Semua Bab Tertawan Pesona Mantan: Bab 61 - Bab 70
128 Bab
61. Luna Oh Luna
Entah jam berapa aku terbangun. Merasakan perut yang mulai terasa keroncongan usai pergulatan sengit hingga lebih dari tiga babak. Aku menoleh ke samping. Mas Vino pun masih bertelanjang dada di balik selimut yang kami pakai bersama.Aku bangkit lebih dulu dengan kembali melilitkan handuk pada tubuh dan segera menuju kamar mandi. Ternyata masih jam sebelas malam. Segera aku memutar air hangat untuk mandi janabah. Belum salat Isya juga.“Eh!” Aku berjingkat kaget saat dua buah real squisy-ku diraup dari arah belakang.Ah, elah, si biang keladi ikutan bangun pula.“Udah, Mas. Aku lapar. Mau mandi dulu, salat Isya, terus makan. Skip dulu, deh. Lanjut besok lagi.”Lelakiku terkekeh. “Dih, siapa juga yang mau nambah? Aku cuma mau bantuin istri cantikku ini buat gosokin sabun.”“Enggak! Aku gosok-gosok sendiri aja,” sahutku dan sedikit menjauh untuk meraih sabun cair.Mas Vino semakin terkikik. Dia menengadah dan mulai membasahi wajah tampannya dengan guyuran air shower. Kini, malah aku yan
Baca selengkapnya
62. Bertemu Aldrin
Aku terenyak mendapati Aldrin sudah duduk di hadapanku. Dengan santainya dia memanggil waiter dan memesan makanan dan minuman. Luna hanya bergeming. Raut bingung dan kaget serasa berkolaborasi menjadi lagu sumbang.“Hei! Malah bengong. Apa kabar?”Aku mengerjapkan mata.“Eh, hai. Aku baik,” jawabku.“Lun, masih lapar, enggak? Pesan yang banyak, aku yang bayar.” Kini Aldrin beralih bicara pada Luna.“Oh, enggak. Aku udah mau pulang, kok,” sahut Luna enteng.“Oh, udah mau pulang, ya? Kalo gitu aku pinjam Kalila bentar, ya. Boleh, kan, Lun?”Wanita dengan jepit rambut di samping kepalanya itu hanya mengedikkan bahu. “Tanya aja sama Kalila, dianya mau enggak? Kalau dia nggak mau jangan maksa.”Kini Aldrin menatapku, menunggu jawaban tanpa mengulang pertanyaannya. Sebenarnya aku malas berhadapan lagi dengannya. Namun, aku penasaran kenapa dia kembali ke sini?“Apa ada hal penting yang mau kamu omongin?” tanyaku. “Kalau cuma mau basa-basi, maaf aku enggak bisa.”“Kenapa? Belum izin suami?”
Baca selengkapnya
63. Bawaan Bayi?
Aku menoleh ke arah sumber suara yang seolah-olah menjadi penolongku saat ini. Namun, lagi-lagi aku merasa tengah dikepung bahaya saat ternyata Mas Alan yang datang dan mendekat. “Lepasin tangan Kalila!” Lagi, Mas Alan berucap dengan mata menatap tajam pada Aldrin. Dengan terpaksa Aldrin melepas pergelanganku dan mengangkat kedua tangannya ke udara seperti tanda menyerah. Namun, senyum miring tetap ia tampilkan. “Hai, Pak Komisaris hotel and resort Grand Adiwilaga. Apa kabar? Makin keren saja, Pak," candanya. "Eh, masih betah melajang?” “Kabar baik. Alhamdulillah masih," jawab Mas Alan datar dan jelas. “Wah, wah, wah ... tampaknya Anda bangga sekali, ya, jadi jomlo sejati. Atau jangan-jangan ... Anda lemah syahwat sampai tak berniat mendekati seorang wanita?” Aku menggeleng lemah. Tampaknya Aldrin yang dulu kukenal memang sudah mati. Kini, yang ada di depan mata hanyalah manusia culas yang suka memancing di air keruh. Aku menatap Mas Alan yang terlihat masih santai walau Aldrin m
Baca selengkapnya
64. H2C
