All Chapters of Istri yang Kau Jadikan Taruhan : Chapter 51 - Chapter 60
79 Chapters
Direncanakan
Detik kemudian ia mengangguk dengan mantap membuat Salman langsung memeluk Vina dengan erat."Terima kasih sayang, jangan takut lagi ada aku disini," bisik Salman membuat Vina langsung lega. Salman melepaskan pelukannya lalu menatap Vina dalam-dalam."Apa yang mereka lakukan sama kamu?" tanya Salman dengan serius membuat Vina langsung menggeleng-gelengkan kepalanya dengan kuat tidak ingin mengingat-ingat kejadian tadi."Ceritakan sayang, gak apa-apa aku akan membuat dua orang tersebut merasakan nikmatnya di penjara," bujuk Salman sambil mengusap air mata Vina."Mereka menarik tanganku Kak," ucap Vina sambil menunjukkan tangannya yang sudah membiru membuat Salman semakin geram."Lagi," lanjut Salman sambil menatap wanita itu lekat-lekat."Mereka menamparku, mendorongku ke gudang, menarik paksa bajuku hingga robek. Ia bahkan hiks ... ," Vina tidak sanggup melanjutkan ucapannya membuat Salman langsung mengusap-usap tangan Vina."Lanjut sayang gak apa-apa," ucap Salman menguatkan Vina."
Read more
Kesempatan
Tiba-tiba Vina langsung membuang ponselnya membuat Salman kaget."Kenapa?" tanya Salman bingung melihat Vina tiba-tiba ketakutan."Kak ... hiks, baca ponselku," tiba-tiba tangis Vina pecah membuat Salman kaget. Dengan cepat ia meraih ponsel tersebut lalu membaca pesan."Shit!" umpat Salman ia langsung mengepalkan tangannya."Ternyata ini direncanakan, awas aja sampe dalangnya harus dapat." ucap Salman ia menatap Vina dengan serius, ia memegang kedua bahu gadis itu."Jangan takut, saya nggak akan biarin kamu seperti kemaren lagi, kamu jangan takut ya.Untuk ponsel kamu saya pegang dulu," terang Salman yang dibalas anggukan oleh Vina.***Disisi lain, setelah selesai sarapan pagi, Romi dan Khanza sedang duduk-duduk di halaman belakang rumah orang tuanya.Dari kejauhan Indah sedang memperhatikan anak dan menantunya tersebut. Bibirnya terus saja tersenyum bangga melihat Romi yang bagitu romantis pada Khanza."Ngapain Ndah?" tanya Bimo tiba-tiba membuat Indah langsung menoleh."Shut! Janga
Read more
Ira
"Nah, itu dia Bang orangnya yang maki-maki Vina." bisik Rea membuat Romi mangut-mangut lalu melipat kedua tangannya."Romi," panggil Rea dengan girangnya, ia bahkan hampir saja memeluk Romi, tapi Romi terlebih dahulu menghindar."Ngapain kamu disini? Dari mana kamu tahu tempat ini?" tanya Romi datar."Dari Ibu kamu dong, Tante 'kan sinyalnya luas lacak beginian mah gampang apalagi kamu anaknya," jawab Rea dengan santainya."Eh tunggu, kamu-" tebak Rea sambil menunjuk Salman, ia berfikir sejenak."Oh ternyata kamu pembohong besar, aku ingat kamu adalah orang yang ngaku-ngaku sebagai atasannya si Babu yang kemaren 'kan? O jadi kamu kerja disini dan setau aku atasan disini Romi berarti kamu juga Babu dong," tebak Rea sambil menahan tawa membuat Salman hanya bisa menghela nafas panjang percuma berdebat dengan orang seperti Rea."Kamu ngapain kesini?" tanya Romi lagi dengan datar."Ih ketemu kamu Rom, kata Tante kalo nggak ada di rumah. Ini alamat kantor kamu makanya aku datang kesini." j
Read more
Diambang Kematian
