Semua Bab Istri Lumpuh Milik Pewaris Dingin: Bab 41 - Bab 50
147 Bab
Bab 41.
Karena ucapan Navier, Cassandra tidak bisa tenang. Di setiap malam dia tidak bisa tidur, dan hanya bisa tidur ketika benar-benar mengantuk. Selebihnya, dia masih mencari cara untuk menyingkirkan menantunya. Henry telah diambil paksa oleh Edgar, dan mereka meninggalkannya tanpa apa pun. Sejujurnya, Luois juga bingung menghadapi suasana yang begitu berubah. Bagaimana jika tetangganya kembali dan menanyakan keberadaan Henry? Tidak mungkin, kan, dia menjawab jika Henry teah diambil orang tuanya, yang adalah anak mereka sendiri. Bagaimana jika tetangganya itu melapor dan membawa masalah itu ke ranah hukum? Luois pasti tidak akan bisa mengelak dan lari dari tanggung jawab, karena semua telah memiliki kontrak yang jelas. "Kurasa akhir-akhir ini kau lebih banyak melamun," tegur Cassandra.Dia menghampiri suaminya yang termenung di teras rumah mereka."Aku memikirkan banyak hal," balas Luois.Wajah mereka
Baca selengkapnya
Bab 42.
"Edd, kumohon! Tolong izinkan aku untuk belajar ilmu beladiri," pinta Navier. Kini, dia tengah menggendong sang putra dan terus merengek pada Edgar di kamarnya.Semenjak putra mereka ditemukan, Navier menjadi ebih banyak berkspresi, terutama selalu merengek pada Edgar.Pria itu hitung, permintaan ini adalah kali ke lima belas setelah dia selalu menolak lagi dan lagi."Apa aku tak cukup kuat untuk melindungi kalian?" tanya Edgar.Dengan permintaan Navie ryang seperti itu, Edgar merasa dia tidak berguna. Sebagai kepala keluarga dia merasa gagal sampai-sampai sang istri harus meminta untuk berlatih sendiri."Kau cukp kuat, hanya saja aku ingin berguna untukmu."Sejak perdebatannya dengan Cassandra, Navier mengerti satu hal, yakni bahwa dia sama sekali tidak memiliki kemampuan apa pun untuk bersanding dengan sang suami.Jadi, dia berniat untuk memantaskan dirinya dengan Edgar, melalui berbagai hal.Karena dari yang dia tahu, Edgar
Baca selengkapnya
Bab 43.
Tujuh tahun kemudian.Henry sudah menginjak bangku sekolah dasar. Dia tumbuh dengan tampan seperti ayahnya. Tak hanya itu, dia juga mewarisi kecakapan kedua orang tuanya dalam memahami pelajaran.Sedangkan Navier, wanita itu memutuskan untuk mengejar semua ketertinggalannya. Dibantu Edgar, Navier berhasil mengembangkan ilmu bela diri dan menembak, yang dulu pernah dia latih. Selaiin itu, Navier juga menempuh sekolah kesetaraan hingga berhasil lulus dari sebuah unversitas ternama.Tempat tinggal mereka pun tidak lagi di kota kecil itu.Edgar memboyong mereka ke kota metropolitan agar bisa bergerak lebih bebas. Tentunya tanpa pengawasan dari orang tuanya. Juga, lebih dekat dengan perusahaan sang kakek.Baik Luois maupun Cassandra, tidak ada yang mengetahui jika Edgar telah mengambil kembali semua yang pernah menjadi miliknya."Kakek, kapan kau akan bangun?" tanya Navier.Tangannya menggenggam tangan keriput yang dulu pernah dia genggam.
Baca selengkapnya
Bab 44.
