All Chapters of Jebakan Ranjang Suami Tampan: Chapter 51 - Chapter 60
115 Chapters
Tidak Punya Hak
Vivian mengalihkan pandangannya sehingga membuat semua orang gemas di sana. Mereka ingin segera mendapat jawaban dari Vivian. Semua orang berseru. Sedangkan si wanita hanya menundukkan kepala dengan dalam.‘Kurang ajar! Ini memalukan sekali! Bagaimana bisa aku harus mengalami situasi yang memalukan ini di depan semua orang?’ Vivian memaki dalam hati. Sungguh ini suatu momen yang paling memalukan sepanjang hidupnya. Namun, satu ide waras tiba-tiba muncul di kepalanya.‘Tunggu, jika aku bersamanya, bukankah aku akan lebih mudah memanfaatkannya untuk mencari informasi?’ Vivian bertanya dalam hati dan bersorak. Itu merupakan ide yang bagus. Saat Vivian hendak membuka mulutnya dan menjawab Rain, secara mengejutkan satu mobil memasuki halaman depan perusahaan tersebut. Tentunya mobil tersebut sukses mencuri perhatian semua orang dengan suara decitan ban mobil yang menandakan bahwa orang di dalam mobil itu sedang terburu-buru.“Bukankah itu mobil Tuan Raven?” Salah seorang karyawan mengenal
Read more
Cherry Atau Charles?
“Huh, dan kamu itu wanita tidak tahu malu. Kamu—“ Kalimat Nyonya Reya terhenti ketika Vivian dengan seenaknya berbalik badan dan kemudian melangkahkan kaki keluar dari pintu gedung perusahaan tersebut.“Eh, mau ke mana kamu? Berani-beraninya pergi begitu saja, aku ini sedang bicara dengan kamu!” teriak Nyonya Reya yang langsung mengikuti langkah Vivian untuk keluar dari gedung perusahaan tersebut. Namun saat ia sudah sampai di depan gedung, tiba-tiba Vivian seolah menghilang. Ia pun menatap ke segala arah untuk mencari sosok Vivian, tetapi tetap tak menemukannya.Hingga, sesaat kemudian ia mendekati petugas keamanan yang sedari tadi berjaga di depan pintu perusahaan.“Kamu tahu ke mana larinya Nyonya Vivian?” tanya Nyonya Reya sembari berkacak pinggang dan terus mengedarkan pandangannya ke sekitar tempat tersebut.“Nyonya Vivian?” tanya petugas keamanan itu sembari mengerutkan keningnya.Ya, tentu saja petugas keamanan itu merasa bingung, karena ia memang tidak mengenal sosok Vivian
Read more
Samuel Hilang
Seorang wanita memasuki rumah. Wajahnya pun menyiratkan lelah setelah seharian bekerja. Vivian menghela napas. “Hari ini aku benar-benar lelah. Bisa-bisanya ada kejadian menggelikan. Hmm? Suara tangis siapa ini?”Vivian berjalan cepat memasuki rumah. Matanya membulat saat ia mendapati Jessi sedang menangis tersedu-sedu. Wanita yang sedang duduk di sofa ruang keluarga itu menangis terisak. Itu membuktikan bahwa Jessi sudah lama menangis.“Jes? Hei, kenapa kamu menangis?” Vivian bertanya sambil mendekat. Ia duduk di samping Jessi.“Vi, Samuel menghilang. Dia tiba-tiba tidak ada kabar pagi ini. Padahal semalam dia baik-baik saja. Lalu kenapa dia tiba-tiba tidak ada kabar sama sekali? Aku takut jika terjadi sesuatu terjadi padanya.” Jessi menumpahkan isi hatinya “Jess, tenanglah. Kita akan mencari tahu di mana Samuel. Coba kamu ingat-ingat, sebelum ini apa dia punya masalah dengan seseorang atau mungkin pekerjaanya?” Vivian mencoba menggali.
