Semua Bab Genderang Perang Manusia Elektrokinesis: Bab 61 - Bab 70
170 Bab
61 - Keju dan Cokelat
Wajar bila Alicia takut, karena si kakak besar itu memang tak hanya sebutan saja melainkan tubuhnya juga besar dan kekar, penuh akan tato di semua lengannya, menambah seram penampilannya ketika hanya mengenakan kaos singlet begitu.Sementara, ketiga pemuda preman dan anak buah si kakak besar diam menanti pertunjukan menarik ketika pemimpin mereka akan menggilas Gian dengan benar.“Salam, Bos Gian!” Si kakak besar malah membungkukkan badan ke Gian. Benar-benar membungkukkan badan sampai 90 derajat dengan sikap tegas mirip seperti orang Jepang ketika memberi salam hormat kepada seseorang yang sangat dijunjung tinggi.Pemandangan itu tidak bisa diterima akal waras semua anak buahnya di sana, bahkan ketiga pemuda itu menangis darah di hati mereka. Kenapa kakak besar kebanggaan mereka malah bersikap demikian pada bocah yang bahkan lengannya saja berukuran sepertiga dari lengan kakak besar mereka?“Benu.” Gian mengucapkan sebuah nama.“Ya, Bos Gian!” Benu sekali lagi membungkuk hormat ketik
Baca selengkapnya
62 - Tak Ada Ampun untuk Pelaku Kriminal!
Keju dan cokelat kini dijadikan panggilan kesayangan antara Gian dan Alicia. Secara kebetulan, itu memang merupakan bahan makanan kesukaan masing-masing.Malam itu merupakan malam menyenangkan bagi pasangan kekasih tersebut. Meski mereka tidak bisa menampakkan kemesraan di sekolah, tapi kencan setiap malam merupakan solusi terbaik agar ikatan indah antara mereka terus bisa membara dan tak padam.“Coco, aku pulang dulu, yah!” Gian pamit ke Alicia ketika selesai kencan dan mengantar pulang gadisnya.Alicia mengangguk sembari mengulum senyuman. Kemudian dia berkata, “Kei, hati-hati di jalan, yah!” Setelah melihat Gian mengangguk, dia mendekat ke pemuda itu dan mengecup pipi Gian, lalu berlari masuk ke dalam rumah dengan wajah tersipu malu.Gian termangu di atas motor dan kemudian terkekeh geli dengan sikap imut kekasihnya. Setelahnya, dia melajukan motor kembali ke jalan raya.Ketika motor Gian sedang berhenti di lampu merah, dia masih mengingat kencan hari ini bersama Alicia beserta ter
Baca selengkapnya
63 - Menyelamatkan Wanita Cantik
Pengemudi mobil terkejut bukan kepalang dengan tindakan Gian membuat penyok parah kap depan mobil. Apalagi saat Gian menghampirinya dan menyetrum dia hingga pingsan di kursi kemudi.Lantas, Gian membuka paksa pintu belakang mobil dan mendapati seorang lelaki dengan wanita muda yang pakaiannya sudah tak beraturan.“Siapa kau! Kenapa mengganggu kami!” Lelaki itu ketakutan melihat Gian yang ternyata sangat kuat dan bisa melumpuhkan ketiga anak buahnya.“Tak penting siapa aku. Yang terpenting, kau sudah melakukan hal buruk pada wanita itu.” Mata Gian sembari melirik wanita muda yang ketakutan di sudut kabin sana.Sepertinya lelaki jahat itu tak mau rugi dan mengeluarkan belatinya, hendak menjadikan wanita di sebelahnya sebagai sandera.Namun, gerakan Gian lebih cepat dan bergegas dia setrum lelaki itu hingga mengejang dan keluar busa dari mulutnya.Kini, semua lelaki jahat di mobil sudah ditaklukkan Gian. Dia berkata ke wanita tadi, “Nona? Kamu tidak apa-apa?”Wanita itu masih meringkuk k
Baca selengkapnya
64 - Kedatangan Wina di Rumah Gian