Bruk!"Ayo! Siapa lagi yang ingin melawanku!" gertak Henry.Anak berusia tujuh tahun itu dengan mudah menumbangkan satu musuhnya dengan badan paling besar.Satu lawan enam. Henry sedang dikelilingi oleh kakak kelas yang badannya lebih besar dari mereka."Satu lawan satu terlalu beresiko. Kita harus melawannya bersama-sama!" seru salah satu dari mereka.Dilihat dari sudu mana pun, hal itu termasuk pembullian. Namun, tidak ada yang bisa menghentikan mereka karena situasi yang sepi.Anak-anak yang ingin memberi Henry pelajaran, sepertinya tahu tempat yang sesuai untuk mellancarkan aksi mereka.Begitu mendapat aba-aba, mereka menyerang secara bersama-sama. Henry mungkin saja terpojok dengan satu lawwan enam. Akan tetapi, dia tetap bisa memberi perlawanan karena sejak kecil, dia telah mendapat pelajaran beladiri."Majulah! Agar kalian tahu bagaimana rasanya jadi pecundang yang hanya bisa keroyokan!" gertak Henry.Awalnya merk
Baca selengkapnya
Bab 45.
"Suka atau tidak, mau tidak mau, akan kulakukan sendiri!" tukas Navier.Telunjuknya sudah teracung ke wajah Edgar, dan wajahnya memerah."Kalau kau pergi sejauh itu, bagaimana denganku yang harus memyelesaikan banyak hal di sini?"Sebisa mungkin, Edgar berkata dengan nada lembut. Dia tidak ingin Navier semakin marah.Sebelumnya, mereka berdebat tentang apa yang terjadi pada Henry. Menurut Navier, Henry perlu mendapatkan pelajaran yang nyata.Maka dari itu, dia mengusulkan agar mereka menjalani kehidupan yang biasa.Akan tetapi, Edgar tidak mau. Dia berdalih bahwa banyak pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan begitu saja.Akhirnya, Navier memutuskan secara sepihak jika hanya dia dan Henry yang pergi."Na, kita bisa bicarakan hal ini pelan-pelan, ok? Kau tidak harus terburu-buru untuk berkemas. Lagi pula, kita belum mengurus kepindahan sama sekali," bujuk Edgar."Ada kau, kan? Kenapa aku harus repot-repot menunggu jika semuanya bisa kuserahkan padamu!""Tapi bukan begini caranya. Kita l
Baca selengkapnya
Bab 46.
"Akhir pekan ini, aku mau pergi ke taman bermain, Ma," pinta Henry.Henry begitu menikmati apa yang dijalaninya saat ini.Tidak ada keluhan berarti dari anak itu, dan cukup membuat Navier bangga."Taman bermain? Jangan lupa kita sedang hidup sederhana. Minggu lalu kau sudah meminta ke pantai. Jadi, tidak ada rekreasi ke taman bermain setelah ini," tukas Navier."Tapi, Ma ....""Ry, Sayang. Ingat saat ini kita hidup sederhana. Mereka melihat kita sebagai keluarga yang kurang mampu. Bukankah tidak masuk akal jika setiap akhir pekan kita rekreasi? Tanpa ayah, pula."Henry terdiam dan berpikir, jika apa yang diucapkan Navier benar adanya.Dan, bukankah kehidupan seperti ini yang dia inginkan?"Tapi aku ingin," rengek Henry.Sekuat apa pun anak itu menahannya, dia tetaplah anak kecil yang ingin merasakan kesenangan. Sedangkan untuk merengek, itu hanya dilakukannya saat Edgar tidak ada.Jika berada di dekat ayahnya, Hen
Baca selengkapnya
Bab 47.
"Hai, Tetangga! Apa suamimu masih belum pulang juga?" tegur salah satu tetangga Navier.Menurutnya, tetangga satu itu memang memiliki tenaga lebih banyak untuk mengurusi hidupnya.Selama satu bulan mereka pindah ke sana, selama itu pula tetangganya yang satu itu tidak pernah absen untuk menanyakan kabar. Baik itu suaminya yang tidak datang, atau anaknya yang memdapat nilai sempurna.Secara kebetulan, puta tetangganya itu satu kelas dengan Henry."Ah, ya. Dia masih belum menyelesaikan pekerjaannya," balas Navier.Kenyataannya, dia bahkan tidak tahu apa yang sedang suaminya kerjakan.Sudah sejak terakhir kali Henry mengantar mereka, pria itu masih belum menjenguknya lagi.Bahkan, mereka bertukar kabar seminggu yang lalu."Sebenarnya apa sih, pekerjaan suamimu?" tanya Leah, tetangganya yang selalu ingin tahu."Dia sedang mengantar barang," jawab Navier.Dia menjawab dengan asal
Baca selengkapnya
Bab 48.
