All Chapters of AKU SANG ISTRI BOSS: Chapter 41 - Chapter 50
109 Chapters
41. Terjun
Ternyata memang benar. Ini adalah ancaman Zapa pada waktu itu. Memang ternyata selama ini dialah dalang semua ketidak-beresan dari perusahaan Rama Corporation.“Apa tawaran kalian kalau aku bisa menjamin kami tutup mulut?”Wajah ketua preman berubah heran, mengernyit.“Siap-siap untuk lompat, Lov. Dari Bahasa tubuhnya yang kubaca, orang ini tipe yang sangat kuat pada pendiriannya. Mereka tidak akan mudah kupengaruhi,” bisik Mas Rama padaku.Aku mengangguk dan menelan ludah. Degup jantung entah sudah berapa kali per menit. Barangkali sudah 170 dimana normalnya dibawah 100. Langit meneteskan air matanya perlahan. Hujan rintik. Angin semakin kencang. Permukaan sungai Batanghari berombak.“Kami hanya butuh melaksanakan tugas, Rama. Jadi, bersiaplah.”“Tunggu, aku mau memberikan kalian penawaran.” Mas Rama memperbaiki posisi kacamatanya.“Penawaran?”“Ya. Apa kalian mau dengar?”“Cih!”“Aku akan memberikan bayaran kalian tiga kali lipat daripada berapapun bayaran kalian sekarang. Kalian ha
Read more
Sekian Tahun Lalu Pov Rama.
Sekian tahun lalu."Buka jilbabnya, buka jilbabnya!" teriak sekelompok lelaki mengelilingi seorang wanita remaja. Barangkali umurnya masih tiga belas tahun. Salah satu lelaki remaja itu menarik jilbab sang gadis hingga tersentak kepalanya. Terbuka lah hijab itu dan terurai lah rambut lurus sepunggung itu. Gadis itu berlari meraih jilbab yang berada pada lelaki yang menariknya. Lalu lelaki itu melempar ke teman di sebelahnya. Si Gadis mengejar. Lalu jilbab itu dilemparkan lagi ke teman yang lain. Begitu seterusnya hingga si Gadis tak dapat meraihnya."Anak kecil jangan sok-sok pake jilbab!" sentak lelaki paling tua."Ni ambil kalau bisa!" Temannya yang lain mengulurkan jilbab hitam itu. Namun ketika si Gadis itu mau mengambilnya, si lelaki menariknya dan si Gadis hanya menangkap angin."Kembalikaaan!" teriaknya pada sekawan lelaki itu.Tak dinyana, si Gadis mengambil kayu sebesar lengan. Satu meter kira-kira panjangnya. Dengan segenap tenaga ia gebukkan kayu itu dan mengenai tangan sa
Read more
43. Bintang Bentuk Wajah Pov. Rama
"Besok aku lewat situ lagi." Lov turun dari mobilku, ia tak mau diantar sampai rumah. Aku hanya menurunkannya di depan gang. "Terus?" tanyaku."Ada sarang lebah di sana. Mereka juga bakal menggangguku lagi.""Terus?""Lebahnya kalau nyengat, bisa bengkak, demam, meriang, muntah. Innalillah! Apa lagi kalau ketemu cowok-cowok itu. Bisa dibully lagi.""Iya, terus?"Lov menjejakkan kaki ke tanah. Kesal. Wajah bocahnya itu cemberut. Bibirnya mencebik. Matanya berubah mata elang."Jangan cemberut gitu. Besok aku akan lewat sini juga. Jam berapa kamu lewatnya?""Jam empat sore pas pulang sekolah.""Berangkat sekolahnya nggak lewat situ?""Nggak apa-apa. Diantar Bapak."Aku hanya mengangguk dua kali tanda mengerti."Makasih jilbabnya ya?" Ia mengangkat plastik yang isinya jilbab itu. Sementara ia sendiri mengenakan jilbab baru warna biru langit. Muda dan segar."Nggak usah berterima kasih untuk sebuah kewajiban.""Iya, sekali lagi terima kasih, Mas Paranormal.""Panorama!"Ia hanya cekikian
Read more
44. Terpisah