Read more
Beraksi
Di satu malam yang dingin, tepatnya sebuah rumah mewah masih saja ramai. Banyak penjaga yang sedang berjaga di rumah tersebut. Meski udara terasa dingin menusuk tulang. Itu semua tak menyurutkan orang-orang tersebut untuk menyerah dan memilih tidur. Termasuk Sean dan Raven yang masih berjaga di sana. Keduanya menempatkan Samuel di satu ruangan besar di rumah itu. Dua laki-laki itu mengawasi dari ruang kerja Raven. Tentu saja sembari meneguk wine untuk menghangatkan tubuh keduanya.“Aku terkejut kau bisa dibodohi dengan mudah.” Sean mulai mengejek Raven seraya menguap kecil.“Dingin,” imbuhnya.“Kamu sebagai anak buahku juga terlalu bodoh. Kenapa tidak bisa mengetahui keadaan ini dengan lebih cepat? Bukankah kamu menghandle banyak pekerjaan dan selalu bersamaku?” Raven mendesah kesal mengetahui fakta bahwa Vivian telah membohonginya.“Haih, kamu menyalahkan orang lain. Bukankah sebagai seorang ayah seharusnya memiliki ikatan bat
Read more
Jawab Jujur
“Aku terkejut saat kamu tiba-tiba memintaku untuk menjemputmu.” Rain berbicara saat ia dan Vivian sudah berada di dalam mobil.“Kamu tidak ingin mengantarku ke dalam? Setidaknya bukankah kamu seharusnya mengantarku sampai lobby perusahaan?” Vivian mulai mengubah nada bicaranya. Sedikit lembut dan wajahnya merengut manja. Hal itu sedikit membuat Rain terkesima, tidak biasanya Vivian akan secara terang-terangan menyatakan isi hatinya. Tentu saja ini merupakan hal baik bagi Rain. Laki-laki itu terkekeh, lalu menepuk pucuk kepala Vivian dengan lembut.“Baiklah, untuk kekasihku ini apa yang tidak boleh. Ayo, turun.” Rain pun akhirnya turun juga dari mobil.Sekilas Vivian melirik jam yang melingkar di tangannya. Seulas senyuman seringai terbit di bibirnya. Ia sangat sadar bila di jam inilah Raven baru sampai di perusahaan. Sepertinya hal ini sudah direncanakan oleh Vivian sejak tadi malam. Terbukti bahwa pagi ini Rain pagi buta suda
Read more
Jangan Mengelak!
“Sepertinya sudah tidak memungkinkan lagi.” Vivian membatin seraya mengangkat lututnya dengan sekuat tenaga hingga mengenai dagu Raven. Sontak saja Raven melepaskan cekalan tangan di leher Vivian.“Ada banyak laki-laki di dunia ini. Apa mungkin itu kamu? Jangan terlalu berbicara sembarangan, kamu itu sedang marah. Lebih baik kalau aku pergi dulu, tenangkan pikiranmu.” Vivian terbatuk,meski begitu ia harus keluar dari ruangan ini sebelum Raven kembali berulah.“Tapi setelah berpisah denganku, kamu tidak pernah menjalin hubungan dengan pria manapun. Mustahil jika Shine hasil dari hubunganmu dengan laki-laki lain. Kamu pikir aku tidak tahu seperti apa karaktermu?” Raven membalas dengan penuh penekanan. Menyadari situasi mulai memanas, Vivian berusaha untuk kabur. Raven melihat Vivian hendak berlari segera menarik rambut wanita itu. Tarikan tangan Raven si rambut Vivian membuat Vivian terjengkang ke belakang. Tepat di dada bidang Raven. Saat Raven ingin
Read more
Warisan Aneh
“Baik Kek,” jawab Vivian sambil berjalan ke arah sofa dan duduk bersama dengan ketiga laki-laki tersebut.Sesaat Vivian melirik ke arah Cherry yang terlihat tenang dan pergi meninggalkan ruangan itu begitu saja tanpa menunjukkan rasa terkejut atau sejenisnya. ‘Cih, sialan. Jangan-jangan Cherry juga anak buah Raven,’ batinnya sembari mengepal tangan kuat.“Vi,” panggil Tuan Brayen dengan tenang.Langsung saja Vivian kembali berkonsentrasi pada kakek dari Raven itu. “Iya Kek,” sahut Vivian dengan cepat.“Aku sengaja datang ke sini bersama dengan pamanmu karena ingin mengumumkan sesuatu pada kalian semua,” ujar Tuan Brayen dengan ekspresi serius.“Iya,” sahut ketiga orang tersebut hampir bersamaan.“Aku akan pensiun, benar-benar pensiun. Dan karena aku sudah membagi warisanku untuk kamu dan ayahnya,” ujar Tuan Brayen sembari menatap ke arah Tuan Stenly dan Raven bergantian, “maka harta yang ak miliki ini hanya tinggal m