Ya, sebelum pulang ke Jogja, aku dan Mas Vino memang kembali mengonsumsi daging kambing karena gairah kami dalam bercinta memang terasa berbeda. Lebih berani dan bisa tahan hingga beberapa ronde. Kami seperti ketagihan mengonsumsinya agar ranjang kian panas.Aku menggeser ikon terima dan Mama berlalu setelahnya.“Assalamu’alaikum, Mas ...”“Wa’alaikumsalam, Sayang.” Keningnya berkerut. “Kamu udah mau tidur?”Aku tersenyum. “Belum, tadi habis ketemuan sama Luna di kafe. Pulang-pulang langsung mual.”Aku berusaha menahan gejolak melihat suamiku di sana hanya bertelanjang dada dan handuk yang melilit bagian bawahnya.“Mual?”Aku mengangguk.“Pusing? Atau kecapekan?”Aku menghela napas. “Mungkin ....”Setelah beberapa kali tes mandiri menggunakan tespek tapi tak kunjung mendapatkan dua garis merah, aku dan Mas Vino memang tak mau menduga-duga. Pusing dan mual kadang datang kalau tubuh ini sudah protes karena terlalu diforswir.“Overdosis daging embek,” lanjutku random.Mas Vino terbahak h
Baca selengkapnya
65. Kang Bucin Beraksi
Tubuhku luruh dengan punggung menyandar pada dinding. Aku menangis sesengukan mendapati kenyataan. Belum ditakdirkan menjadi wanita seutuhnya benar-benar menyesakkan. Lagi-lagi penyesalan kembali datang, kenapa aku harus melakukan tes kehamilan ... lagi?“Yang ....” Mas Vino mendorong pintu kamar mandi yang memang tak tertutup rapat. Seketika dia kaget melihatku terduduk dengan menyandar di dinding keramik. “Sayang, kamu kenapa?” Gegas ia menghampiri.Diraihnya tespek dari tangan. Lelakiku mengembuskan napas dan menarik perlahan kepala ini, lalu ditempelkan ke dadanya yang bidang. “Its oke, Sayang. Jangan berkecil hati. Kan, aku udah sering bilang kalau kita ini masih pengantin baru, Insya Allah masih banyak waktu.”Ya, memang baru lima bulan, tapi aku sudah mulai dibayangi rasa takut jika seorang penerus itu tak juga dinyatakan datang. Mas Vino membantuku berdiri dan berjalan ke ranjang.“Masih pusing?”Aku menggeleng.“Mual?”Kembali aku menggeleng.“Mandi, yuk. Terus salat Subuh be
Baca selengkapnya
66. Seperti Diawasi
Hamparan pasir putih sangat memanjakan mata. Jilatan ombak begitu mesra menyapu bibir pantai. Angin pun bersiul, menyanyikan lagu kebebasan penuh ketenangan. Kuhirup dalam-dalam udara yang bebas polusi, mengembuskannya perlahan dengan merentangkan kedua tangan.Tangan Mas Vino melingkar di perut dari arah belakang. Membisikkan kata cinta bak pujangga. Aku tersenyum dan mengelus pipinya yang halus. Teringat aku akan perkataan dari seorang novelis dan penulis skenario asal Amerika Serikat–Nicholas Spark–katanya ... cinta itu seperti angin, kita tak bisa melihatnya, tetapi bisa merasakannya.“Kamu suka pantai?”“Hm,” jawabku.“Kenapa?”“Pantai itu menenangkan. Membuat kita banyak mengingat kekuasaan Allah betapa kecilnya kita saat berada di hadapan hamparan air laut.”“Biasanya ke pantai sama siapa?”“Mas Alan,” jawabku jujur.Tak ada sahutan dari lelakiku.“Mas?”“Hm?”“Kamu udah enggak cemburu sama dia, kan?” tanyaku ingin memastikan.“Cemburu itu wajar, asal enggak buta. Sejauh ini, k
Baca selengkapnya
67. Pria Cassanova
Tak jauh dari tempat lelaki misterius itu berdiri, banyak orang mondar-mandir menurunkan berbagai macam alat dari sebuah mobil. Salah satu yang aku tahu mereka tengah membawa tripod, kamera, dan payung reflektor. Mungkin akan dilakukan pemotretan prewedd atau sejenisnya.Aku berlari dan menuju suamiku berdiri. “Mau makan di mana?”“Tuh! Yang dekat sama pantai saja.” Kami bergandengan tangan menuju rumah makan dengan spanduk gambar aneka penghuni laut.Setelah menunggu beberapa saat usai memesan menu-menu seafood, akhirnya kudapan tersaji di depan mata. Kami makan dengan lahap. Seperti janjinya, Mas Vino tampak menikmati dengan gigitan-gigitannya pada cangkang kepiting besar yang sudah diolah dengan bumbu saus asam manis.Disesapnya bumbu warna kemerahan itu dengan raut wajah puas. Terlebih saat daging putih nan lembut itu menyentuh lidahnya, mata Mas Vino berbinar penuh kepuasan.“Enak, Mas?”Suamiku hanya mengangguk-angguk dan langsung menyuapiku dengan tangan. Perpaduan bumbu dan e