Pada esok sore, sesuai dengan janjinya, Wina datang ke rumah Gian. Yang pertama kali membuka pagar depan untuk gadis itu adalah Zohan.Mata Zohan berbinar ketika melihat ada gadis cantik molek yang berpenampilan seperti nona kaya yang elegan di depan rumahnya.“Cari siapa, ya?” Hati Zohan berdentum penuh harap agar dia bisa berkenalan dengan Wina.“Gian ada?” Pertanyaan Wina seakan mengguyur gelora api di Zohan menggunakan air es.Seketika, Zohan muram karena gadis molek di depannya ternyata mencari Gian. Kalau Wina adalah teman Cheryl atau teman kerja Carlen, mungkin dia masih bisa sedikit berharap. Tapi bila teman Gian, mau tak mau dia harus padamkan geloranya.“Oh, um … iya, ada. Tunggu sebentar.” Berat hati, Zohan masuk ke rumah untuk mengabarkan ke adiknya mengenai Wina.Gian melompat dari kasurnya ketika diberitahu akan kedatangan Wina. “Wah!, Selamat datang, Kak! Maaf, rumahnya hanya seperti ini.” Dia menyambut Wina di teras depan dan kemudian memimpin gadis kaya itu masuk ke r
Baca selengkapnya
65 - Bertemu Saudara dan Teman-Temannya
Gian buru-buru mengangkat panggilan dari kekasihnya sambil berjalan masuk ke gang dan berbicara, “Ya, Coco, ada apa?”“Tumben kamu tidak chat aku sore ini. Sibuk, yah?” Alicia bertanya di sana.Gian mengiyakan saja, “Iya, Coco. Nanti malam kita jalan, yuk!” Tak lupa akan kegiatan kencan tiap harinya dengan gadis itu.“Siapa takut!” Alicia menjawab dan tertawa ringan. “Ini kamu di mana? Kok ada suara anak-anak main di sana?”“Oh, ini aku di gang.” Gian menjawab santai.“Sedang apa?” Alicia heran, baru kali ini teleponnya dijawab sembari Gian ada di luar rumah.“Baru dari warung depan gang, disuruh Mama.” Gian terpaksa berbohong, khawatir jika dia menceritakan mengenai Wina, Alicia akan marah tanpa mau tahu awal mula kenapa dia bisa berkenalan dengan Wina.Yah, biasanya perempuan seperti itu, kan? Ini yang Gian tangkap dari banyaknya cerita kawan dan apa yang ditampilkan di drama-drama romansa.“Oh! Duh, kamu memang anak baik dari dulu, yah!” puji Alicia.…Pada jam 7 malam, Gian sudah
Baca selengkapnya
66 - Pengganggu Kencan
Akhirnya, acara makan malam Gian dan Alicia justru harus terganggu dengan kedatangan sepupu Alicia beserta teman-teman Timur Tengahnya.Mereka mengajak dua sejoli untuk pindah ke meja yang lebih besar. Tentu saja Alicia tidak mungkin bisa menolak kemauan anak dari pemilik restoran.Gian banyak diam dan sebagai pengamat saja ketika kekasihnya menjadi pusat perhatian para pemuda itu. Lagipula, dia juga tidak diperhatikan oleh mereka, jadi dia memilih diam saja.Ketika hidangan datang, Yagdar segera berseru, “Wah! Nanti katakan ke kasir, Cia tak perlu membayar!” katanya pada pelayan.“Baik!” Pelayan itu membungkuk hormat ke Yagdar sebagai tuan muda di sana dan pergi untuk menyampaikan titah yang diberikan padanya.Mereka terus saja memfokuskan diri pada Alicia meski seharusnya gadis itu sudah mulai merasa jengah karena tak bisa makan dengan tenang. Berulang kali dia urung memasukkan makanan ke mulut karena sibuk ditanya berbagai hal oleh teman-teman sepupunya.Hal ini turut membuat Gian
Baca selengkapnya
67 - Meminta Dipukul
“Kenapa kau melotot seperti itu?” Feza bertanya dengan pandangan jijik ke Gian.Menoleh dengan malas ke Feza, Gian menjawab, “Aku tidak melotot.”“Kau menantang kami?” Nazik menampar meja meski tidak sekeras Yagdar tadi. Bagaimanapun, ini bukan tempat miliknya.Gian masih menjawab dengan suara setenang mungkin, “Aku tidak ingin seperti itu. Aku hanya ingin pulang bersama Cia. Itu saja.”“Yagdar sudah bilang kalau dia yang akan mengantar Cia. Kau pergi saja sana! Mengganggu saja pada pertemuan antar saudara!” Erhan berkomentar mengingatkan akan ucapan sepupu Alicia sebelumnya.Tapi, tentu saja Gian tidak bisa dikalahkan dengan kalimat semacam itu dan masih bisa membalas, “Aku datang dengan Cia, maka pulang juga harus bersama dia.”“Telingamu tuli?” Yagdar melotot makin gahar ke Gian.Sementara itu, Alicia terus berusaha mendingin kedua belah pihak dengan wajah memohonnya, tapi tak ada satupun pemuda yang bersedia reda untuknya. Mereka seakan menemukan celah untuk menyalahkan Gian dan m
