All Chapters of Atasanku, Suami Keduaku: Chapter 101 - Chapter 110
202 Chapters
ASK-101
“Aku rasa anak dalam kandungan istri Panca sekarang juga sakit. Panca menyebut sesuatu yang berhubungan dengan jantung. Apa mungkin calon bayi mereka membawa kelainan jantung bawaan? Aku kasihan, Bang. Sejak punya Alif yang akrab dengan rumah sakit, aku semakin nggak tahan tiap dengar anak-anak yang sakit. Hatiku ngilu,” beber Indah.“Memang sudah seharusnya begitu. Itu sebabnya laki-laki itu harusnya sadar hal itu jauh sebelumnya. Jauh sebelum mendapati kenyataan bisa menamparnya sekeras itu.” Arsya bicara dengan nada datar. “Kamu bisa membalas dia kalau mau,” jelasnya lagi.Indah melepaskan pelukan itu dan mendongak menatap Arsya. “Gimana kalau aku bilang bahwa aku nggak pernah berniat membalas Panca? Abang percaya? Sewaktu Panca menjahati kami dengan … Abang ngerti maksud aku, kan? Aku memang nggak pernah kepikiran buat membalas. Aku cuma fokus di kesehatan Alif. Aku udah menganggap kalau jodoh Panca dan aku memang sudah berhenti sampai di situ. Tapi meski begitu, aku nggak mau Ali
Read more
ASK-102
Ketika pernikahannya bersama Panca terasa amat menyiksa dan membuat jantungnya selalu berdebar tak nyaman, Indah sudah banyak meminta pada Tuhan. Meminta Tuhan untuk melembutkan hati Panca agar peduli dan lebih mencintainya.Meminta Tuhan agar Panca jujur soal keuangan dan memberinya kepercayaan mengatur keuangan rumah tangga.Meminta Tuhan untuk membuka hati Panca untuk peduli pada orang tuanya. Dan banyak-banyak lagi. Termasuk memohon pada Tuhan agar Panca mau mengakui Alif sebagai putranya.Karena banyaknya permintaan itu tidak sebanding dengan apa yang diterimanya dari Panca, tanpa sadar Indah menurunkan ekspektasinya. Ia tidak banyak berharap lagi untuk dirinya. Semua bertumpu pada Alif. Ia hanya berharap bisa menjadi ibu yang baik buat bayi yang dilahirkannya. Namun, sore itu Indah mengeluarkan air mata bahagia. Sedikit pun tak menyangka kalau Arsya mempersiapkan kejutan buat ia dan Alif.“Ayo masuk. Semua orang sudah menunggu kita dari tadi. Bagaimana? Kamu suka dekorasinya? A
Read more
ASK-103
“Indah nggak usah buru-buru masuk kantor. Abang bisa perpanjang cutinya sampai Indah benar-benar puas menemani Alif. Sebenarnya nggak kerja lagi juga nggak apa-apa, kok.” Arsya mengucapkan kalimat terakhirnya cukup pelan tapi bisa didengar Indah.“Sarapannya udah siap, nih,” kata Indah setelah meletakkan sepiring club sandwich dan segelas jus jeruk di hadapan Arsya. Pagi itu ia belum mau membahas soal berhenti atau lanjut bekerja karena hal itu sudah beberapa kali mereka bahas dan keputusannya belum berubah untuk lanjut bekerja. “Hari ini aku memang belum ke kantor. Aku udah ngabarin Bu Sarah. Katanya nggak masalah. Sama seperti yang Abang bilang.” Ia duduk di sisi kanan Arsya setelah pria itu mengangkat satu sandwichnya.“Bukan Indah yang masak, kan?” Arsya mengunyah makanan dengan dahi mengernyit. Seolah dia ingin mengenali rasa makanan itu buatan siapa. “Memangnya kenapa kalau aku yang masak?” Sedikit kecewa karena sandwich yang sedang dikunyah Arsya adalah buah karya pertamanya d
Read more
ASK-104