Tanpa membuang waktu Romi langsung berlari keluar dari ruangannya membuat Khanza bingung. "Security!" panggil Romi dengan keras membuat para security menoleh."Iya Pak, ada apa?" tanya mereka melihat bingung saat mata Romi celingak-celinguk."Jangan biarkan wanita yang disana pergi, awasi dia!" perintah Romi menunjuk ke arah Rea, untung Rea keras kepala tidak mau pulang sedari tadi.Setelah selesai Romi kembali ke ruangannya, lalu buru-buru menyusun berkas-berkas penting. Kemudian ia menoleh melihat istrinya sedang memperhatikannya."Kita ke rumah orang tuaku sekarang ya," ajak Romi membuat Khanza bingung pasalnya baru kemaren sore mereka balik. Tapi langsung mengangguk tidak ingin banyak tanya karena suaminya terlihat sibuk.Romi yang melihat Khanza hanya mengangguk seketika meletakkan berkasnya lalu mendekati istrinya tersebut, ia langsung mencium kening Khanza."Maaf ya saya cuekin kamu terus," ucap Romi, lagi-lagi Khanza hanya mengangguk. Romi diam sejenak berfikir berkali-kali
Read more
Kritis
Dor! Suara pistol menggelegar membuat Fatimah semakin mencengkram ujung kursi."Akh," suara ringisan. Indah yang sudah gemetar tiba-tiba merasa aneh karena tidak merasa sakit sedikitpun di badannya."Romi!" teriak Bimo dari belakang membuat Indah langsung membuka matanya. Ia langsung kaget melihat putranya tergeletak di lantai."Romi!" seketika Indah histeris ingin rasanya ia berlari memeluk putranya. Tapi karena posisinya yang sedang di ikat membuatnya langsung berontak.Sedangkan Ira, ia tiba-tiba mematung menyaksikan siapa yang ia tembak, kakinya seperti di lem dan tangannya. Tiba-tiba melemah hingga pistol di tangannya jatuh begitu saja. Disaat Ira ingin menembak Indah. Romi dengan cepat berlari menghalangi Bundanya, sedangkan Ira sudah di penuhi emosi ingin menghabisi Indah detik itu juga.Ia tidak berniat sedikitpun mencelakai putranya, ia hanya ingin membunuh Indah yang sudah mengganggu di hidupnya yang sekarang ini."Mas, lepasin ini! Romi!" teriak Indah semakin menjadi-jadi
Read more
Teman Lama
Indah menoleh ke samping detik kemudian ia sadar jika suaminya baru saja mendonorkan darah.Indah langsung mengusap wajah Bimo membuat Bimo yang sedang memejamkan matanya sambil menyandarkan kepalanya di sisi kursi kembali membuka matanya."Maaf," lirih Indah yang dibalas senyuman oleh Bimo."Kok minta maaf, kamu gak salah," ucap Bimo."Mas tunggu di sini, aku ke depan sebentar," ucap Indah, tapi Bimo langsung menahan tangannya."Jangan, nanti kamu kenapa-kenapa," sanggah Bimo. Indah langsung menggeleng lalu mencium tangan suaminya itu."Sebentar aja Mas, sebentar aja, aku gak apa-apa insyaallah." pinta Indah membuat Bimo mau tidak mau langsung mengangguk.Buru-buru Indah keluar dari rumah sakit mencari warung atau mini market terdekat. Ia langsung membeli beberapa susu, air mineral, roti dan lain-lain untuk suaminya.Bagitu ia keluar dari mini market, samar-samar ia melihat Khanza turun dari mobil."Khanza," panggil Indah membuat Khanza dan Salman langsung menoleh. Khanza langsung te
Read more
Dijadiin Alat
"Iya Kak," jawab Khanza singkat tapi mampu membuat Vero bahagia dengan jawaban itu."Ya sudah kalo begitu ayo keluar," ajak Vero membuat Khanza kembali menoleh."Bisakah aku lebih lama disini Kak, aku janji nanti aku bakalan keluar," pinta Khanza membuat Vero diam sejenak lalu ia mengangguk."Jangan terlalu menangisi suamimu, kasian dia butuh ketenangan dulu," nasehat Vero yang dibalas anggukan oleh Khanza. Setelah Vero keluar Khanza memejamkan matanya.Ia tidak menyangka bisa bertemu lagi dengan Vero, ia menatap sendu wajah Romi seketika perasaan bersalah menyelimuti dirinya."Maafin aku Kak, disaat Kakak seperti ini aku malah ngobrol dengan orang lain," lirih Khanza lalu mencium tangan Romi, air matanya kembali mengalir.Ia meletakkan tangan Romi di perutnya berusaha memberikan kekuatan untuk suami sekaligus calon ayah untuk anaknya tersebut.Di luar Salman dan orang tua Romi sedang ngobrol-ngobrol tentang Romi, Salman hanya menyimak cerita hidup bosnya tersebut sesekali ia mangut-m
