All Chapters of Tertawan Pesona Mantan: Chapter 81 - Chapter 90
128 Chapters
81. Menghibur Putri Polri
Para petakziah semakin ramai memenuhi rumah duka. Aku dan Salma datang bersama Mas Alan dengan mobilnya. Sementara Papa, Mama berikut Mas Vino sudah datang lebih awal.Om Ibrahim tampak sembab, tetapi masih bisa menyalami tamu yang datang memberikan ucapan belasungkawa. Sementara Tante Sarah berada di sebelah raga tanpa nyawa yang tengah dikelilingi keluarga dekat untuk dibacakan ayat-ayat suci. Adiba, sang cucu, didekapnya penuh cinta dan iba. Sedangkan Mas Adam terus menunduk dengan Al-Quran kecil di tangannya.Aku mendekat dan mengucap salam. Mama memeluk Tante Sarah dan Adiba langsung menangis begitu melihatku."Tante ... Mama jahat, Mama nyusul adek enggak ngajakin Diba,” adunya kepadaku.Aku tak sanggup menjawab kalimatnya. Air mata sudah lolos berhamburan mendengar celotehnya yang menyayat hati.Kupeluk Adiba dengan erat. Kuciumi pucuk kepalanya. Mas Adam sempat mendongak dan menatap putrinya dengan nanar. Dia berdiri, seperti hendak menjauh. Mungkin agar tak semakin melow meli
Read more
82. Ada Yang Aneh!
Kami pulang ke rumah lepas tahlilan Mbak Emil hari pertama usai dilaksanakan. Aku dan Mama duduk di kursi belakang. Mas Vino menyetir dan Papa duduk di sampingnya. Menantu dan mertua itu tampak terlibat obrolan ringan.Aku lebih banyak diam dan pura-pura memejamkan mata. Rasa kesal akan kecentilan kedua ipar Ratu benar-benar membuatku ingin mencincang Mas Vino. Sudah tahu punya istri, masih saja memberi kesempatan pada gadis-gadis itu untuk mendekatinya. Apa mungkin Mas Vino ingin menghindar tetapi kalah cepat hingga Gendis dan Nawang lebih dulu mengerubunginya? Huh, pokoknya aku kesel! Titik!Lagi pula kenapa itu cewek berdua gencar sekali mendekati suami orang? Apa mereka benar-benar mendeklarasikan diri ingin menjadi perebut laki orang? Astagfirullah ... dada ini kian panas mengingat dari awal jumpa hingga tadi, dua gadis cantik tapi tampak tak punya rasa malu.Sampai rumah, aku lebih dulu memasuki kamar. Mas Vino mengekori dengan gerakan cepat di belakang."Yang!"Aku tetap bergem
Read more
83. Semakin Aneh
Sekian detik, hanya suara 'hoek-hoek' yang terdengar. Merasa ada yang aneh dengan menantu semata wayang Mama, aku pun ikut masuk ke kamar mandi."Mas, kamu sakit?"Mas Vino hanya menggeleng dan terlihat membasuh mulutnya dengan air dari kran wastafel. Pantulan wajah tampannya di kaca terlihat sedikit pucat."Apa masuk angin?""Enggak tahu. Tadi pas kamu bilang masakan Mbak Lastri wangi, aromanya juga sempat masuk hidungku. Saat itu rasanya perutku udah enggak enak. Kerasa mual.”Keningku berkerut. Kenapa kayak orang lagi hamil? Segera aku menggandeng lengan suami untuk menuju kamar kami di lantai dua. Namun, Mama menghampiri."Kenapa, Vin?""Mungkin kecapekan aja, Ma." Aku membantu suami menjawab pertanyaan Mama."Ya sudah, istirahat aja. Nanti kalau memang enggak bisa makan bareng, biar Mbak Lastri bawakan ke kamar."Aku hanya mengangguk dan berlalu. Mas Vino menutup hidungnya begitu akan menaiki tangga. Dapur memang ada di sebelah tangga. Aku heran sekaligus ingin tertawa, tapi tert
Read more
84. PoV Nindi