Baca selengkapnya
68. Clue?
Pandanganku menyapu sekeliling. Tak kudapati sosok Aldrin dan juga lelaki misterius yang postur tubuhnya memang seperti pria cassanova itu. Aku yakin sekali pasti dia Aldrin. Langsung kubuka pintu mobil, dan diikuti oleh Mas Vino di samping.“Kayaknya aku enggak asing sama nama cowok yang disebut gadis remaja tadi.” Mas Vino berujar dengan memakai sabuk pengamannya.Aku pun melakukan hal yang sama. Mobil mulai melaju dan perlahan meninggalkan pemandangan pantai.“Yang?”“Dia anak angkat Om Heru, Mas. Adik ipar papa.” Kusandarkan punggung dan menormalkan detak jantung.“Yang pernah mau tunangan sama kamu?”"Dia yang mau. Aku, sih, enggak," jawabku datar. "Mas Vino masih ingat, kan, ceritaku malam itu? Pas kepotong gara-gara gedoran si kembar?”“Iya, aku inget. Itu Aldrin yang ngasih bunga mawar ini?” Dagunya menunjuk bunga yang kutaruh asal di atas dasbor mobil.“Siapa lagi? Aku cuma kenal satu cowok bernama Aldrin. Dan dialah sepupuku, si pria cassanova, anak angkat bulik Ajeng."Bebe
Baca selengkapnya
69. PoV Aldrin
Shit! Aku mengumpat setelah kelepasan mengucapkan kalimat yang seolah-olah memberikan clue pada Kalila dan suaminya. Selama ini, apa pun yang aku rencanakan selalu bersih dan tak pernah terendus. Termasuk sabotase yang berhasil menjadikan diri ini ahli waris satu-satunya dari Grand Adiwilaga Hospital. Mama Ajeng yang tak lain adalah ibu angkatku berencana akan memberikan harta kekayaannya padaku lima puluh persen saja, sementara separuhnya akan ia sumbangkan untuk panti asuhan, tempat di mana dulu Aldrin kecil ditelantarkan oleh orang tua yang tak memiliki hati. Berkat bantuan papa Heru yang kelicikannya sudah sedikit kuwarisi, aku bisa mendapatkan harta turun temurun keluarga Adiwilaga. Sebenarnya sama saja, sih. Lima puluh persen dari kekayaan itu sudah beralih atas nama papa Heru. Aku juga hanya dapat lima puluh persen seperti rencana awal mama Ajeng. Namun, aku masih memiliki hati dengan menjadi donatur tetap di panti tempat dulu Aldrin kecil dilindungi. Walau banyak yang meng
Baca selengkapnya
70. PoV Aldrin 2
Setelah kejadian itu, aku merasa sangat kotor sekali. Walau tak akan ada bekas dan bukti bahwa diri ini sudah tak perjaka lagi, tetapi aku malu jika akan meminta Kalila untuk menjadi istriku nanti.Kalila, gadis ayu nan pintar yang sangat kukagumi. Sekotor-kotor dan senakal-nakalnya lelaki, tetap gadis baik-baik yang ingin dijadikan istri. Madrasah utama bagi penerusku nanti.Akan tetapi, aku seperti tersaingi dengan adanya Mas Alan. Dia lebih dekat dengan Kalila ketimbang diri ini. Mati-matian aku terus menjaga diri, tetapi malah dirusak oleh Nindi. Hingga aku memutuskan untuk kuliah di Aussie setelah mama berpulang.Di sana, kelakuanku semakin menjadi-jadi. Seks memang candu. Lagi dan lagi aku melakukannya dengan beberapa teman wanita. Namun, hati tetap menginginkan Kalila untuk menjadi masa depanku hingga menua bersama.Saat aku pulang dari Aussie, aura kecantikan Kalila semakin memukau dan menjadi-jadi. Study-ku berantakan gara-gara wanita, tetapi obsesiku masih sama, ingin menik
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
13
DMCA.com Protection Status