Semua Bab Genderang Perang Manusia Elektrokinesis: Bab 81 - Bab 90
170 Bab
81 - Menceritakan Panen Besar
Drrtt! Drrtt!Mendadak saja, ada getar dari ponsel di saku celana Gian. Dia lekas tersadar dan meraih benda itu. Ada nama Alicia di layar. Tersenyum canggung sambil melepaskan lengan Wina di lehernya, dia menjauh dari wanita molek itu.“Ya, Coco?” tanya dia setelah mengangkat panggilan dari Alicia.“Kei, kenapa dari tadi tidak angkat telepon aku?” tanya Alicia di seberang.“Ah, maaf, aku tadi sedang ada urusan, Coco.” Gian melirik Wina yang sedari tadi masih menatapnya. “Aku sebentar lagi pulang, kok!”“Ya sudah, hati-hati di jalan, yah! Aku hanya khawatir saja kamu tidak angkat teleponku dari tadi sore.” Setelah itu, Alicia menyudahi panggilannya.Gian memasukkan ponselnya kembali ke saku celana.“Telepon dari siapa, Gi?” tanya Wina seraya mendekat.“Dari ….” Gian bingung menjawabnya.“Pacar, yah?” tanya Wina.Gian meringis canggung sambil mengangguk dan menjawab, “Iya, he he ….”“Satu sekolah?” Wina masih ingin tahu.“Iya, satu kelas juga.” Gian mulai menenangkan diri dan tidak lagi
Baca selengkapnya
82 - Yang Pertama untuk Kekasih Resmi
Pada jam istirahat, Gian mengumpulkan gadis-gadis itu di halaman belakang dan bertanya, “Sebenarnya kalian ini maunya apa, sih?”Evita yang seperti pemimpin mereka, segera maju dan berkata dengan wajah cemberut, “Aku tidak meminta banyak, aku hanya ingin dimanja olehmu saja, kok!”“Dimanja?” ulang Gian menggunakan nada tanya. “Tapi kamu kan bukan pacar aku.”“Kalau begitu, jadikan aku pacarmu!” Evita tak segan mengatakannya.“Aku juga mau jadi pacar kamu, Gian!” Sonia tak mau kalah.“Aku juga!” Demikian juga Emilia dan lainnya.Gian menggaruk kepalanya yang sedikit gatal. “Kalian ini. Aku tak mungkin memiliki banyak pacar, kan?”“Tentu saja bisa!” Imelda berseru. “Aku tak keberatan berbagi pacar dengan Evita dan lainnya asalkan bisa jadi pacarmu!”Gian melongo mendengarnya dan ketika dia menatap gadis yang lain, mereka semua mengangguk tegas seakan menyetujui pernyataan Imelda. ‘Ya ampun, mereka ini kenapa segila ini?’ batin Gian.“Kenapa, Gian? Kamu tak mau, yah?” tanya Evita, masih
Baca selengkapnya
83 - Polisi Menyegel Vila
Betapa terkejutnya Alicia ketika tangan Gian mulai merayap ke area dadanya. Dia menarik dirinya dan memberikan ekspresi kaget sekaligus canggung. “Gi—Gian?” Dia sampai terlupa akan panggilan sayangnya.Ini membuat Gian mau tak mau menarik tangan dia dari tubuh kekasihnya. “E—ehh? Kenapa, Coco?” Sekarang, dia jadi merasa tak enak sendiri karena Alicia seperti menolaknya.“Itu … um … ini … sepertinya aku … aku belum bisa kalau ….” Alicia kesulitan menemukan kata-kata yang tepat untuk disampaikan pada Gian. Dia terlalu malu atas apa yang terjadi.Melihat kepala kekasihnya menunduk, Gian makin bingung. “O—ohh! Ya sudah, Coco. Tak apa. Aku … aku minta maaf karena terlalu tiba-tiba begini.”“Ungh … iya, tak apa. Kita … kita pulang saja, yuk!” Alicia jadi makin canggung dan tak bisa menentramkan hatinya. Dia sampai tak sanggup menatap Gian.“Iya.” Gian menyerah, sepertinya gagal hari ini untuk mendapatkan apa yang dia inginkan.Setelah mengantar Alicia pulang, Gian menyetir ke rumah.Di perj
Baca selengkapnya
84 - Bersaing Dukungan di Kepolisian