Zaide Aldrin Mahendra. Lelaki tampan ke sekian yang telah berhasil terikat denganku. Dengan wajah ayu, tubuh seksi, dan tinggi semampai yang Tuhan berikan pada diri ini, tak sulit rasanya mencari lelaki kaya yang tak akan membuatku penuaan dini.Tiap usai bercinta denganku, para lelaki tampan nan tajir itu pasti akan mencariku kembali. Tujuannya tak lain dan tak bukan pastilah soal kepuasan. Persetan dengan dosa, toh kami sama-sama menikmatinya.Namun, lain halnya dengan Aldrin. Pria innocent yang lebih muda dua tahun dariku itu malah hilang bak ditelan bumi usai kami bertarung panas suatu malam. Aku ketiduran usai mencuri pengalaman pertamanya dalam bercinta. Ternyata anak angkat dari salah satu sugar daddy-ku itu masih perjaka. Ah, i like it.Kesibukanku adalah seorang model. Aku mempunyai tunangan yang saat ini sedang bermasalah dengan perusahaannya. Apakah kami saling mencintai? Entahlah. Aku tahu jika diri ini bukan wanita pertama yang tidur dengannya, pun dengan Valen. Dia seora
Read more
85. PoV Nindi 2
Seketika kedua netra Aldrin membola. Tak apalah mengarang sedikit cerita bahwa aku dan Vino pernah menjalin hubungan hingga akhirnya kandas."Dari mana kamu tahu kalau-""Hubungi aku jika kamu tertarik dengan tawaranku." Kusodorkan selembar kartu nama padanya dan berlalu kembali ke tempat duduk semula.Ayah angkat Aldrin pernah bercerita, bahwa dia tidak begitu akrab dengan mantan kakak iparnya setelah sang istri berpulang. Sejujurnya, aku tak terlalu peduli dengan cerita perihal keluarganya. Hanya berusaha menjadi pendengar yang baik dan tentu itu akan berpengaruh dengan bonus tambahan saat tugas memuaskannya selesai. Namun, aku sedikit tertarik saat lelaki yang masih terlihat gagah di usia lima puluh tahun itu menunjukkan sebuah foto."Namanya Aldrin, dia anak angkatku yang sangat menginginkan agar Kalila menjadi istrinya. Gara-gara obsesinya ingin mempersunting anaknya, aku harus berurusan kembali dengan bapaknya.”Rasa penasaranku semakin besar saat mendengar nama rivalku disebut,
Read more
86. PoV Nindi 3
Aldrin berdiri dan hendak berlalu.“Al, dengerin aku dulu!”“Apalagi? Cepat kemasi barang-barangmu dan keluar dari flatku. Jangan sampai papa mengira aku lebih dulu menyentuhmu.”Kenapa aku jadi ingin menangis? Tak ingin kedekatan ini segera berakhir. Apa aku mulai jatuh cinta? No no no! Bahkan dengan Valen pun aku tidak merasakan apa itu cinta.“Come on, Nindi. Jangan tunjukkan air matamu di depanku. Kau bukan wanita lemah. Cepat pergi!”Lagi, bentakannya benar-benar menusuk sampai ke hati. Kenapa denganku? Sungguh, ini bukan diriku. Aku yang biasa dianggap murahan tak pernah mengeluarkan air mata. Namun, diperlakukan manis beberapa jam saja rasanya diri ini menemukan tempat untuk bermanja-manja.Tak ingin tertipu dengan suasana hati yang terasa aneh ini, aku segera mengemasi barang-barang untuk keluar dari apartemen Aldrin. Namun, rasa-rasanya aku juga enggan mengunjungi apartemen Om Heru. Entahlah, suasana hati sedang aneh sekali.“Al, terima kasih atas tumpangannya. Aku pergi.”En
Read more
87. Dari Hati ke Hati
PoV Nindi (akhir)Hampir dua minggu aku hidup berdua dengan Aldrin di apartemennya. Dia dengan setia menemaniku bolak-balik ke kantor polisi untuk kasus pelecehan malam itu."Mereka salah satu komunitas LGBT yang beberapa bulan terakhir memang sangat meresahkan," ucap penyidik. "Biasanya video yang berhasil mereka rekam akan diupload ke media sosial untuk merusak moral generasi muda.""Beberapa kamera lainnya berhasil kami amankan, dan video-video yang belum mereka sebar sudah kami lenyapkan secara permanen. Jadi, Nona tidak perlu khawatir."Aku menghela napas lega. Tangan Aldrin masih setia menggenggam jemariku, memberikan tambahan dukungan."Terima kasih atas bantuannya, Pak." Lelaki di sampingku mulai berbicara. "Saya tidak tahu apa yang akan dialami oleh teman saya jika saat itu pihak kepolisian tidak sedang patroli di sekitar TKP.""Justru kami berterima kasih kepada saudara Aldrin karena membantu kami meringkus mereka.""Sama-sama, Pak. Saya hanya khawatir pada teman saya, makan