Read more
Wanita Jadi-jadian
“Kenapa, apa yang terjadi?” tanya Raven yang langsung membungkukkan badannya.“Aku tidak apa-apa, kamu tinggalkan aku saja,” jawab Vivian sembari terus berjongkok dan tak mau menoleh sedikit pun pada Raven.Tentu saja melihat hal ini Raven merasa semakin khawatir. Ia kemudian dengan lembut menarik tangan Vivian, tetapi tetap saja Vivian menolak bantuan Raven tersebut.‘Apa yang terjadi, apa dia patah tulang karena terkena tendangan, magh, atau ….’ Tiba-tiba Raven teringat sesuatu yang lain.Setelah itu dengan cepat Raven menggendong tubuh Vivian dan membawanya masuk ke dalam kamar santai yang ada di dalam ruang kerja Raven.“Apa yang kamu lakukan, biarkan saja aku sendiri,” ucap Vivian yang masih saja menolak dengan bantuan Raven tersebut.“Sudahlah kamu diam saja,” tukas Raven. “Memangnya kamu akan pergi ke mana dengan rok yang basah seperti ini,” imbuhnya sembari meletakkan tubuh Vivian di atas ranjang yang ada di r
Read more
Cherry Atau Charles?
“Huh, dan kamu itu wanita tidak tahu malu. Kamu—“ Kalimat Nyonya Reya terhenti ketika Vivian dengan seenaknya berbalik badan dan kemudian melangkahkan kaki keluar dari pintu gedung perusahaan tersebut.“Eh, mau ke mana kamu? Berani-beraninya pergi begitu saja, aku ini sedang bicara dengan kamu!” teriak Nyonya Reya yang langsung mengikuti langkah Vivian untuk keluar dari gedung perusahaan tersebut. Namun saat ia sudah sampai di depan gedung, tiba-tiba Vivian seolah menghilang. Ia pun menatap ke segala arah untuk mencari sosok Vivian, tetapi tetap tak menemukannya.Hingga, sesaat kemudian ia mendekati petugas keamanan yang sedari tadi berjaga di depan pintu perusahaan.“Kamu tahu ke mana larinya Nyonya Vivian?” tanya Nyonya Reya sembari berkacak pinggang dan terus mengedarkan pandangannya ke sekitar tempat tersebut.“Nyonya Vivian?” tanya petugas keamanan itu sembari mengerutkan keningnya.Ya, tentu saja petugas keaman
Read more
Ibu Mertua
Setelah membicarakan beberapa hal yang diinginkan oleh Vivian dari Charles, kemudian Vivian dan Charles pun kembali ke lantai di mana mereka bekerja karena Charles memang sengaja dikirim oleh Raven untuk mencari dirinya. Setelah sampai di depan ruangan Raven, kemudian Vivian pun mengetuk pintu ruangan tersebut dengan pelan, lalu masuk ke dalam ruangan itu bersama dengan Charles yang saat ini sedang memegangi nampan berisikan dua cangkir kopi di atasnya. “Loh, Mama masih di sini?” tanya Vivian dengan santai sembari duduk tak jauh dari Nyonya Reya yang saat ini sedang duduk si sofa yang ada di dalam ruangan Raven. “Tentu saja aku masih di sini, memangnya aku mau ke mana lagi,” sahut Nyonya Reya yang menunjukkan sedikit ketus. “Tentu saja aku pikir Anda sudah pulang karena terlalu lama menungguku tadi,” sahut Vivian dengan santai. Kemudian Raven yang saat ini juga duduk di sofa itu pun langsung berdiri dari tempatnya. “Bagus kalau
Read more
PREV
1
...
45678
...
12
DMCA.com Protection Status