Dia harus ke kantor polisi untuk masalah semacam itu? Hanya dikarenakan kalah bertaruh, maka Logan bisa seenaknya memanggil polisi untuk mengambil apa yang sudah dia menangkan? Tentu saja Gian tak akan sudi patuh! Gian menggelengkan kepala. “Untuk apa ke kantor polisi untuk urusan remeh seperti ini, Pak? Hanya karena dia anak orang kaya dan terlalu arogan untuk mengakui kekalahannya, maka aku harus ke kantor polisi? Ini hanyalah permasalahan kami para bocah yang bertaruh saja, Pak. Kami bisa selesaikan ini sendiri.” Dia ingin para polisi itu pergi dan tidak ikut campur dalam persoalan tersebut. Lagi pula, ini hanya masalah pertaruhan! Bukan masalah berat semacam pelanggaran izin usaha atau semacam itu! Karena itu, Gian lekas menghubungi Wina. Menekan tombol loud speaker, dia berkata pada Wina, “Win, kamu tahu? Logan mengundang polisi ke vila yang aku menangkan kemarin di taruhan adu panco di ulang tahun Arin.” “Oh ya? Kok begitu? Bukankah aku sudah rekam semuanya dan beri ke kamu
Baca selengkapnya
85 - Menginginkan Mutasi Aset
Astaga! Kedua polisi yang dibawa Logan mendadak bisu untuk beberapa detik sebelum mereka menggelengkan kepala. Sikap berwibawa mereka berubah canggung di hadapan Wina.Wajar saja, karena Wina dinyatakan sebagai keponakan dari kepala polisi daerah mereka, mana berani mereka bersikap serampangan?“Nona, kami akan menyelidiki ini dengan baik.” Salah satu polisi mencoba menenangkan Wina, karena jika gadis di depannya tidak puas, jabatannya dipertaruhkan.“Tidak perlu menyelidiki karena ini sudah sangat jelas!” Wina tegas menolak. Dia tak ingin masalah sepele ini jadi bertele-tele hanya karena tingkah kekanakan dari Logan. “Aku justru ingin ini diurus ke notaris dan PPAT. Ini harus segera dilakukan mutasi aset.”Ucapan Wina membuat Logan dan kawan-kawannya membeku. Terutama Logan yang kehilangan harta bendanya. Itu sama saja seperti mengiris dagingnya.Sepertinya Wina tidak menyia-nyiakan ilmu di universitasnya.Sementara itu, Gian tidak berkata apapun karena dia belum paham apa itu mutasi
Baca selengkapnya
86 - Pertengkaran Pertama
“Aku merasa kamu berubah, Kei.” Alicia berkata lirih ketika mereka kencan sambil makan malam seperti biasa. Saat ini mereka sudah selesai makan dan Gian membawa mobil putar-putar kota.“Sungguhkah?” Gian menoleh ke samping, kekasihnya menundukkan kepalanya. “Aku rasa tidak, Coco. Aku masih Gian yang biasa, kok!”Alicia menggelengkan kepalanya. “Kamu berubah, Kei. Sangat berbeda kamu dulu dan sekarang.”Gian mau tak mau mencari tempat sepi untuk berbincang. Setelah mobil berhenti di sudut taman sepi, dia menolehkan tubuhnya ke Alicia dan berkata, “Coco, aku tidak berubah.”“Mana mungkin kamu tidak berubah, Kei?” Alicia mengangkat kepalanya dengan wajah seperti menahan tangis. “Kamu sekarang begitu mudahnya mengobrol dengan teman-teman perempuan di kelas! Kau bahkan … bahkan … terlihat sangat intim dengan mereka.” Suaranya melirih di kalimat terakhir.Gian memutar bola matanya. Dia diam sejenak sambil mengusap mulut dengan gerakan gelisah. Lalu berkata, “Coco, aku hanya berusaha agar t
Baca selengkapnya
87 - Berpisah
Gian terhenyak kaget mendengar ucapan Elang. Dia diam merenungkan itu. Apakah dia dan Alicia memang kurang pantas menjadi pasangan kekasih? Apakah mereka lebih nyaman ketika berteman? Ini terus berputar di otaknya.“Aku sadar diri bahwa kamu memang sangat hebat dan tentunya aku bukan jenis orang yang mampu menjadi pendamping kamu, Gian.” Suara Alicia mengalun kembali di pendengaran Gian, menyebabkan remaja pria itu tersadar dari perenungannya.“Sudahlah, Bocah! Tunggu apa lagi? Dia juga sudah tahu diri begitu! Kau ini hendak sampai kapan bertahan dengan gadis yang kurang bisa memahami kelebihan dirimu? Masih ada banyak yang lainnya yang lebih pantas ketimbang dia!” Elang terus mencicit memberikan saran yang lebih condong seperti perintah.Karena sudah menganggap Elang sebagai mentornya, Gian kini sudah memiliki keputusan. “Cia, kamu sungguh-sungguh tak ingin melanjutkan hubungan ini?”“Aku tidak mampu jika memang sudah seperti begini kondisinya, Gian.” Alicia menggeleng lemah menahan
