Semua Bab Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang: Bab 81 - Bab 90
158 Bab
Papan Yang Direbut
Murid-murid yang lain juga tampak terkejut dengan apa yang mereka lihat, setelah berhasil menyusul Dipta. Mereka melihat Raka yang sudah pingsan, dengan seorang murid yang berdiri di sebelahnya."Apa yang telah kau lakukan?!" teriak Dipta sambil menggenggam tangannya dengan erat.Sosok murid yang membelakangi mereka secara perlahan membalikkan badannya. Dengan senyum menyeringai, dia melakukan peregangan tubuh dengan sengaja. Sikap percaya dirinya membuat Dipta yang melihat semakin tersulut emosi."Akhirnya pengganggu sudah datang, ya?" ucap murid itu tanpa berpindah dari posisinya."Siapa yang kau sebut pengganggu?!" suara Dipta semakin meninggi."Bisa-bisanya kau bicara seperti itu setelah menyerang dengan keroyokan seperti itu!" tambah Dipta sambil menunjuk gerombolan murid yang mengelilingi mereka.Dari arah belakang, Atreya menahan Dipta yang akan menyerang ke arah murid itu. Dipta tercekat melihat Pangeran Atreya ada di belakangnya, dan langsung menghentikan langkahnya."Tenang,
Baca selengkapnya
Akhir Pelatihan Tertutup
"Seperti yang pemimpin Dipta katakan tadi, aku juga percaya pada Pangeran Pandya." Chandra menimpali pembicaraan itu. "Tapi, bergantung dan hanya menunggunya bukanlah cara yang tepat. Bukankah kita tetap harus melakukan sesuatu yang lebih berguna sebagai bawahannya?"Semua menatap ke arah Chandra dengan serius. Sedangkan yang mendapatkan tatapan dari semua orang itu menjadi panik karena takut salah bicara.Dipta yang mendengar ucapan itu, menatapnya dengan tajam dengan rahang yang mengeras. Chandra yang melihat itu semakin berkeringat dingin."A–apa aku kelewatan? A–aku hanya menyampaikan pemikiranku. Aku juga tidak bermaksud menentang rencana itu," tambah Chandra gugup."Hahaha…!" Dipta tertawa dengan puas.Chandra tercekat dengan perubahan sikap yang tiba-tiba itu. Dia menatap ke arah Dipta dengan ekspresi yang sulit diartikan."Perkataanmu benar! Kita tidak boleh hanya bergantung pada Pangeran Pandya. Kita sebagai bawahan harus tetap berusaha dan terus bergerak!" ucap Dipta dengan
Baca selengkapnya
Pelatihan
Semua langsung terdiam dan menundukkan kepala, tanpa ada yang berani menatap ke arah Pandya. Jika ditanya seperti itu, mereka semua merasa pantas untuk disalahkan. Tapi, bukan berarti sang pangeran menginginkan jawaban yang seperti itu."Kenapa tidak ada yang menjawab? Bukankah itu pertanyaan mudah?!" Tanya Pandya berbalik menatap semua pengikutnya.Namun, tetap tidak ada yang menanggapi walaupun Pandya mencoba memancing mereka. Melihat hal itu Pandya tersenyum lebar tanpa ada yang menyadarinya."Kenapa kalian bingung, bukankah jelas yang harus disalahkan adalah aku sebagai pemimpin kalian? Aku seharusnya tidak meninggalkan kalian terlalu lama. Jadi kalian tidak perlu menyalahkan diri kalian sendiri!" ucap Pandya santai sambil berbalik dan melanjutkan perjalanannya.Semua terkejut mendengar ucapan itu dan saling memandang satu sama lain, sebelum akhirnya mereka berlari untuk menyusul sang pangeran."Lalu bagaimana dengan keadaan sekarang?" tanya Pandya yang sudah menyadari keberadaan A
