All Chapters of Tertawan Pesona Mantan: Chapter 101 - Chapter 110
128 Chapters
101. Broken Heart Syndrome
Nawang sakit? Lalu, apa hubungannya datang kemari? Memangnya kami keluarga dokter? Aku terus memerhatikan Gendis yang kini sudah duduk di sofa ruang tamu. Insiden beberapa hari yang lalu tentu membuat kami semua bertanya-tanya, kenapa Nawang sakit tetapi salah satu anggota keluarganya malah datang kemari?“Ada apa, Nak Gendis? Kakakmu kenapa?” tanya Ibu memulai obrolan.“Sebelumnya Gendis mohon maaf, Om, Tante, Mbak Kalila, dan terlebih Mas Vino. Gendis pun ke sini tanpa sepengetahuan Papa dan Mama.” Ucapannya terjeda dengan helaan napas lesu. “Papa Mama ngelarang Gendis ngasih tahu Mas Vino kalau Mbak Na sedang sakit.”“Memangnya Nawang sakit apa?” tanya Mas Vino dengan nada datar.“Enggak tahu, Mas. Dua hari Mbak Na enggak mau keluar dari kamar. Makanan yang dianterin ke kamarnya pun enggak disentuh sama sekali. Sampai akhirnya kami kira dia tertidur, tapi ternyata dia pingsan.”“Walau seorang perawat, dia paling anti di bawa ke rumah sakit jika badannya bermasalah. Akhirnya, Papa
Read more
102. Petuah Peluluh Amarah
Satu masalah selesai, masalah lain datang menghadang. Mungkin memang seperti itu cara semesta mendewasakan manusia. Sebab sejatinya, tidak ada kenikmatan tanpa ujian.Entah kenapa aku lebih stabil dan tidak meledak-ledak menghadapi pelakor kali ini. Menurutku, Nawang tidak semembahayakan Nindi yang lebih nekat dalam setiap tindakannya.Setelah dua minggu hanya beraktivitas di tempat tidur, kini Mas Vino dan mertua mulai memberi izin untuk kami jalan-jalan menghirup udara segar. Pulang dari RS untuk kontrol dan melakukan USG, aku sengaja membujuk Mas Vino untuk datang ke rumah orang tua Nawang. Bukan untuk menjenguknya, tetapi ingin berkunjung karena baby Wira sedang liburan ke rumah kakek neneknya."Loh, Nak Vino? Nak Kalila? Tumben?" Ibu Gendis tampak kaget melihat kedatangan kami."Iya, Tante, mau main sama baby Wira sekalian ketemu Ratu," ucapku sembari mencium punggung tangannya.Ada senyum tipis dan kelegaan dari mimik wajah wanita paruh baya tersebut. Mungkin beliau mengira kami
Read more
103. Mood Booster On
"Lu keren banget tadi, Nu.""Bukannya dari dulu gue udah keren?""Ah, nyesel muji!" balas Mas Vino.Wisnu terkekeh. “Lu lupa, Vin? Kisah yang gue ceritain ke Nawang, kan, asalnya dari lu?”“Masa?”“Belum jadi bapak udah pikun.”Kali ini ganti Mas Vino yang terkekeh. “Iya, gue inget, kok. Dan kisah itu gue dapet dari Ayah. Beliau kasih nasihatnya pas gue galauin cewek.”“Cewek yang mana?”“Yang udah ngobrak-ngabrik hati gue sampe enggak bisa move on, dan akhirnya kami nikah.”“Cie ....” Ratu dan Wisnu kompak bersorak.Aku hanya tersenyum melihat keakraban Mas Vino dan perwira TNI itu. Mungkin juga kini wajahku sudah bersemburat merah disoraki layaknya anak ABG yang sedang digombali gebetan. Duh ... jadi berbunga-bunga begini rasanya.Dan aku tidak menyangka, bahwa petuah Wisnu yang berhasil meluluhkan amarahku saat melihat kesadaran dari Nawang ternyata berasal dari suamiku sendiri. Ah, ternyata Papa tidak salah memilihnya untuk menjadi menantu. Selain tampan dan kaya, ia juga agamis.