Arsya memperhatikan kedatangan seorang pria yang usianya ia taksir kurang lebih hampir sama dengannya. Katanya itu sekretaris yang sudah bekerja belasan tahun. Dari gayanya yang mentereng dan akrab dengan kaum perempuan, ia sedikit heran karena sekretaris Dean adalah seorang pria.Seakan bisa membaca pikirannya, Dean berkata, “Aku kurang cocok kerja bareng sekretaris perempuan. Kadang-kadang aku harus pulang pagi untuk kerja, ke luar kota berhari-hari, juga masuk ke tempat-tempat yang lebih nyaman dimasuki dengan sekretaris pria. Terlebih kadang-kadang terlalu merepotkan. Kalau sekretaris perempuan aku harus memahami kalau mereka sedang nggak mood kerja karena PMS. Satu-satunya staf perempuan yang cocok bekerja sebagai sekretarisku adalah perempuan yang sudah menopause. Sekarang beliau sudah pensiun.” Dean mengangkat bahunya dengan santai sambil memperhatikan cangkir teh diletakkan di depannya. “Dan ini Ryan sekretarisku. Ryan adalah satu-satunya sekretaris yang merupakan ujung tombak
Read more
ASK-105
Hampir tiga minggu berlalu dan pencarian terhadap black box mobil di lokasi kecelakaan Fanny hanya tersisa satu harapan. Dean mengatakan satu mobil yang kebetulan sedang parkir menghadap jalan sudah ditemukan dan bisa dipastikan tidak memiliki black box. Harapan mereka bertumpu di mobil double cabin yang ternyata si empunya adalah juragan kelapa sawit asal Kalimantan yang sedang bermalam di ruko entah siapa. Pria pemilik mobil itu sedang kembali ke Kalimantan dan menolak dihubungi.Dean hanya mengatakan, “Sabar dua-tiga hari ini. Aku sebenarnya nggak mau pakai cara kotor seperti ancaman. Tapi kalau negosiasi persuasif tidak menghasilkan, aku tinggal kirim foto wanita simpanannya yang tinggal di ruko itu.” Mendengar janji Dean sang pengacara handal, Arsya merasa tenang selama dua hari. Selanjutnya ia kembali khawatir karena harus bertugas ke luar negeri dan meninggalkan Indah.Malam itu, ia sedang bersandar di kepala ranjang dengan piyama dan jubahnya yang baru ia simpul. Tangannya m
Read more
ASK-106
Karena melihat wajah Arsya berubah akhirnya ia tersenyum.“Indah tahu Abang segera mau punya anak, kan?” tanya Arsya.Indah menelan ludah. Sesaat yang lalu tubuh telanjangnya tidak merasakan terpaan angin penyejuk udara. Mereka sedang sibuk memuaskan diri satu sama lain. Saat mereka terkulai karena rasa puas, ia bergidik. Entah karena penyejuk udara atau karena pernyataan Arsya soal anak. Sejujurnya ia takut tuntutan itu. Ia mengulur waktu memberi jawaban dengan bangkit dan menarik selimut sampai ke dadanya.“In … Indah dengar apa yang barusan Abang tanya? Indah tahu kalau Abang mau segera punya anak, kan? Alif punya adik dan ada yang akan jaga Alif nantinya. Kamu setuju?” Arsya berbaring miring karena ingin memandang wajah Indah puas-puas.Indah ikut memiringkan tubuh dengan satu tangan terselip ke bawah kepalanya. Ia memainkan selimut di dada Arsya tanpa memandang wajah pria itu. Setelah menimbang apa yang kau ditanyakan ya, akhirnya ia mendongak menatap Arsya.“Abang nggak takut kal
Read more
ASK-107
Indah menggeleng. “Aku capek dan pagi ini rasanya udah cukup. Kalau kita mandi sama-sama, sarapan yang Abang maksudkan itu nggak akan tersaji di meja tepat waktu.” Indah terbahak lalu pergi ke kamar mandi sambil menutup tubuhnya dengan piyama yang teronggok di sudut ranjang.Kontraktor yang akan membenahi halaman depan dan belakang ternyata datang lebih pagi. Indah didatangi Ipul saat memasak bersama seorang asisten dapur.“Bapak tadi pesan ke saya supaya tanya ke Bu Indah bunga bagian mana buat di depan dan mana buat yang belakang. Katanya tinggal ngomong manager operasional kontraktor yang menunggu di depan.” Ipul berdiri dengan sebuah amplop putih yang pastinya berisi fotokopi Surat Perintah Kerja. “Bu Ratmi, minta tolong dilanjutin yang ini.” Indah menunjuk panci tempat ia mengukus sayuran. “Saya mau ke halaman belakang duluan. Kalau Bapak cari saya, bilang ke Bapak untuk segera nyusul ke belakang.” Indah meletakkan piring saji yang sedang dipegangnya. Tadi ia sedang memindahkan