Baca selengkapnya
Rencana Licik
Di sudut halaman utama akademi, salah seorang pemimpin kelompok kecil sedang bersandar di salah satu dindingnya. Dia tampak sedang menunggu kedatangan seseorang, sambil terus melihat latihan para pengikut.Dengan senyum puas yang terpampang di wajahnya sejak tadi, dia memainkan sebuah kantong kain kecil di tangannya. Dari dalam kantong itu terdengar seperti beberapa logam yang berbenturan satu sama lain.Tidak lama kemudian, salah seorang murid tampak berlari tergopoh-gopoh mendatangi pemimpin yang sedari tadi sudah menunggunya. Kedatangan murid itu mendapat tatapan marah, yang langsung dijawabnya dengan bungkukan badan dengan rasa penuh hormat."Maafkan saya, Pemimpin Falan! Saya sudah berusaha secepat mungkin datang kemari, setelah mencari cara agar dapat keluar diam-diam dari latihan." Murid itu memberi alasan masih sambil membungkuk."Sudahlah, percuma juga jika aku harus marah padamu. Cepat katakan hasilnya!" perintah Falan sambil mendengus kesal."Seperti yang Pemimpin perintahka
Baca selengkapnya
Pelatihan Di Gunung
Pandya keluar dari salah satu ruangan milik guru akademi sambil membawa gulungan kertas. Dengan senyum yang mengembang di wajahnya, dia menggunakan jurus meringankan tubuh dan melesat kembali menuju ruang latihan miliknya.SEEEET!TAAAP!Tidak butuh lama untuk dia sampai dan masuk ke dalam ruangan. Saat dia masuk ke dalam ruang latihan, semua pengikutnya sedang bercengkrama dan saling bercanda setelah berlatih selama berjam-jam. Keringat di tubuh mereka terlihat sangat jelas karena semua pakaian mereka sudah basah kuyup.Melihat Pandya yang datang dengan ekspresi bahagia, Dipta mendekat ke arahnya terlebih dahulu."Apa yang membuat Pangeran bahagia seperti itu?" tanya Dipta setelah berada di sebelah Pandya sambil terus berjalan."Apa terlihat jelas? Aku memang sedang bahagia saat ini." Pandya menjawab dengan santai.Murid-murid yang lain menjadi tidak kalah penasarannya, setelah Pandya menjawab pertanyaan Dipta dengan santai dan terus tersenyum. Pandya yang merasakan tatapan semua ora
Baca selengkapnya
Merebut Papan Kembali
"Hei! Ternyata kalian bersembunyi di tempat ini!" seru Gala sambil menodongkan pedang kayunya ke arah Pandya dan pengikutnya."Kalian ternyata sangat pintar bersembunyi di dalam gunung! Apa kalian terlalu pengecut hingga harus bersembunyi?!" tambahnya lagi memprovokasi.Pandya memperlihatkan senyum lebar, tanpa bergerak sedikitpun. Semua pengikutnya hanya berdiri menatap kearah Pandya, dan memunggungi semua musuh yang sudah mengepung mereka.Merasa kelakarnya tidak ada yang menanggapi, Gala mulai meremas telapak tangannya dengan otot wajahnya yang terlihat mengeras. Kesabarannya yang tidak terlalu banyak, membuat emosinya jauh lebih cepat terlihat.Pandya yang sudah merasa cukup membalik keadaan, langsung menanggapi ucapan Gala tadi."Huh, kebetulan sekali. Aku juga sedang mencarimu!" ucap Pandya sambil berdiri dan keluar dari perlindungan para pengikutnya."Terima kasih, karena kau sudah datang dengan sendirinya!" ucap Pandya sambil menyeringai."Apa-apaan itu! Kau malah tersenyum?!