Read more
104. Melodi Cinta
"Eh. Serius?" Binar di wajah Mas Vino berpendar penuh makna.Aku tersenyum. "Tapi harus slow and smooth. Jangan terlalu semangat kayak biasanya.”“Asiaaap!” Mas Vino langsung menyapu bibirku sekilas. “Kita salat Isya dulu.”“Siap, boskyu!”Benar kata Mas Vino, semesta selalu punya cara untuk melebur setiap rasa pada manusia. Tak selamanya yang keras akan membatu, yang curang akan menang, dan tak semua keinginan manusia harus sejalan dengan rencana. Allah Maha Rahman, Allah Maha Rahim. Dia tidak memberikan apa yang diinginkan hamba-Nya, tetapi Dia akan memberikan apa yang dibutuhkan oleh kita.Ketika tahu Nawang sakit karena cintanya tak sampai, aku sempat berpikir bahwa drama ini akan panjang hingga menyeret Mas Vino sebagai pemicu awalnya. Namun, saat aku bersikap tenang dan memasrahkan semuanya pada Sang Pemilik Kehidupan, ternyata tanpa diduga jalan keluar sudah disiapkan oleh Tuhan. Tuhan memang tak menjanjikan hidup kita selalu indah. Namun, Dia berkata bahwa sesudah kesulitan
Read more
106. Ada Apa?
Sebulan berlalu. Kini, kandunganku sudah berusia lima bulan. Aku mulai kembali beraktivitas walau hanya di depan laptop. Mas Vino masih melarangku untuk melihat kondisi hotel sekalipun dokter sudah mengizinkan jika ingin bepergian.“Ayolah, Mas ... aku pengen gerak lagi,” rayuku.“Bukannya setiap saat kamu juga udah gerak? Bernafas juga gerak, kan? Makan, jalan dari ranjang ke kamar mandi, nonton TV, salat, semua juga termasuk gerak, Sayang.”“Bukan itu maksudnya, Mas ....”Suamiku terkekeh. “Terus yang kayak gimana? Hm?” Salah satu tangannya menopang kepala dengan posisi tidur miring, sementara tangan satunya lagi terulur mengelus-elus perutku.“Aku harus ikut turun tangan nyiapin wedding-nya Luna.”“Harus?”“Iyalah, Mas. Dia sama Ratu itu sahabat aku. Pas Ratu nikah, aku aja sibuk ikut persiapin semuanya walau udah ada tim yang ngerjain. Enggak adil kalau giliran Luna nikah akunya diem-diem bae.”“Siapa bilang kamu diem? Ponsel terus berdering, teleponan enggak berhenti, chat juga l
Read more
106. Jealous Detected.
Pecahan vas bunga di meja santai serambi samping berserakan di lantai. Mas Alan terduduk di kursi dengan memijit pelipis.“Kamu baik-baik aja, Lan?” tanya Mama lembut sembari menyentuh pundak keponakannya.Mas Alan menoleh. “Maaf, Tan. Vas-nya pecah.”“Enggak pa-pa. Tapi, kamu kenapa?”“Permisi, Bu. Ada tamu buat Bu Mirna.” Mbak Lastri datang dengan sedikit tergopoh.“Buat saya? Siapa, Mbak?”“Bu RW, Bu.”“Oh, sudah datang. Ya sudah, entar saya keluar. Mbak Las, tolong ini diberesin dulu. Nanti kalau udah, tolong buatin minum dan bawa camilan ke ruang tamu, ya, Mbak!” pinta Mama.“Baik, Bu.”Mama mendekat dan berbisik, “Kal, temenin Alan di sini, kayaknya dia butuh teman bicara. Mama temuin Bu RW dulu.”Aku mengangguk. Usai Mbak Lastri membersihkan pecahan vas, ia segera berlalu. Kudekati Mas Alan yang masih terdiam seolah tak menyadari kehadiranku yang duduk di kursi seberang meja.Mataku sempat menatap ke dalam. Mas Vino bertanya ‘ada apa?’ dengan gerakan bibir tanpa suara. Aku han