"Kita lompat berdua, Mas. Kita selamat berdua." Istriku memekik ketika kuperintahkan untuk melompat ke sungai Batanghari. Sementara para preman sudah berada di depan mata."Bailah, Lov. Ayo kita lompat bersama." Lov mengangguk. Ia kemudian kubantu naik ke pagar jembatan Gentala Arasy. Ia berhenti dan agak ragu beberapa detik ketika netranya memandang aliran sungai. Sementara langit mendung menggelap dan petir membabi buta. Hujan rintik berkembangbiak, menggerojok bumi sekehendak hati.Lov menatapku sedetik kemudian. Aku mangangguk. Ia pun tanpa pikir lagi melompat. Aku memanjat pagar jembatan pula. Namun ketika aku hendak menyusul Lov, kakiku dipegang salah seorang preman itu. Ia menarikku hingga aku harus turun dari pagar. "Looov!" panggilku pada istriku yang sangat kucintai itu. "Aku akan menemukanmu. Tak peduli seberapa jauh dan lamanya." teriakku sekuat suara yang kupunya.Aku mulai bertarung dengan para preman itu. Untungnya bantuan sudah datang. Jadi aku tak sendirian."Cepat
Read more
45. Tunggu Aku
"Rama takut Cinta kenapa-napa, Bun. Rama takut terlambat menyelamatkan dia.""Kamu juga harus memikirkan kesehatanmu, Nak.""Nggak, Bun. Rama nggak peduli. Tolong Bun, Rama mau berusaha semaksimal mungkin.""Ya sudah kalau begitu. Tapi kamu harus ditemani Zaky ya. Bunda sudah menghubungi dia.""Baik, Bun. Lebih baik kalau ada teman.""Assalamu'alaikum." Tiga orang mengucap salam hampir serentak, membuat kami menoleh ke belakang arah pintu masuk."Bunda," Kasih berlari kecil mendekati. Ia cepat meraih tangan Bunda dan menciumnya. Disusul dengan Rindu dan Bagus."Gimana Cinta, apa sudah ada kabar?" Raut khawatir terpancar di wajah Kasih."Iya, Bun, Ram, gimana Cinta?" Bagus ikut bertanya pula."InsyaAllah masih dalam pencarian. Kita semua tenang, semoga besok sudah ditemukan.""Ya Allah, Cinta. Meski aku sering kesal sama kamu, Dek, tapi sakit rasanya membayangkan kamu sendirian di luar sana," gumam Kasih dengan suara serak."Mbak Cinta," pungkas Rindu sambil terisak. Kepalanya terjatu
Read more
46. Melihat Kau Menangis
Pesawat Emirates yang kutumpangi mendarat sempurna di bandara Soekarno-Hatta, Tanggerang. Setelah lebih seminggu di Leads untuk menemui adikku–Tara, akhirnya aku kembali. Kesibukan setelah ini tentu saja seperti biasa: berjibaku dengan proyek-proyek baru yang ditangani PT. Panorama Aurora. Ah, aku lebih suka menyebutnya dengan nama internasionalnya, Aurora Corporation.Dari bandara Soekarno-Hatta aku terbang lagi ke kota kecilku, Jambi. Rendra menanti di pintu kedatangan. “Gimana perjalanan ke London-nya, Pak?” tanya Rendra basa-basi.“Hmmh, membosankan seperti biasa, Ren.”“Anda selalu merasa bosan akhir-akhir ini.”Aku tak menjawab. Sudah lama rasanya aku tak merasakan warna lagi dalam hidupku. Sejak menyelesaikan kuliah aku hanya sibuk bekerja saja. Tiada waktu untuk memikirkan kesenangan. Sebenarnya ada rasa rindu pada masa-masa yang selalu kuingat. Beberapa tahun lalu, di jalan itu. Di depan gang itu. Kuraba wajahku, tak terasa senyum mengembang. Aku ingat dulu wajah ini pernah
Read more
47. Ada Rasa
“Lov, aku cuma bercanda, jangan dibawa serius dong.”Lov mendesah panjang. “Bukan itu, Mas Paranormal.” Aku diam sebentar, memberikan waktu untuknya menyelesaikan tangis.“Ada apa, Lov?”“Sebenarnya, tadi,” kata Lov dengan suara bergetar. Air mata masih mengucur dari kelopak matanya.“Sebenarnya tadi itu ada tes wawancara untuk beasiswa kuliah, Mas. Ini,” Lov menyodorkan sebuah map warna coklat yang tadi ia letak di sampingnya. Aku segera meraih map coklat itu dan kubuka.“Yayasan Bimasakti? Universitas Tunas Jingga Jambi?” gumamku setelah membaca isi dari map yang terdiri dari biodata dan formulir beasiswa itu. Di situ juga tertulis hari dan jam tes wawancara. Itu tepat saat dia membantu ibu yang kecelakaan tadi.Pantas saja tadi ia ragu ketika melihat bus. Antara menyelamatkan ibu itu atau mengejar bus. Dan ia tetap memilih menyelamatkan sang ibu. Hatinya benar-benar lembut. Hatiku luluh mengingat kejadian tadi. Rupanya ia mengorbankan kesempatan mendapatkan beasiswa demi membantu
