All Chapters of Om Duda! 2: Chapter 51 - Chapter 57
57 Chapters
Chapter 51: Pelarian
“Mamah sama Kai belum datang?” tanya Devan ketika Edi—security di rumah keluarganya membukakan pintu mobil untuknya.“Belum, Pak. Ada Mba Naya sama Dokter Sam di dalam, baru sampai rumah sekitar lima belas menit yang lalu,” jelas Edi.Devan mengangguk, lalu melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah, baru saja beberapa langkah kakinya masuk, maniknya lansung menatap Samudra yang juga sedang melangkah hendak pergi—manik keduanya bertemu, setelahnya lelaki itu berbalik, kembali melangkah menghampiri Naya yang sedang berdiri di dekat sofa.“Saya lupa sesuatu,” kata Samudra yang jelas berbicara kepada Naya bukan kepada Devan yang masih berdiri di tempatnya.Naya terlihat tersenyum, sesekali melirik Devan. “Lupa apa—”Devan mendelikkan matanya tajam ketika melihat pemandangan di depannya, kedua pengatin baru itu terlihat sedang bercumbu sekarang—tanpa perduli kehadiran Devan, bahkan seolah sengaja memamerkan itu kepadanya.“Dokter Sam, sudah... eumm—”“Saya tinggal sebentar ya, sayang,” kat
Read more
Chapter 52: Tentang Sarah
“Tipe gue oke ngga, Bang?”Devan menengok, menatap Gio yang juga sedang menatapnya dengan senyuman lebar juga kedua alisnya yang dinaik turunkan setelah mengajukan pertanyaannya.“Hm.”“Cantik banget Sarah—”“Sudah sedekat itukah kalian sampai kamu tidak memanggil Sarah dengan sebutan Mba—dia lebih tua dari kamu ‘kan,” ucap Devan, kembali menyuapkan potongan daging ke dalam mulutnya.“Sarah ngga mau dipanggil Mba sama gue.”Devan mengangguk-anggukkan kepalanya. “Seleramu perempuan yang umurnya lebih tua, kenapa?”“Wih! Sejak kapan Pak Devan tertarik sama urusan percintaan saya?” Gio bertanya, sembari mengulum bibirnya agar dia tidak tersenyum.“Saya hanya ingin tahu saja, ada masalah?” tanya Devan bertanya dengan delikan tajamnya menatap Gio.“Hehehe... ngga sih, Bang,” jawab Gio sambil terkekeh pelan, ciut jika ditatap begitu oleh Kakak sepupunya.“Kamu cenderung memilih sifat submissive dalam hubungan percintaan?”“Ohok—ohok! Uhh!” Gio terbatuk hebat mendengar pertanyaan Devan, memb
Read more
Chapter 53: Rindu
Alif—Devan ingat dengan jelas siapa lelaki itu. Salah satu mahasiswa yang pernah dia ajar di kelasnya, melamar Disya tepat di hadapannya waktu itu—tidak mengajak Disya untuk menjalin hubungan hanya sekedar pacaran saja, tetapi langsung mengajak Disya untuk menikah. Luar biasa bukan? Kembali bertemu setelah sekian lama di sekolah Kai waktu itu, lelaki itu jelas masih terlihat menyukai Disya, walaupun Alif sudah mengetahui tentang hubungannya dengan Disya, tetapi sepertinya hal itu sama sekali tidak ada masalah untuk Alif. Tidak berubah—Alif masih menyukai Disya. Secara tidak terduga Kai juga memutuskan untuk tinggal di rumahnya, tidak tinggal dengan Disya lagi. Alif kembali, dan juga Kai yang memutuskan untuk tinggal di rumahnya lagi membuat Devan semakin yakin untuk melepaskan Disya. Dia tahu Disya mencintainya, tetapi mereka memang tidak akan pernah bisa bersama lagi. Maka dari itu dia kembali bersikap seolah acuh dan dingin kepada Disya, meyuruh Disya membuka hati untuk Alif. Te
Read more
Chapter 54: Jogja