Read more
107. Siapa Gerangan?
“Ehhem!” Mas Vino berdehem dengan langkah menuruni tangga. Mas Adam langsung menurunkan tangannya dari bahu kursi makan. Ia beranjak dan menyapa Mas Vino.“Apa kabar Vin?”“Alhamdulillah baik, Mas.” Mereka saling menjabat tangan. Tak berapa lama Mas Alan datang dan bergabung. Entak kenapa mereka semua malah ikut duduk di meja makan. Mas Vino mendekatiku. “Anaknya doang yang dikasih makan, papanya juga mau, lho.” Suamiku semakin mendekat dan mengarahkan sendok yang kupegang masuk ke dalam mulutnya.Wajahnya berbinar dan minta disuapi lagi. Sempat kulirik Mas Adam dan Mas Alan. Mereka berdua terlihat bengong sebentar, lalu kembali berbincang. Ah, Mas Vino bisa saja balas dendamnya. Sementara Adiba sedikit cemberut.“Diba, sini, deh. Om pangku, ya.” Mas Vino mengangkat Adiba dan mendudukkan putri Mas Adam itu di pangkuannya.Mungkin ia tak masalah dengan Adiba jika memanggilku dengan sebutan Mama. Namun, rasa-rasanya ia tak suka jika polisi berstatus duda itu mendekati istrinya ini de
Read more
108. Sayap Adiwilaga
“Dia ....”“Lan, kita balik ke hotel, yuk! Besok balik lagi ke sini. Aku capek.” Suara wanita memotong kalimat Mas Alan.“Eh, iya, El. Bentar. Aku baru ngabarin Kalila kalau udah sampai Dili.”“Oh, oke. Aku tunggu di parkiran, ya.”“Iya. Ini udah selesai, kok.”“Emang sekarang kamu sama Mbak Eliz lagi di mana, Mas?”“Begitu landing, kita langsung menuju rumah sakit, Kal.”Aku hanya mengangguk-angguk. Mas Alan segera mematikan sambungan dan berjanji akan menelepon lagi nanti. “Siapa?” tanya Mas Vino.“Mas Alan.”“Udah sampai dia?”“Udah, malah mereka ....” Aku menepuk kening mengingat sesuatu yang belum sempat disampaikan oleh Mas Alan tadi.“Mereka kenapa, Yang?”“Tadi Mas Alan ada bilang sesuatu tentang adik dari ibunya mantan Mbak Eliz yang jadi penyebab beliau masuk RS. Tapi, belum sempet ngomong sambungan udah diputus.”“Ya sudah nanti ditelepon lagi.”Aku mengangguk. Mas Vino menatap dengan pandangan mengepung.“Kenapa?”“Ee ... aku udah minta bantuan Salma buat nyiapin kamar ya
Read more
109. Resto Kebakaran
Aku terenyak mendengar penuturan dan info mengejutkan dari Mas Alan di seberang sana. “Bentar, bentar! Bukannya selama ini Adiwilaga Hospital sedang jaya, Mas? Bahkan anak cabang yang baru sedang dirintis di satu kota yang masih sangat butuh uluran tenaga medis.”“Ya, yang terlihat memang seperti itu, tapi ternyata semua itu hanya cover-nya saja, Kal. Enam puluh persen saham Adiwilaga Hospital adalah milik Judith. Istri Om Heru.”Aku menghela napas panjang. Sejujurnya ini bukan lagi ranahku, Papa, apalagi Mas Alan untuk ikut campur. Namun, nama sesepuh dari silsilah keluarga Papa yang tersemat dalam bisnis keluarga itu membuatku merasa ikut terpanggil untuk tahu lebih banyak. “Ternyata sebelum Nyonya Judith menanamkan modal di Adiwilaga Hospital, perusahaan itu sudah bobrok dari dalam, Kal. Ratusan tenaga medis dan pegawai lainnya yang bekerja di sana terselamatkan berkat bantuan Nyonya Judith. Tapi, Om Heru malah bikin masalah dengannya.”“Lalu, bagaimana proses perceraian mereka,
Read more
110. Teguran
"Apa? Resto kebakaran?”Mas Vino langsung berdiri dengan ekspresi terkejut yang jelas sekali tercetak di wajahnya.“Kapan kejadiannya, Yah?”Aku pun ikut berdiri walau tak dapat mendengar dengan jelas suara mertua di seberang sana. Mas Vino terlihat semakin gusar. “Iya, Yah. Sore ini Vino baru mau balik ke Semarang.”Beberapa detik percakapan masih terus berlangsung, hingga akhirnya sambungan diputus setelah lelakiku menjawab salam. Mas Vino mengembuskan napas berat dengan mengusap wajahnya kasar. Aku memegang kedua lengannya dan menuntunnya untuk duduk di kursiku.“Duduk dulu, Mas!” Kubuka tutup gelas berisi air putih di meja dan menyodorkannya agar ia minum. Mas Vino menurut dan menenggaknya hingga tersisa separuh.“Makasih, Sayang,” ujarnya dengan nada pelan.Aku hanya mengangguk dan kembali mengelus lengannya.“Mau pulang sekarang?” tanyaku.Mas Vino menengok jam tangannya, lalu menggeleng. “Percuma juga aku pulang sekarang, dua jam setengah baru nyampek. Dan buru-buru pun engga
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status