Read more
ASK-108
"Saya tahu siapa yang mengirim bunga ini. Bisa minta tolong dibawa ke dalam, Pak?" Indah mengulas senyum agar keamanan rumah terlihat yakin dengan perkataannya. Tak lama ia sudah duduk di ruang tamu sambil memegang kartu berisi pesan yang sama dari Riri. "Wanita itu tahu kalau Asa baru keluar dari rumah? Atau memang kebetulan aja bunga ini sampai sewaktu Bang Asa baru keluar?" Indah bergumam sambil memandangi kertas yang isinya hanya seperti di-copy paste dari kartu sebelumnya.Ia kembali mengantongi kartu itu. Sedangkan pot bunganya ia periksa. Mencari sesuatu di antara tangkai dan bagian bawah potnya. Siapa tahu ada benda-benda aneh, pikirnya.“Bu, ada telepon dari Bapak.”Titin yang tiba-tiba muncul di sebelahnya membuat tersentak. Ia sampai memegang dada. “Mbak Titin …,” ucap Indah.“Saya sudah tiga kali manggil Bu Indah,” sahutnya.Indah meraih telepon wireless yang disodorkan Titin padanya. “Ya, Bang?”“Handphonenya ke mana? Abang telepon nggak dijawab.” Suara Arsya terdengar men
Read more
ASK-109
Kalau dibilang baik-baik saja, tentu saja perasaan Indah tidak baik-baik saja. Ia baru menemukan mobil Panca di gudang Arsya dan Alif kembali membiru karena kelainan jantung. Tubuh yang biasa selalu bugar dan semangat juga sering tidak sehat akhir-akhir ini.“Businasi anus Alif bisa dibilang sukses ya, Bu. Kolostominya juga sudah tertutup sempurna. Sejauh ini selain kondisi membiru begini, apa Alif memiliki keluhan lain?” Dokter spesialis anak sudah menyambangi ruang rawat Alif.“Semuanya baik-baik aja, Dok. Cuma keluhan soal anus barunya yang belum bisa normal seperti bayi lain. Dokter bedah anak bilang kalau nantinya Alif masih harus pakai popok lebih lama dari anak-anak lain. Anus buatan katanya bakal bikin Alif nggak sadar untuk BAB. Perlu waktu cukup lama tapi saya rasa bukan masalah. Sejauh ini saya sudah cukup puas. Cuma tinggal….”“Jantungnya,” potong dokter spesialis anak. “Alif perlu operasi menutup katup jantungnya sesegera mungkin. Tapi kondisi paska operasi koreksi anus me
Read more
ASK-110
Walau puas melihat reaksi Riri, tapi Indah tidak memungkiri kalau lagi-lagi dadanya terasa seperti ditusuk. Firasatnya mulai tidak enak.“Kamu ngomong gitu seolah-olah udah kenal Arsya bertahun-tahun.” Riri tertawa keras dan cukup lama dengan nada cemooh yang sangat menyebalkan. Ditambah tangannya mengetuk-ngetuk meja seakan apa yang dikatakannya sangat lucu. “Bukan…bukan. Kamu bukan bego, sih. Kamu lugu. Polos. Masa kamu nggak mau tahu soal laki-laki yang meniduri kamu.”Saat mendengar kalimat terakhir Riri. Wajah Indah sontak berubah. Kalimat itu sangat kasar baginya.Riri mengangkat telunjuknya pada Indah. “Muka kamu berubah. Berarti apa yang aku katakan barusan benar, ya? Kamu mau ditiduri laki-laki yang bahkan kamu nggak kenal cuma karena anakmu ditanggung biaya berobatnya?” Riri kembali tergelak. “Luar biasa banget, ya. Kasih sayang Ibu memang sepanjang masa dan sepanjang laki-lakinya seperti Arsya.” Raut wajah Riri berubah sinis.Sepersekian detik wajah Riri yang tadi tertawa-ta
Read more
PREV
1
...
910111213
...
21
DMCA.com Protection Status