"Kudengar kau memiliki suami yang tidak pernah pulang, ya? Pasti sulit sekali mencari kehangatan malam hari."Sekelompok pria itu tertawa terbahak-bahak setelah salah satu temannya berkata seperti itu.Dalam hati, Navier merutuk. Dari mana mereka tahu hal yang seperti itu?"Aku bisa memberimu banyak uang, juga kepuasan. Tentu saja kalau kau mau melayani kami semua. Pasti butuh uang yang banyak untuk mengasuh anak seorang diri, kan? Apalagi kau tidak bekerja."'Niat sekali mereka mencaritahu sampai seperti itu. Kalau saja dia tahu suamiku seperti apa, aku yakin mereka akan merangkak di bawah kakinya,' umpat Navier di dalam hati.Dia tak habis pkir, kenapa ada orang bod*h yang berani mengusiknya.Itu berarti, anak buah Edgar tidak bisa diandalkan. Dan dia, harus memberi mereka pelajaran."Lalu, berapa uang yang kalian miliki? Apa cukup untuk membelikanku satu buah pulau pribadi beserta dengan jet dan villa di dalamnya?" tantang Navier.
Baca selengkapnya
Bab 49.
"Apa suamimu masih belum pulang juga?" tanya Leah.Pertanyaan yang sama dengan minggu lalu, hingga Navier muak dibuatnya.Memang, sejak saat itu Edgar juga belum ada kabar sama sekali."Belum. Masih banyak yang harus dia lakukan sebelum pulang," jawab Navier. Dia yang sedang menyiram tanaman, memalingkan muka."Sudah sebulan lebih dong, ya, suamimu belum pulang. Apa kau tak kangen?"Tak perlu diingatkan oleh tetangga, Navier tentu tahu sudah berapa lama suaminya tidak datang. Apalagi jika ditanya tentang rindu.Semakin sebal jika mengingat yang menyebarkan informasi pada orang-orang itu, adalah tetangganya ini.Navier ingin memberi pelajaran, tetapi tidak tahu harus bagaimana.Karena akan lebih mudah jika lawannya adalah mafia atau musuh yang berbahaya. Polisi tidak akan ikut campur, berbeda dengan warga sipil biasa seperti Leah."Tidak terlalu karena kami selalu bertukar pesan selama ini. Maaf, ya, tetangga. Aku mengece
Baca selengkapnya
Bab 50.
"Mama, Ayah belum datang juga. Apa kita benar-benar dibuang?" tanya Henry.Anak itu mendusel ke badan ibunya seperti anak kucing."Ayah pasti akan datang. Kita tunggu saja, ya? Pasti Ayah sedang mempersiapkan semua sebelum ke sini. Bagaimanapun ... Ayah pasti tidak bisa meninggalkan pekerjaannya begitu saja. Bukankah kau tahu jika Ayah memiliki pekerjaan yang banyak?""Aku tahu.""Nah, kau juga pernha tahu bagaimana Ayah bekerja, kan?"Henry mengangguk.Dia pernah sekali ke kantor ayahnya dan menunggui Edgar yang sedang bekerja. Saat itu, Navier sedang sibuk dan menitipkan di sana.Setelah satu hari, Henry tidak pernah lagi mau ikut ayahnya."Ayah juga pernah mengatakan pada Mama, kalau ayah akan menyusul setelah semua selesai. Berarti, pekerjaan ayah masih belum selesai, kan?"Henry kembali mengangguk. "Tapi aku merindukkan ayah. Sudah dua bulan aku tidak bertemu. Dan sudah sebulan terakhir kita tidak menelponnya. Bagai
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
15
DMCA.com Protection Status