All Chapters of SUAMIKU LUPA JALAN PULANG : Chapter 31 - Chapter 40
124 Chapters
Bab 31 SAMPAH MENJADI SATU
"Bapak sudah tahu semuanya dari Pak RT yang waktu itu memberi tahu kalau Bapaknya Rendi datang kesana menengok Bapaknya Nabila, berawal dari situ Bapak berpikir kalau keluarga Rendi memang tahu semuanya, Ran. Sungguh Bapak kecewa, seperti di permalukan saja harga diri ini." Bapak mendesah pelan dengan mata menatap langit-langit rumah. Malam yang seharusnya menjadi suatu momen dimana kami saling bercengkrama dan bergurau malah berbanding terbalik. Menjadi malam yang begitu sunyi dan sepi, bahkan candaan yang keluar dari mulut Mita tak terdengar semenjak Bapak mertua dan Mbak Indah datang kemarin."Ran, ibu bukannya mau ikut campur urusan kamu, nak. Namun, alangkah lebih baik sudahi saja semuanya. Sakit hati Ibu, Ran, melihat kamu diperlakukan seperti ini. Akan tetapi, jika kamu memang masih mengharapkan semua akan baik-baik saja, Ibu sudah nggak mau menenangkan kamu lagi. Capek. Lelah"Dadaku sesak mendengar Bu Fatimah mengeluh, ada guratan kekecewaan dalam wajah sepuhnya. Bahkan air
Read more
Bab 32 BERUBAH DINGIN
"Ngomong yang jelas, Mbak Putri!" Bu Lilis mengelus lembut punggung Mbak Putri."Dia main ke rumah Nabila," jawab Mbak Putri dengan nafas masih terengah-engah. Keringat membanjiri pelipis Mbak Putri, wajahnya pun memerah. "Siapa yang main ke rumahnya Nabila? Yang jelas kalau ngomong Mbak Putri!" Ibu Fatimah akhirnya bersuara saat Mbak Putri sudah tenang. "Rendi, Bu, Rendi datang ke rumahnya Nabila."Mendadak dunia seketika runtuh dan berhenti saat suara Mbak Putri keluar dari mulutnya. Sedang aku lihat dari ekor mataku, Bu Fatimah dan Bu Lilis saling pandang. Kuhela nafas lembut, selembut sutra yang tengah dibelai oleh pemiliknya. Selembut kapas yang terbang terbawa angin dan mengelilingi angkasa yang cerah akan suasananya. Senyum yang aku sembunyikan akhirnya muncul tanpa beban lagi. Lepas. "Mbak Rani?" panggil Bu Lilis dengan suara yang sedikit melemah."Nggak apa-apa, Bu. Mereka, 'kan sudah ada hubungan, jadi apa salahnya kalau Mas Rendi pulang ke sana. Oh, ya, Bu Lilis mau bel
Read more
Bab 33 RESMI
Setelah semua proses perpisahan dengan Mas Rendi, aku menjadi lebih tenang dalam menjalani hidup. Usahaku pun semakin maju dan lancar. Kami sekeluarga semakin bahagia tanpa ada lagi beban-beban yang mengganjal.Meski hutang-hutang yang ditinggal Mas Rendi untukku belum dibayar sepeserpun, tapi, aku berusaha diam saja tanpa menagihnya lagi, karena aku tetap mengharapkan semua akan selesai dengan baik. Apalagi saat aku dengar kalau Nabila sedang mengandung buah cinta mereka, semoga kebahagiaan pun datang kepada pasangan itu. Berita-berita dari para ibu-ibu yang datang berbelanja di warung membuatku tahu akan segalanya meski aku tidak menanggapi jika ada yang bersuara di depanku. Hari ini setelah hampir tiga bulan lamanya aku hidup sendiri dalam arti menyandang status baru. Kebahagiaan justru datang bertubi-tubi, hingga membuatku selalu mengucapkan rasa syukur yang tak terhingga. Mita yang tengah hamil lalu rencanaku yang ingin menaikkan haji Ibu Fatimah dan Bapak akhirnya tercapai. Me
Read more
Bab 34 TEGAK
