Keringat dingin mulai membasahi
Read more
Bab 216. Kelima Orang Itu
“I love you, Raja,” gumam Shinta. “kamu milikku.”Namun, Shinta cepat-cepat menggelengkan kepala saat menyadari kegilaannya.“Oh, Shinta. Kamu pikir apaan sih,” gumamnya sambil mengusap wajahnya. “Raja suaminya sahabat akrabmu.”Anehnya, pandangan Shinta perlahan kembali fokus ke arah Raja.“Tapi nggak ada salahnya berandai-andai, 'kan?” tanyanya, lalu kepalanya mengangguk. “Iya, boleh. Aku cuma berandai-andai, bukan merusak rumah tangga sahabatku.”Shinta kembali membayangkan sosok pria itu adalah suaminya, tetapi pikirannya itu langsung sirna kala melihat Raja dan Ayyara berjalan menuju ke arah mobil.Raja masuk di kursi kemudi, sedangkan Ayyara memilik duduk di kursi belakang untuk menemani Shinta.“Maaf, sudah menunggu lama. Hehe,” ucap Ayyara.Shinta mengangguk pelan, “Nggak apa-apa.”Raja melajukan mobil ke rumah sakit. Sepanjang perjalanan, dia hanya fokus menyetir sambil mendengarkan Ayyara dan Shinta berbincang-bincang tentang masalah yang menimpa keluarga Shinta.Dua puluh m
Read more
Bab 217. Bermain Di Kandang Musuh
“Aku ingin istrimu,” ucap Bagas. Aura istimewa seketika keluar dari dalam diri Raja. Namun, dia tak langsung menghukum pria itu, karena di sekitar sana banyak orang yang berjaga-jaga dengan senjata api. Bagas merasa gentar, tetapi di detik berikutnya dia mengulas senyuman miring. Tentu saja dia tak boleh terimindasi, karena situasi saat ini ada dalam kendalinya. “Aku suka mata elangmu. Tajam dan mengerikan. Tapi sayangnya elang salah masuk kandang,” sindir Bagas dengan senyuman mengejek. “Bukankah kemarin kamu berani mengancam dan menyentuhku? Kok sekarang cuma berani melototiku saja?” Tiba-tiba Bagas tertawa sekeras-kerasnya. Wajahnya begitu semringah, “Apa sekarang kamu mengenal siapa Bagas? Makanya jangan sok-sok-an berani melawanku!” Namun, raut wajah Bagas berubah kesal karena mata tajam Raja masih tertuju ke arahnya. “Sebaiknya jaga matamu sebelum aku terpaksa mengeluarkan bola matamu itu!” ancam Bagas penuh penekanan. Bagas menatap Raja dengan mata melotot, tetapi anehnya
Read more
Bab 218. Mempermainkan Bagas
“Aku ingin bersenang-senang dengan nyawamu!” seru Raja sambil mendorong tubuh Bagas hingga terduduk di sofa. “Ra-ja. Ki-ta bisa bicarakan ini baik-baik,” ucap Bagas mencoba kembali bernegosiasi. Raja duduk menghadap Bagas. Dia memainkan pistol di tangan untuk menakut-nakuti pria itu. “Ada wasiat terakhir yang anda ingin sampaikan?” tanya Raja sambil mengulurkan pistol ke depan. Bagas beringsut mundur, tubuhnya semakin gemetar saat tertahan oleh pinggiran sofa. “Ka-mu bisa meminta apa-pun asal jangan bunuh aku.” Bagas memohon dengan wajah ketakutan. “uang, mobil, berlian, semuanya aku berikan.” Rahang Raja mengetat, “Anda mencoba menyogokku? Sayangnya aku bukan pria yang gila harta.” Tentu saja Bagas semakin panik. Dia tampak berpikir keras mencari cara lain untuk menggagalkan niat Raja yang ingin membunuhnya. “ja-jadi apa maumu?” tanya Bagas–gugup. “se-semua keinginanmu pasti aku kabulkan.” “Harusnya anda berpikir dua kali sebelum berniat ingin menyentuh istriku,” Raja menurun
Read more
Bab 219. Minum Air Atau Peluru?
“Sepertinya kita lanjut ke permainan lainnya!” ucap Raja. “Apa yang akan kamu lakukan? Aku sudah tersiksa,” protes Bagas. Raja mengambil air mineral botol 600 ml dan menyodorkan kepada Bagas, “Minumlah sampai habis.” Bagas menerimanya dengan harapan ini adalah permainan gila terakhir yang diterimanya. Selagi pria itu meneguk air, Raja tiba-tiba bertanya, “Apakah anda punya seorang anak?” Bagas mengangguk cepat, “Aku punya dua orang anak perempuan.” “Apa yang kamu lakukan jika ada orang yang mengaku terang-terangan ingin melecehkan anakmu?” tanya Raja. “Aku akan pasti membunuhnya saat itu juga.” Bagas menjawab jujur. “Aku juga akan melakukan hal yang sama,” sahut Raja sambil memainkan pistol di tangan. Mata Bagas membulat, ternyata pertanyaan Raja adalah sindiran untuknya. Bagas pun segera menurunkan tubuhnya dan berlutut di hadapan Raja, “Aku sungguh sangat menyesal. Aku–” “Naik, permainan kita belum selesai,” potong Raja sambil mengarahkan pistolnya ke wajah Bagas. Bag
Read more
PREV
1
...
202122232425
DMCA.com Protection Status