Read more
48. Jejak Lov
SETYA menemukan jejak Lov. Ternyata dirinya dibawa oleh dua orang. Satu tua, satu muda dan keduanya wanita. Ia terakhir kali terlihat tak jauh dari titik lokasi yang ditunjukkan peta digital. Kemungkinan pula ia dibawa ke salah satu rumah di sekitar situ.“Semua berkumpul dulu!” perintahku pada semua lelaki yang membantu mencari Lov sejak semalam. Mereka yang sedang tiduran di emperan masjid, terkesiap karena suaraku. Rendra, Dennis, dan para lelaki lain termasuk Zaky dan Bagus kuminta untuk berkoordinasi dulu sebelum melanjutkan pencarian.“Ini bulan Ramadhan. Istimewa. Perang badar terjadi di Ramadhan. Fathul Makkah juga bulan Ramadhan. Kemenangan Al-Fatih pun di bulan Ramadhan. Kali ini, insyaAllah kita akan berjuang dan meraih kemenangan termanis di bulan ini. Bismillah!”“Bismillah!” ucap mereka serentak seraya mengepal.“Kabar dari Setya bahwa kemungkinan Cinta dibawa oleh beberapa orang ke suatu tempat. Mungkin di selamatkan, kita tidak tahu. Jadi target kita hari ini adalah se
Read more
49. Cinta Ditemukan
[Mang Rahmat. Semua hasil kebun sawit bulan ini tolong disedekahkan saja. Utamakan untuk fasilitas umum seperti masjid, jalan, lalu ke dhuafa dan anak yatim serta fakir miskin ya] pesanku pada salah satu pengelola kebun sawit kami di Sungai Bahar.Sembilan menit kemudian, Mang Rahmat, lelaki yang bertransmigrasi dari Jawa Barat itu membalas pesanku.[Tapi semuanya hampir lima ratus juta, Mas Rama. Termasuk bulan lalu hampir delapan ratus][Nggak apa-apa, Mang. Ikuti saja perintah saya][Baik, Mas Rama]Aku kembali berpikir. Aset mana lagi yang hasil bersihnya bisa disedekahkan bulan ini. Kuingat-ingat lagi semua harta benda baik yang kucapai sendiri maupun peninggalan Papa. Sejauh ini, profit terbesar masih dari Rama Corps. Aku mengontak Pakde Ande Andromeda, yang merupakan presiden direktur di Rama Corps di kantor pusatnya di ibukota. Tak diangkat. Kucoba beberapa kali, sama saja. Mungkin ia sedang sibuk dengan pekerjaan, jadi tak sempat mengangkap telepon dariku.Cukup dulu. Semoga
Read more
50. Aku Gak Punya Pacar
Oktober, 2020SEMUA berjalan seperti adanya. Setiap hari orang bekerja. Mahasiswa kuliah. Pelajar belajar. Setelah kepergian Papa karena kecelakaan lalu lintas, aku lebih sibuk dengan amanah di Rama Corporation, dan tetap mengelola Aurora Corporation sebagai komisaris. Tara baru pulang dari Leeds, kuprioritaskan untuk menjadi calon direktur selanjutnya.“Kita punya dua perusahaan yang menghabiskan iklan 4,24 milyar per tahunnya. Lalu mitra perusahaan kita memiliki sumber dana iklan dengan akumulasi 35,2 milyar per tahun. Usaha menengah yang sedang berkembang di kota ini juga menyerap 6,3 milyar budget iklan. Namun, belum ada jasa penyediaan layanan periklanan yang lengkap, mulai dari konsultasi dan eksekusi serta evaluasi. Karena itulah kita akan mendirikan perusahaan baru berbasis media dan advertising. Dengan nama Jet-Rama media.” Aku mempresentasikan proposal ke belasan calon investor.“Terima kasih, demikian presentasi saya pada hari ini.” Tepuk tangan riuh dari para konglomerat u
Read more
PREV
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status