Sekian waktu telah berlalu, Mita akhirnya melahirkan bayi mungil nan cantik. Sahira namanya, kami semua begitu merasakan kebahagiaan yang mendalam. Bapak sangat mencintai cucunya itu, bahkan air mata Bu Fatimah selalu mengalir saat melihat bayi mungil yang berada dalam gendonganku. "Ibu teringat, Safia," ujarnya dengan mata sembab. "Bu, Safia telah berada di surga, kita doakan bersama saja, ya," hiburku meski hati kecil merasakan hal yang sama.Kebohongan kecil aku ciptakan sendiri, luka ini terasa masih saja basah meskipun tahun mulai berganti. Wajah mungil yang namanya setiap aku berdoa selalu tersematkan itu kini tiba-tiba melintasi lagi. Senyumnya, tangisannya serta rengekan yang selalu menghiasi rumah ini kala itu.Tangis bayi yang setiap hendak menyusu itu membuat suatu keindahan yang tercipta di dalam keluarga kami. Bahkan Bapak tak jarang ikut begadang demi cucu tercintanya. Kami semua menghujaninya dengan penuh kasih sayang yang tiada tara. Seperti saat pertama kali Safia
Read more
Bab 35 NYEKAR
Sore yang indah, mentari sudah mulai condong di ujung barat. Warnanya yang keemasan seolah memberikan arti tersendiri bagi yang menikmati dan menyukai suasana menjelang senja ini. Lalu lalang para peziarah yang memadati pemakaman membuat haru-biru dalam hati. Ini untuk kesekian kalinya aku mengunjungi tempat peristirahatan terakhir Safia, putri tercinta. Di sini, dia terbaring untuk selamanya sendirian. Tangisku pun pecah tatkala memandang pusara dengan nama yang aku berikan saat dia lahir di dunia ini dulu. Bunga mawar yang aku bawa segera ku taburkan di atasnya. Wanginya semerbak seperti namanya yang selalu memberikan aroma dalam kehidupan ini. Safia, gadis manis belia yang selalu saja menanyakan kabar sang ayah saat itu, kerinduan yang mendalam karena lelaki yang sudah menjadi mantan suamiku itu lupa kalau dia memiliki anak yang begitu mencintainya. Andai dia merasakan apa yang Safia rasakan, pasti putriku ini masih bermain dan aku sibuk mengantarnya sekolah juga mengaji. Namun,
Read more
Bab 36 ANEH
"Seperti ini kelakuan kamu, Mbak? Suami kalau sudah menjadi mantan itu nggak perlu dibujuk-bujuk supaya mau kembali. Lagian seperti nggak ada lelaki lain saja, nggak malu?" ujar Nabila yang tanpa aku tahu sudah berdiri di depan warung sayur. Wajahnya begitu sangat masam dan tajam. Pandangan mata itu seolah ingin menghujam jantungku beribu-ribu gerakan mema ti kan. Namun, aku masih memasang wajah ramah kala menanggapi apa yang lawan bicaraku katakan ini."Maksudnya apa, Nabila?" tanyaku lembut.Tangan ini masih lincah menata sayuran biar rapi dan pembeli senang bisa memilih yang segar dan mana yang tidak layak untuk dimasak. "Mas Rendi pulang dari rumah kamu, 'kan, semalam? Mbak, seharusnya kamu itu tahu kalau dia adalah milikku, MILIKKU. Apa nggak takut dosa jika kamu melakukan hal buruk di rumah ini? Haruskah aku meminta para warga untuk membuat Mbak Rani pergi selamanya dari kampung ini?" gertaknya dengan gigi bergemeletuk.Segala pernyataan yang tak masuk akal dia keluarkan tanpa
Read more
Bab 37 LANJUTAN
"Aneh, ya, dia. Siapa yang mengambil milik orang siapa juga yang dituduh. Lucu dan aneh." Bu Lilis membuka percakapan setelah kepergian Nabila.Ibu-ibu yang lain mengangguk sambil mengambil sayuran yang jatuh di tanah. Tidak lupa juga mereka membicarakan wanita yang telah menyakiti hati ini, tapi dia berpikir akulah yang menyakitinya. Memang aneh."Jangan pernah menyakiti Nabila, kalian akan menerima akibatnya!" seru Bu Yanti, ibu dari Nabila yang tiba-tiba datang dan bersama diantara kami. Aku terhenyak, bukan kaget, tapi memang merasa ini sungguh lucu. Bagaimana mungkin aku menyakiti orang lain yang tidak pernah sekalipun kami bertegur sapa? "Sejak kapan anakku menyakiti putri kesayanganmu? Sejak pulang dari luar negeri dan membawa lelaki yang bernama Rendi? Itu yang kamu maksud menyakiti?" "Diam kamu! Seharusnya kamu ajari anak tiri kamu itu untuk bersikap sopan, janda, tapi masih menginginkan mantannya. Apa nggak malu?" teriak Bu Yanti lantang. Bu Fatima melepaskan pelukannya,