Read more
Perangkap
Tut! Salman merampas ponsel tersebut lalu memutuskan sambungan membuat Rea kaget."Kenapa dimatiin," kesal Rea membuat Salman menaikkan alisnya sebelah."Saya cuma butuh tau dia dimana, tidak butuh curhat panjang lebarnya," jawab Salman santai lalu ia mulai menjalankan mobil.Sekarang Rea dan Salman sedang di perjalanan menuju bandara. Rea benar-benar bingung kenapa Salman memutuskan sambungan. Ira pun sama ia merasa aneh dengan Rea, tanpa membuang waktu ia langsung mengetikkan pesan untuk Rea.***Ting! Salman langsung meraih ponsel Rea lalu membuka pesannya.[Tante tunggu di bandara ya setidaknya Tante ingin ketemu kamu sebelum berangkat] tulis Ira membuat Salman tersenyum miring.[Baik Tante] balas Salman sambil tersenyum miring."Jangan harap bisa berangkat," gumam Salman sedangkan Rea hanya bisa menghela nafas panjang, pasalnya ia sedang diperalat oleh Salman.Ingin melawan juga tidak ada gunanya, karena ia sudah lemas semalaman di ikat.***Di rumah sakit, Fatimah yang baru saj
Read more
Tega
Deg! Ira yang melihat itu langsung menoleh melihat rea dengan tatapan tajamnya."Kamu tega sama Tenta Rea," ucap Ira tegas membuat Rea langsung menggeleng."Aku juga di tahan Tan, gak cuma Tante," bantah Rea. Ira langsung mengambil tasnya berniat masuk tapi, Salman langsung menghadangnya."Mau kemana Tante? Anak Tante sekarat di rumah sakit bisa-bisanya Tante mikirin kabur. Gak nyangka sih," ucap Salman membuat Ira langsung menatapnya tajam."Gak usah ikut campur, minggir!" bentak Ira, tapi tidak di hiraukan oleh Salman."Tante mau menyerahkan diri sendiri atau perlu main kekerasan?" lagi-lagi Salman membuat Ira kesal."Sudah saya bilang jangan ikut campur!" bentak Ira membuat Salman mangut-mangut."Ya sudah, David tangkap saja," panggil Salman pada pria berkaos hitam tersebut. David adalah teman dekat Salman yang sekarang berprofesi sebagai polisi."Oke," jawab David lalu ia mengeluarkan borgolnya, Ira langsung kaget."Kamu siapa? Gak usah pura-pura jadi polisi!" bentak Ira saat Da
Read more
Vina di teror
"Huh .. akhirnya bebas, mending sekarang aku pergi jauh tapi sialnya pesawat sudah berangkat, bagaimana dengan Bimo? Ah, sudahlah jangan di pikirkan sekarang, yang jelas aku belum melepaskannya apalagi istrinya," gumam Ira lalu menyunggingkan senyum.Disisi lain, Rea memilih untuk mencari tempat makan terlebih dahulu karena perutnya sudah benar-benar keroncong di tawan semalaman."Ingat Fatimah, kamu akan mendapat balasan yang setimpal dengan apa yang udah kamu perbuat padaku tadi malam, gadis ingusan!" umpat Rea, samar-samar ia melihat orang yang tidak asing baginya dari kejauhan.Tapi Rea bisa melihat jelas orang tersebut, ia mengucek-ngucek matanya memastikan penglihatannya dan benar ia mengenal orang tersebut, tanpa membuang waktu Rea langsung berlari mendekati orang tersebut."Tante!" pekik Rea membuat Ira langsung menoleh lalu menoyor kepala Rea."Akh ... sakit Tante," ringis Rea membuat Ira menatapnya tajam."Sakit ... sakit, tapi kamu biarin Tante hampir di jebloskan ke penja
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status