Baca selengkapnya
Kelompok Lama
'Mengapa kami harus melawan kelompok Pangeran Pandya, padahal bukan mereka yang menyerangnya? Tapi mereka tidak akan mempercayaiku, kalau mengatakan semua kawanku tidak ada sangkut pautnya." Faruq mencoba mencari cara untuk lolos dari pertarungan itu.Namun, setelah menunggu sambil bertahan—dia sama sekali tidak mendapat kesempatan untuk menjelaskan yang sebenarnya. Bahkan, dia hanya bisa melihat semua kawannya sudah babak belur dan tumbang satu per satu.BAAAAK!DUAAK!TRAANG!WHUUSH!BRAAAK!Suara pertarungan menggema di sekitaran lahan kosong itu, namun tidak ada seorangpun yang datang untuk menghentikannya.Ujung mata Faruq melihat Dipta yang tampak sedang mencari-cari sesuatu, di perlengkapan milik kelompoknya. Menyadari jika hal itu adalah kesempatan untuknya, dia langsung menjatuhkan pedang dan berlutut di hadapan Pandya.TRAAAANG!"Kami menyerah, Pangeran Pandya!" teriak Faruq putus asa."Apa yang kau coba lakukan?" jawab Pandya sambil menatapnya dengan tajam.Pandya berjongkok
Baca selengkapnya
Pengikut Yang Tidak Terduga
Faruq menelan salivanya dengan susah payah. Dia masih ragu untuk mengatakan semua yang dia ketahui. Apalagi tidak ada jaminan dirinya dan teman-temannya akan selamat saat dia mengatakannya.Pandya yang masih menunggu Faruq mengatakan sesuatu, langsung paham dengan keraguan yang terlihat jelas dari sorot matanya. Ancaman yang sebelumnya dia ucapkan nyatanya belum bisa membuat murid itu mengatakan semuanya.'Sakra, apa kau ada saran untuk membuat dia buka mulut?' Pandya mencoba mencari saran.'Bukankah ancamanmu tadi sudah cukup berhasil? Lanjut ancam dia lagi, agar dia bisa segera membuka mulutnya!' Pandya menggelengkan kepala mendengar jawaban Sakra.'Aku sudah cukup merasa bersalah melukai orang-orang itu. Walaupun orang di hadapanku ini memang bersalah, tapi aku rasa itu bukan hal tepat untuk dilakukan.' pikir Pandya masih menunggu jawaban dari Faruq.'Apa kau berpikir karena mereka mirip denganmu dulu?' tebak Sakra.'Ucapannya tadi benar. Jika yang lemah tidak berusaha melakukan apa
Baca selengkapnya
Serangan Balik
***"Apa kau bercanda?! Aku tidak mungkin pergi begitu saja setelah kesal melihat sikapmu ini. Seharusnya status calon pewaris kau berikan saja padaku yang jauh lebih bertenaga ini!" ucap Gala sambil menyeringai."Hahaha… Omong kosongmu terdengar jauh lebih besar dibandingkan kemampuanmu," sahut Pandya sambil tertawa mengejek."Kurang ajar! Tamat riwayatku kali ini!" teriak Gala sembari mengayunkan pedang kayunya ke arah Pandya.WHUUUSH!Namun, hanya dalam satu kedipan mata, Pandya berhasil menghindar. Di detik berikutnya Pandya sudah berada di balik punggung Gala dan langsung mencoba menyerangnya. Tapi, dengan ujung matanya yang menyadari keberadaan Pandya, dia langsung merubah posisi menjadi bertahan.Pertarungan kedua pemimpin itu, menjadi isyarat para pengikut untuk ikut menyerang. Semua tampak sibuk dengan pertarungan masing-masing.Keadaan langsung terlihat perbedaannya. Walaupun jumlah pengikut Pandya tidak terlalu banyak, tapi nyatanya para pengikut Gala tampak kesulitan mengha
Baca selengkapnya
Jurus Terlarang
Sedetik berikutnya Atreya sudah melakukan serangan dari balik tubuhnya. Falan yang tidak menyadari kedatangannya, terlambat untuk menangkis serangan itu. Tubuhnya terpental cukup jauh, dengan luka dalam yang cukup parah.Namun dengan tenaga dalam yang dimilikinya, Falan menyalurkan api miliknya ke dalam pedang kayu yang dipegangnya sejak tadi. Walaupun api yang dimilikinya tidak bisa terlalu melukai seseorang. Namun, beda cerita jika api itu dia salurkan ke sebuah benda dengan berbagai elemen."Bukankah cukup curang jika menyerang tiba-tiba seperti itu?!" ucap Falan sambil mengusap darah yang mengalir di ujung bibirnya."Hah! Lucu mendengarmu mengatakan hal itu, bukankah kata-kata itu lebih tepat kau ucapkan pada diri sendiri?!" jawab Atreya sambil tersenyum sinis.Kesal dengan ucapan Atreya, Falan memegang pedangnya dengan lebih erat dan langsung menyerang ke arah Atreya. Api yang menjalar di pedang kayu itu tampak sangat mematikan. Namun, serangannya dapat dipatahkan oleh Atreya dal
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
16
DMCA.com Protection Status