Baca selengkapnya
88 - Pertemuan di Rumah Keluarga Logan
Jangankan Wina, orang lain juga tentunya akan menjerit kaget melihat kemunculan tikus di dalam mobil yang mereka tumpangi.Gian segera menenangkan, “Ja—jangan khawatir, Win! Ini … ini tikus peliharaanku!”Wina membeku di tempatnya. “Ti—tikus peliharaan kamu?” Suaranya mengecil sambil masih menatap Elang dengan rasa tak percaya. Pelukannya pada lengan Gian makin ketat. Dia meringkuk takut dan jijik.Wajar saja karena ini mengenai tikus.“Iya. Dia … dia manis, kok! Jinak! Tidak berbahaya dan tidak menggigit!” Gian seolah sedang mempromosikan Elang. “Namanya Elang,” imbuhnya.Elang yang sudah mengetahui mengenai Wina sebelumnya dari cerita-cerita Gian, mencoba memberikan aura bersahabat. Dia mencicit pelan sambil menggerak-gerakkan pantatnya dengan imut untuk memberikan kesan manis seperti promosi Gian.“Eh? Lucu sekali dia!” Wina mulai tenang.“Aha ha ha … iya, dia memang lucu dan manis.” Gian menyahut disertai tawa canggung.Tangan Wina mengendur di lengan Gian sambil bertanya, “Sunggu
Baca selengkapnya
89 - Perubahan Arah Angin
“Ci … ciciiittt! Ciciittt!” Elang mencicit keras sampai suaranya seperti menggema lantang di ruangan itu.Segera saja semua orang termangu membeku di tempatnya menoleh ke Elang yang berdiri di bahu Gian. Hanya Gian saja yang masih bersikap tenang tak terpengaruh oleh cicitan keras dia.Segera saja, Anggoro tersedak dan batuk kecil sebelum akhirnya dia berkata pada Gian, “Ah! Nak Gian! Astaga, aku ini kerasukan apa sampai-sampai tak paham akan kesalahan anakku!”Setelah mengucapkan itu, Anggoro lekas menampar kepala anaknya keras-keras dan menghardik tegas ke Logan. “Kau ini! Dasar anak tolol! Bisa-bisanya kau tidak bertanggung jawab dengan kasusmu sendiri dan malah ingin menyeret Papamu ini!”Logan termangu menatap ayahnya yang langsung bersikap berbeda 180 derajat dan justru memukul dirinya. “Pa—Papa? Kenapa sekarang Papa membela bocah miskin itu?” Wajahnya menampilkan ketidaksetujuan.Anggoro makin mendelik dan hendak menampar wajah Logan, namun lekas ditahan oleh pengacaranya. Bapa
Baca selengkapnya
90 - Kejutan dari Logan di Vila
Bong sabu? Gian terkejut. Meski dia bukan pemakai narkoba, namun dia tahu dengan jelas apa itu alat yang disebut bong sabu. Itu jelas-jelas merupakan alat bantu untuk mengisap narkoba jenis sabu.“Kalian! Kenapa malah ikut ke sini?” Mata Logan nyalang menatap Gian dan Wina.“Astaga! Logan, jadi kau buru-buru ke sini hanya untuk mengambil benda itu?” Wina memekik, masih tak habis pikir dengan kelakuan Logan.“Diam, dasar kau jalang tak tahu diuntung!” hardik Logan ke Wina. Dia sudah tak lagi memiliki hasrat kepada wanita yang selama 2 tahun ini dia kejar tanpa lelah.Logan sudah berjuang semaksimal mungkin untuk memikat Wina. Dia yakin dia bisa mendapatkan wanita itu karena status keluarga mereka tidak jauh berbeda.Tapi, kenapa Wina malah terpikat dengan bocah miskin seperti Gian? Memangnya apa kelebihan Gian? Ya, memang lebih miskin, tapi itu bukan hal membanggakan, bukan?Sekarang, setelah Wina terus saja menolak dan mempermalukan, bahkan membantu Gian, mana mungkin Logan tidak memb
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
17
DMCA.com Protection Status