Read more
88. Kehamilan Simpatik
"Couvade Syndrome atau lebih dikenal dengan kehamilan simpatik." Seorang dokter kandungan memberi penjelasan. "Jadi, mual yang dialami Pak Vino itu terjadi ketika suami merasakan empati kepada istrinya yang tengah mengandung," terangnya diikuti senyum."Tapi, Dok, saat itu kami sama-sama belum tahu kalau ternyata saya sudah berbadan dua," jelasku.Dokter cantik dengan kacamata dan rambut dikepang kuda dengan ujung curly itu tersenyum."Itu wajar, kok, Bu. Suami seperti Pak Vino ini memang ada. Dan kalau kata orang tua zaman dulu, ia tak ingin istrinya terlalu payah dalam menjalani kehamilan. Makanya susahnya dibagi-bagi. Istri yang nggembol, suami yang mabok," tambah dokter dengan kekehan kecil.Mas Vino hanya tersenyum tipis, sementara aku terkikik geli dan menoel sedikit perut suami. “Padahal kita enggak ada perjanjian apa-apa, lho,” bisikku.“Sudah tes kehamilan mandiri, kan, Bu?”“Sudah, Dok.”“Baik. Mari kita lakukan USG untuk mengetahui usia kandungan secara pasti dan memeriksa
Read more
89. Racikan Rujak Es Krim
“Yang jual harus ganteng, Mas ...,” ulangku.“Iya, Mas denger, kok. Cuma bingung aja.”“Bingung kenapa?”Mas Vino tampak menggaruk alis dengan satu jari. “Ganteng versimu itu seperti apa, Yang?”“Yang sebelas dua belas sama Jeon Jungkook. Emm ... minimal seperti suamiku inilah.”“Ya ampun, Yang ... kamu tahu sendiri, kan, penjual rujak es krim mayoritas bapak-bapak atau ibu-ibu. Yang paling muda juga enggak ada yang seganteng aku.” Ucapannya terjeda dengan embusan napas panjang. “Lagian, kamu tega banget bilang gantengku minimal?”“Kamu tersinggung, Mas?”“Enggak!”“Tuh, kan, tersinggung. Buktinya, kamu jawabnya ketus.” Aku cemberut dan kembali mengunyah keripik tempe rasa balado.Mas Vino tak lagi mendebat dan memilih keluar dengan menyambar kunci mobil.“Mau ke mana, Mas?”“Ke Korea. Beli rujak es krim!”Brak! Daun pintu ditutup dengan sedikit bantingan. Dih, sensi amat!Aku hanya mengedikkan bahu. Jika biasanya wanita hamil akan mudah tersinggung dan mudah menangis, lain halnya den
Read more
90. Titik Terang
“Seorang hacker yang bekerjasama dengan tim kami menemukan sebuah bukti tentang ... Zaide Aldrin Mahendra.”Kalimat yang keluar dari mulut Mas Adam berhasil menggiring pandangan kami semua tertuju kepadanya. Papa, Mas Alan, dan suamiku menegakkan punggung. Tak terkecuali aku berikut Mama."Ada bukti apa, Dam?"Mas Adam menunjukkan map yang tadi memang sudah berada di tangannya sejak awal keluar dari mobil."Tim hacker kami dengan mudah meretas nomor ponsel Aldrin berikut email yang dia tautkan dengan nomor ponselnya itu. Hari sebelum insiden Vino dan Pak Narto dihadang dua orang tak dikenal, Aldrin melakukan percakapan via pesan dan juga telepon dengan sebuah nomor yang diduga orang suruhannya.""Sebenarnya semua riwayat panggilan dan juga pesan sudah dihapus, tapi tim kami bisa mendapatkannya kembali dengan mudah. Bahkan rekaman percakapan mereka berhasil kami unduh dan chat pun sudah kami print keseluruhan. Silakan dibaca, Om!"Nada bicara Mas Adam pelan, santai, tetapi cukup tegas.
Read more
PREV
1
...
7891011
...
13
DMCA.com Protection Status