Baca selengkapnya
68 - Menghukum Empat Pemuda Arogan
Tepat seperti dugaan Gian, orang-orang yang mengikuti dia dan Alicia adalah teman-teman Yagdar dari Timur Tengah.Alicia panik dan khawatir akan keselamatan Gian. Dia yakin dirinya tidak akan disakiti, tapi bagaimana dengan kekasihnya? “Gian, Gian, jangan berhenti! Kenapa malah berhenti?”Wajar kalau Alicia makin panik ketika Gian malah menghentikan motor begitu mobil penguntit memotong jalur dan mengadang di depan. Padahal, menurutnya, Gian masih bisa membelokkan motor dan kabur dari para penguntit.Namun, Alicia tentu belum paham maksud Gian menghentikan motor. Gadis itu juga mungkin terlupa mengenai kekuatan besar Gian yang melebihi logika.Para pemuda keluar dari mobil, namun tak ada Yagdar di sana, hanya teman-temannya saja.“Alicia, sepertinya udara malam ini terlalu dingin. Bagaimana kalau kau ikut kami saja menggunakan mobil?” tanya Erhan.“Ya, benar! Kau bisa sakit kalau naik motor begitu.” Feza menimpali.“Pacarmu itu sungguh tidak perhatian, bisa-bisanya gadis secantik kau
Baca selengkapnya
69 - Takkan Berani Mencari Gara-Gara
Di saat keempat pemuda itu masih terperangah dengan sesuatu yang ada di mobil mereka, mendadak saja terdengar bunyi korsleting dan berakhir dengan letupan-letupan kecil. Meski letupannya kecil, namun mana berani mereka tetap di dekat mobil itu. Keempatnya lekas lari berhamburan menjauh dari mobil karena takut benda itu akan meledak. Setelah itu, Gian terkekeh dan berkata menggunakan wajah menyeringai ke mereka, “Nah, kalian lihat sendiri apa yang terjadi dengan mobil kalian? Itu bisa terjadi ke kalian kalau kalian mengganggu aku ataupun Alicia. Mengerti?” Seperti orang bodoh, keempatnya mengangguk cepat ke Gian dan tak lama, mereka hanya bisa melihat Gian membawa Alicia pergi dari sana dengan motor. Sepertinya, setelah menyaksikan sendiri dengan mata masing-masing tentang apa yang terjadi dengan mobil yang disentuh tangan Gian, mereka tidak akan berani mencari perkara dengan Gian. “Arghh! Ini sakit sekali!” Setelah selesai tertegun, dua dari mereka mulai sadar akan rasa sakit pada
Baca selengkapnya
70 - Sengaja Meminta Disetrum
Apakah Gian salah dengar? Temannya ingin disetrum? Dia menatap heran ke Evita. “K—kok … minta disetrum?” Dia terheran-heran.“Hanya ingin tahu rasanya saja, kok!” Evita merayu dengan sikap manja. “Aku kan belum pernah merasakan listrik kamu. Aku dengar, Danar dan gengnya pernah, ya kan?”Gian menelan ludah, rupanya berita itu sudah bocor. Tapi mau bagaimana lagi? Jika nanti dia kesulitan mengendalikan massa, dia hanya perlu meminta tolong pada Elang saja, karena tikus putih itu sudah menjanjikan hal tersebut padanya.“Itu … tapi mereka berakhir kejang-kejang, loh!” Gian tak yakin Evita masih mau melanjutkan keinginannya. Meminta disetrum? Kenapa terkadang perempuan memiliki keinginan aneh, sih? Gian tak paham dengan pola pikir perempuan.“Yah, jangan banyak-banyak setrumannya, dong!” Evita mencubit pipi mulus Gian, pipi yang dulu sering ditumbuhi jerawat hingga meradang mengerikan.“Lalu, yang seperti bagaimana?” Gian tak paham.Evita menautkan jemarinya ke tangan Gian. “Nah, coba ali
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
17
DMCA.com Protection Status