Read more
Bab 38 SISA
Malam terasa begitu panjang, suara cicak yang menangkap mangsanya terdengar keras. Sehingga pandangan ini pun tertuju pada sebuah pemandangan yang terasa asing di atas jendela, foto yang masih bersemayam disana seketika membuat diri ini menyunggingkan senyum sinis.Lelaki yang membersamaiku hampir enam tahun kini telah di pelukan wanita lain. Masa lalu yang sudah mulai aku kubur dalam-dalam kini seolah timbul lagi karena seseorang yang telah memulai membongkarnya perlahan-lahan. Bergegas aku mengambil kursi kayu dan mengambil bingkai foto tersebut. Ada aku, Safia dan Mas Rendi, foto yang diambil saat kami menghadiri acara pernikahan saudara sepupunya Mas Rendi kala itu. Gunting yang kusimpan di laci sejenak memotong bagian gambar milik lelaki yang sudah menghianati sucinya rumah tangga yang kami bina ini. Kapal yang seharusnya masih berlayar kini telah karam, dan aku enggan sekalipun mendengar apapun perihal dia. Namun, nyatanya pasangan yang telah dinikahi di luar negeri tersebut m
Read more
Bab 39 SESUATU
"Maaf jika kedatangan saya kesini mengganggu aktivitas kalian, hanya saja saya mau mengatakan sesuatu yang mungkin kiranya bisa menjadi pertimbangan bagi Mbak Rani untuk kehidupan selanjutnya." Senyum itu lagi-lagi merekah saat berbicara. Aku yang merasakan ada sesuatu yang tidak aku ketahui sebelumnya menjadi gelisah. Duduk pun terasa tidak tenang, sedang Bapak semenjak kedatangan tamu tak diundang ini tidak sedikitpun bergerak dari tempatnya. Mungkin semua orang disini sama denganku, penasaran dengan apa yang dimaksud oleh sitamu.Dalam diamku begitu jeli mengamati wanita yang memakai gamis berwarna marun dengan jilbab instan yang berwarna hitam. Balutan gamis itu indah saat melekat di tubuhnya yang nyaris tak ada celah. Bulu matanya lentik, bibirnya yang merah merona serta kulitnya yang bersih.Seolah tahu jika aku memperhatikan setiap inci dari tubuhnya, wanita yang belum memperkenalkan diri itu tersenyum simpul kepadaku."Mbaknya siapa, ya?" tanyaku setelah terdiam untuk waktu y
Read more
Bab 40 MAS HASAN
Semenjak tamu yang datang pagi itu aku tidak bisa berpikir jernih lagi untuk menjalani hidup ini. Entahlah, jalan macam apa yang terjadi ketika akan memulai hidup baru justru hambatan datang untuk menghentikan langkahku.Selalu ada saja kerikil yang membuat jatuh, takut serta trauma untuk menatap yang kata orang masa depan itu indah. Pada kenyataannya jalan yang aku lalui selalu terjal. Bahkan hampir membuat diri ini putus asa."Kamu hari ini nggak buka warung?" tanya Ibu yang membuat diri ini terhenyak kaget.Aku menggeleng cepat kemudian beralih lagi pada layar ponsel yang sejak tadi aku putar-putar tak tentu arah. Risau, gelisah menyelimuti jiwaku dengan berbagai macam pikiran yang seolah menggelitik hati lalu membuat otak seketika tumpul.Dalam kebo doh an diri ini terbesit niat untuk pergi sejauh mungkin dan membiarkan semua terbang hilang di terpa badai kencang. Atau dimakan waktu yang akan terus menggerus berita yang akan tenggelam dengan sendirinya."Masih banyak waktu, kamu b
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status