“Akhir-akhir ini muka lo kusut banget, kalau sakit istirahat aja dah.” Alif menengok sekejap, lalu kembali fokus dengan kameranya, melihat beberapa hasil jepretan sebuah produk yang sedang dikerjakannya. Dio yang tidak mendapatkan jawaban apapun dari Alif membuatnya mendengkus kesal. Menutup laptopnya, lalu berdiri melangkah ke luar dari ruangan itu. “Makan di luar yu!” ajaknya tanpa menunggu jawaban dari Alif dulu sebelumnya. Memilih sebuah restoran padang yang berada tidak jauh dari studio mereka, hanya dipisahkan oleh tiga bangunan yang berada di samping kanan studio mereka. Dio dan Alif berjalan beriringan menuju tempat itu, tidak ada obrolan dari keduanya hingga sampai di sana. “Kenapa?” tanya Dio memulai obrolan. “Disya pergi, dia bahkan bilang sama gue buat berhenti cinta sama dia. Gue fine fine aja kok kalau harus nunggu, tapi Disya sendiri yang nyuruh gue buat berhenti nunggu.” Pada akhirnya Alif menceritakan kegundahan hatinya selama beberapa hari ini kepada Dio. Dio m
Read more
Chapter 55: Duka
Menatap ke luar jendela mobil untuk melihat jalanan lalu lintas yang dipadati banyak pengendari roda empat maupun roda tiga, bahkan tidak sedikit kendaraan besar ikut serta memadati jalanan. Disya baru tiba di bandara beberapa menit yang lalu. Dijemput Kakak lelakinya—awalnya Disya juga heran kenapa Samudra mengabari jika dia yang akan menjemputnya di bandara, karena setahunya Kakaknya kini tinggal di Bandung setelah menikah. Bahkan ketika keberangkatannya ke Jogja hari itu merupakan keberangkatan Samudra dan Naya juga ke Bandung. Tidak terlalu banyak mengobrol di dalam mobil, wajah Samudra terlihat sangat lelah, bahkan suasana sangat hening di dalam mobil. Samudra yang fokus dengan kemudinya, dan Disya memilih untuk menatap ke luar jendela. Disya juga sadar diri ia telah membuat kesalahan dengan tidak menceritakan tentang alasannya pergi dari rumah dan memilih tinggal di Jogja bersama Nenek dan Kakeknya. Semalam ketika Bundanya menelepon, Bundanya hanya meminta Disya untuk datang
Read more
Chapter 56: Kenangan
Saat sarapan pagi itu, Kai meminta ijin kepada Devan untuk ikut bersama Husein dan Maya mengunjungi kediaman Samudra dan Naya di Bandung. Tentu saja Devan memberi ijin, akhir-akhir ini Kai pasti kesepian sekali, tidak ada Disya juga Naya—walaupun banyak bertengkar dengan Naya, tetapi tetap saja Kai pasti merindukan Auntynya itu. Pukul lima sore mereka akan berangkat ke Bandung, menunggu Husein selesai dengan pekerjaannya—informasi itu yang Devan dapat, tetapi semuanya tidak sesuai rencana, butuh waktu lebih lama dari itu untuk menunggu Husein kembali ke rumah. Pada akhirnya tepat pukul delapan malam mereka baru memulai perjalanannya menuju ke Bandung. Devan awalnya juga menyarankan untuk besok pagi saja berangkatnya, tetapi sarannya tidak didengar dengan alasan jarak kota Bandung tidak sejauh itu dari kotanya. Mereka pergi mengendarai mobil yang dikendarai oleh Husein malam itu, lelaki paruh baya itu tidak membuat kesalahan saat mengemudi, tetapi takdir siapa yang tahu 'kan? Seb
Read more
Chapter 57: Sakit
Butuh waktu untuk ke luar dari rasa terpuruk karena duka mendalam. Disya masih merasa bersedih, kehilangan, menyesal, atas kepergian ketiga orang yang sudah menjadi bagian tersendiri di hidupnya. Husein, Maya, dan terlebih Kai—bolehkah waktu diputar kembali? Disya ingin memperbaiki hubungannya dengan Kai yang beberapa Minggu lalu renggang. "Bunda... Kai maafin Disya ngga ya?" Entah sudah berapa kali pertanyaan itu diajukkan kepada Dina beberapa hari ini. Tidak ada jawaban selain senyuman kecil dibarengi anggukkan kepala dari Dina untuk pertanyaan putrinya. "Nanti kalau kamu sedih terus Kai juga bakalan sedih di sana Sya.... sudah ya, coba ikhlaskan. Setiap yang bernyawa pasti akan kembali kepada pencipta-Nya." Disya kembali mengeratkan pelukannya di tubuh Dina, matanya sembab, sudah hampir satu Minggu, tetapi Disya masih sering menangis. "Bunda...," sapa seseorang yang sangat jelas sekali siapa pemilik suara itu. Dina dan Disya yang sedang berpelukan di halaman samping m
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status